Showing posts with label religion. Show all posts
Showing posts with label religion. Show all posts

Thursday 22 June 2023

Kemuliaan dan Keutamaan 10 hari Pertama Bulan Zulhijjah

Hari ini sudah masuk hari ke-4 Zulhijjah 1444 Hijrah. Namun masih belum terlambat untuk kita mengejar ganjaran-ganjaran hebat yang ditawarkan oleh Allah. Marilah kita bersama-sama mengisi baki hari-hari istimewa ini dengan amalan-amalan yang akan kita bawa sebagai bekalan di akhirat nanti.

Pada sepuluh hari pertamanya terdapat banyak kemuliaan dan keutamaan serta dipenuhi barakah. Hari-hari tersebut disediakan oleh Allah sebagai musim ketaatan dan kesempatan beramal soleh yang bersifat tahunan. Maka hendaknya seorang muslim menantikan kehadirannya, memanfaatkannya dengan melaksanakan berbagai ibadah yang disyariatkan, menjaga perkataan dan amal yang soleh agar mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala dan membantunya dalam menghadapi kehidupan ini dengan jiwa yang tenang dan semangat yang berkobar.

Bukti kemuliaan ini, Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam Al-Qur’an al-Karim.

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Imam al-Thabari dalam menafsirkan “Wa layaalin ‘asr” (Dan malam yang sepuluh), “Dia adalah malam-malam sepuluh Zulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli tafsir).” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514)

Penafsiran ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini, “Dan malam-malam yang sepuluh, maksudnya: Sepuluh Zulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.” (Ibnu Katsir: 4/535)

Kemuliaan sepuluh hari ini juga disebutkan dalam Surat Al-Hajj dengan perintah agar memperbanyak menyebut nama Allah pada hari-hari tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)

Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menukil riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, “al-Ayyam al-Ma’lumat (hari-hari yang ditentukan) adalah hari-hari yang sepuluh.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/239)

Maka dapat disimpulkan bahawa keutamaan dan kemuliaan hari-hari yang sepuluh dari Zulhijjah telah datang secara jelas dalam Al-Qur’an al-Karim yang dinamakan dengan Ayyam Ma’lumat karena keutamaannya dan kedudukannya yang mulia.

Dari hadis pula, terdapat keterangan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada satu amal soleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal soleh yang dilakukan pada hari-hari ini (iaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”                (HR. Abu Daud dan  Ibnu Majah).

Oleh kerana itu dianjurkan atas orang Islam pada hari-hari tersebut untuk bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, di antaranya solat, membaca Al-Qur’an, zikrullah, memperbanyak doa, membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, memperbaharui janji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Masih ada satu amalan lagi yang utama pada hari-hari tersebut, yaitu berpuasa sunnah di dalamnya.

Terdapat dalam Sunan Abu dawud dan lainnya, dari salah seorang isteri Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam, dia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

“Adalah Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada tanggal 9 Zulhijjah.”

(HR. Abu Dawud no. 2437 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 2081)

Syaikh Muhammad bin Salih al-Munajjid –Salah seorang ulama besar Saudi Arabia- berkata,

“Di antara musim ketaatan yang agung adalah sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah, yang telah Allah muliakan atas hari-hari lainnya selama setahun".

Hadis ini dan hadis-hadis lainnya menunjukkan bahawa sepuluh hari ini lebih utama dari seluruh hari dalam setahun kecuali, sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan. Syaikh Munajjid menambah, keutamaan sepuluh hari pertama ini diperkuat dengan beberapa bukti di bawah ini:

1. Allah Ta’ala telah bersumpah dengannya. Dan bersumpahnya Allah dengan sesuatu menjadi dalil keutamaannya dan besarnya manfaat. Allah Ta’ala berfirman,

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Ibnu Abbas, Ibnu al-Zubair, Mujahid, dan beberapa ulama salaf dan khalaf berkata: Bahawasanya dia itu adalah sepuluh hari pertama Zulhijjah.

Ibnu Katsir membenarkan pendapat ini (Tafsir Ibni Katsir: 8/413)

2. Sesungguhnya Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersaksi bahawa hari-hari tersebut adalah seutama-utamanya hari-hari dunia sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis sahih.

3. Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam menganjurkan untuk memperbanyak amal salih di dalamnya. Sesungguhnya kemuliaan masa diperoleh oleh setiap penduduk negeri, sementara keutamaan tempat hanya dimiliki oleh jama’ah haji di Baitul Haram.

4. Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan takbir pada sepuluh hari tersebut. Dari Ibnu Umar radiallahu ‘anhuma, dari Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal soleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Zulhijjah), kerananya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad 7/224, Syaikh Ahmad Syakir mensahihkan isnadnya).

5. Di dalamnya terdapat hari Arafah. Hari ‘Arafah adalah hari yang disaksikan; yang di dalamnya Allah menyempurnakan ajaran din-Nya sementara puasanya akan menghapuskan dosa-dosa selama dua tahun.

Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang bermaksud :

Dikaffarah (ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang.
(Hadis isnad sahih dari imam Muslim, Tarmizi)
6. Di dalamnya terdapat ibadah udhiyah (berkorban) dan haji.

Dalam sepuluh hari ini juga terdapat yaum nahar (hari penyembelihan) yang secara umum menjadi hari teragung dalam setahun. Hari tersebut adalah haji besar yang berkumpul berbagai ketaatan dan amal ibadah padanya yang tidak terkumpul pada hari-hari selainnya.

Sesungguhnya siapa yang mendapatkan sepuluh hari bulan Zulhijjah merupakan sebahagian dari nikmat Allah yang besar atas hambaNya. Hanya orang-orang soleh yang bersegera kepada kebaikanlah yang mampu menghormatinya dengan selayaknya. Dan kewajipan seorang muslim adalah merasakan nikmat ini, memanfaatkan kesempatan emas ini dengan memberikan perhatian yang lebih, dan menundukkan dirinya untuk menjalankan ketaatan. Sesungguhnya di antara kurnia Allah Ta’ala atas hamba-Nya adalah menyediakan banyak jalan berbuat baik dan meragamkan berbagai bentuk ketaatan agar semangat seorang muslim berterusan dan tetap istiqamah menjalankan ibadah kepada Tuhannya.

Shaikh Munajjid rahimahullaah menjelaskan, ada beberapa amal istimewa yang harus selayaknya dikerjakan oleh seorang muslim pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, di antaranya:

1. Berpuasa. Seorang muslim disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 Zulhijjah kerana Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam sangat menganjurkan untuk beramal salih pada sepuluh hari ini, dan puasa salah satu dari amal-amal shalih tersebut. Terlebih lagi, Allah Ta’ala telah memilih puasa untuk diri-Nya sebagaimana terdapat dalam hadis Qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Semua amal anak Adam untuk dirinya kecuali puasa, sungguh puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.

(HR. al-Bukhari no. 1805)

Dan sungguh Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam melaksanakan puasa 9 Zulhijjah. Dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari salah seorang isteri Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ

Adalah Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam melaksanakan puasa 9 Zulhijjah, hari ‘Asyura, dan tiga hari setiap bulan serta Isnin pertama dari setiap bulan dan dua hari Khamis.

(HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Shahih Abi Dawud: 2/462)

2. Bertakbir. Disunnahkan membaca takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih selama sepuluh hari tersebut. Dan disunnahkan mengeraskannya di masjid-masjid, rumah-rumah, dan di jalan-jalan. Dan setiap tempat yang dibolehkan untuk zikrullah disunnahkan untuk menampakkan ibadah dan memperlihatkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala. Kaum laki-laki mengeraskan  suaranya sementara kaum wanita melembutkannya.

Allah Ta’ala berfirman,

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.”

(QS. Al-Hajj: 28)

Menurut Juhmur ulama, makna al-ayyam al-ma’lumat adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, sebagaimana yang diriwatkan dari Ibnu Abbas radiallaahu ‘anhuma, “Al-Ayyam al-Ma’lumat: Hari sepuluh.”

Salah satu bentuk kalimat takbirnya adalah:

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر ولله الحمد

Dan masih ada lagi bentuk takbir yang lain.

3. Melaksanakan haji dan umrah. Sesungguhnya di antara amalan yang paling utama untuk dikerjakan pada sepuluh hari ini adalah berhaji ke Baitullah al-Haram. Maka siapa yang diberi taufik oleh Allah untuk melaksanakan haji ke Baitullah dan melaksanakan manasiknya sesuai dengan ketentuan syariat, maka dia mendapatkan janji –Insya Allah-  dari sabda Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam,

Haji yang mabrur ridak ada balasannya kecuali surga.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Melaksanakan amal-amal soleh secara umum. Sesungguhnya amal soleh dicintai oleh Allah Ta’ala. Dan ini pasti akan memperbesar pahala di sisi Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang tidak memungkinkan melaksanakan haji, maka hendaknya dia menghidupkan waktu-waktu yang mulia ini dengan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala berupa solat, membaca Al-Qur’an, zikir, doa, sedekah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali persaudaraan, memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar, dan berbagai amalan kebaikan lain.

5. Berkorban. Di antara amal soleh pada hari yang kesepuluhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih haiwan korban yang gemuk dan baik, dan berinfaq di jalan Allah Ta’ala.

Ibadah Korban
6. Taubat Nasuha. Di antara yang sangat ditekankan juga pada sepuluh hari ini adalah bertaubat dengan benar-benar (taubatan nasuha), meninggalkan perbuatan maksiat dan melepaskan diri dari seluruh dosa.
Taubat adalah kembali kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan apa saja yang dibenci-Nya yang nampak maupun yang tersembunyi sebagai bentuk penyesalan atas perbuatan buruk yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan beristiqamah di atas kebenaran dengan melaksanakan apa-apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala.

Semoga kita tergolong sebagai hamba-hamba Allah yang mampu berterusan dan istiqamah dalam beribadah kepadaNya. Memanfaatkan setiap kesempatan yang telah disediakan untuk menuai pahala. Sehingga kita datang kepada Allah dengan membawa bekal yang cukup dan memiliki modal yang memadai untuk memasuki surga-Nya yang Maha indah dan menyenangkan.

Coretan:

Dari koleksi emel Masjid Annahl Group

Sunday 24 October 2021

MAULIDUR RASUL, LONJAK PERJUANGAN ISLAM

Alhamdulillah sekali lagi kita diberi kesempatan untuk menyambut Maulidur Rasul. Tahun 1443H disambut pada 19 Oktober 2021 dan bertemakan "Manhaj Rabbani, Umah Berkualiti".

Cinta baginda telah pun mengalir dalam diri setiap umatnya sejak 1443 tahun dahulu sehingga membuatkan kekasih Allah ini terlalu istimewa untuk umatnya. Saban tahun kita meraikan sambutan Maulidur Rasul pada 12 Rabiul Awal bertujuan untuk memperingati kekasih ummah ini yang berjuang menyebarkan dakwah dan risalah kenabian sehingga hari ini..

Haruslah diketahui bahawa cinta kepada Rasulullah adalah salah satu dasar dan rukun keimanan. Sebagaimana sabda Rasulullah :

Daripada Anas Radiallahuanhu, berkata, Rasulullah Sallallahu‘alaihiwasallam bersabda:
Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga dia lebih mencintai aku daripada kedua orang tuanya, anaknya, dan manusia seluruhnya (Riwayat al-Bukhari)

Bulan ini adalah bulan Maulidurasul, maka sewajarnyalah kita menyambut kelahiran Ar-Rasul SAW dengan suatu penghasilan yang membawa kita kepada realiti kehidupan masyarakat Islam kini. Realiti masyarakat Islam kita hari ini berada dalam suatu keadaan seolah-olah kita berada dalam satu lembah yang dikelilingi oleh banjaran gunung yang membuat pelakuan, pemikiran dan nilai afektif, tertahan oleh banjaran gunung ini.

Masyarakat Islam sejak beberapa dekad lalu telah mula merasai keperluan terhadap konsep perjuangan memakmurkan Islam dan penganutnya. Namun ia terbantut oleh banjaran gunung pemisah ini. Bersempena dengan bulan kelahiran Ar-Rasul marilah kita menyemak semula komitmen dan iltizam kita untuk merelisasikan sebuah masyarakat yang benar-benar dalam penghayatan Islam.

Marilah kita beriltizam dengan melaksanakan persediaan terhadap kefahaman tentang tasawur perjuangan Ar-Rasul. Tasawwur amal Ar-Rasul SAW, hendaklah diasaskan kepada dasar dakwah sebagaimana diperjuangkan oleh Ar-Rasul SAW. Dakwah Ar-Rasul SAW adalah berdasarkan kepada kefahaman terhadap ayat Quran Surah An-Nahl, 36 yang bermaksud:

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutuskan rasul pada setiap umat ( untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (sahaja) dan jauhilah taghut."

 Ar-Rasul diutuskan bagi menyeru supaya manusia kembali berubudiyah kepada Allah SWT. Seteruskan Allah SWT memberikan jalan dan peluang kepada kita , melalui ayat Quran Surah Al-Ahzab, 45-46, yang bermaksud:

”Hai Nabi!, sesungguhnya  Kami mengutuskan kamu untuk menjadi saksi, dan pembawa berita gembira dan pemberi peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada deen Allah dengan izinnya dan menjadi cahaya yang menerangi.” 

Ayat-ayat tersebut menjelaskan matlamat pengutusan Ar-Rasul untuk memanggil manusia kepada penyembahan kepada Allah SWT dan juga menerangkan beberapa ciri usaha dakwah. Antaranya:

1) Syahid atau saksi. 

Ar-Rasul SAW adalah saksi kepada keesaan Allah, bahawa tidak ada Ilah yang disembah kecuali Allah. Baginda adalah saksi yang adil dan diterima terhadap umat manusia dan amal perbuatan mereka yang baik atau buruk kelak di hari kiamat.

2) Mubasysyir atau pembawa berita gembira.

Mubasysyir adalah penyampai khabar gembira kepada kaum mukmin yang bertakwa, beriman, beramal soleh dan meninggalkan maksiat. Di dunia mereka akan diberikan balasan kebaikan, sedangkan di akhirat mereka diberi kenikmatan yang kekal. Amal yang mendatangkan khabar gembira itu adalah amal soleh, iaitu amal yang diperintahkan Allah dan Rasul SAW.

3) Nazir atau pemberi peringatan.

Nazir adalah pemberi peringatan kepada orang-orang kafir, yang mendustakan dan pelaku maksiat. Di dunia mereka akan mendapat hukuman akibat kebodohan dan kezalimannya, sedangkan di akhirat mereka akan mendapat azab yang mengerikan, menyakitkan dan berpanjangan. Amal yang mendatangkan peringatan itu adalah amal maksiat, terutama sekali yang paling besarnya iaitu syirik dan kekufuran serta dosa-dosa besar lainnya.

4) Da’i iallah atau penyeru kepada Allah.

Da’i adalah penyeru kepada Allah. Allah SWT mengutus Ar-Rasul SAW untuk menyeru dan mengajak manusia kepada maaruf dan melarang kepada kemungkaran, serta memerintahkan mereka untuk beribadah hanya kepada Allah SWT. Itulah tujuan penciptaan manusia. Mukmin harus tetap istiqamah dalam berdakwah, mengenalkan manusia kepada Allah SWT dan syariatNya.

5) Sirajan Munir atau Sebagai cahaya yang terang

Sirajan munir adalah pelita yang menerangi. Allah SWT mengutus Ar-Rasul SAW, menyinari kegelapan, sehingga manusia mengetahui kebenaran.

Bagaimanapun, melahirkan rasa cinta kepada Baginda SAW bukan hanya sekadar berarak dengan membawa sepanduk dan berselawat semata-mata. Ia sepatutnya lebih daripada itu. Kita hendaklah menghayati semangat dan roh di sebalik sambutannya. Kita tidak melupakan perjuangan baginda menyebarkan Islam di seluruh pelusok dunia. Maka, kita yang mengaku umat Nabi Muhammad SAW hendaklah menunjukkan rasa cinta kita kepada kekasih Allah ini bukan sahaja di bulan kelahiran baginda bahkan setiap saat dan detik.

Tidak kurang juga kita mengikuti setiap sunnah baginda dalam segenap aspek kehidupan agar kehidupan kita akan diberkati dunia dan akhirat.

IKRAM Batu Pahat, [20.10.21 10:18]

Monday 27 September 2021

Akhlak Remaja Bermula di Rumah

Sumber foto: Mr Google

" Baiti Jannati " ( Rumahku Syurgaku ). Satu gambaran bahawa rumahlah segala-galanya bermula dan tempat untuk kita dapat mengecapi kebahgiaan. " Syurga itu di bawah tapak kaki  ibu ", hadis dari Al-Tabarani. Hadis ini pula memberitahu bahawa kecemerlangan kehidupan seseorang itu bermula dengan mendampingi dan melayani kehendak seorang ibu.  Rumah dan ibu dikaitkan dengan syurga ...... suatu tempat yang menjadi idaman semua manusia yang beriman. Untuk mendapatkan syurga bukanlah semudah membeli barang. Ianya " priceless ". Hanya mereka yang bertakwa dan beriman yang layak mendapatkannya. Dari sini jelas dapat dilihat bahawa semua yang baik itu berpunca dari rumah yang didiami oleh seorang ibu atau bapa serta anak-anaknya. Rumahlah institusi pendidikan pertama bagi anak-anak.

Kata pepatah, " Melentur buluh biarlah dari rebungnya ". Samalah  juga bila mendidik anak-anak. Semua nilai-nilai yang mulia dalam Islam perlu diterapkan kepada anak-anak seawal yang mungkin. Janganlah kita biarkan mereka terbiasa dengan sifat-sifat yang negatif  semasa kecil kerana ini akan menyulitkan kita memperbetulkannya apabila remaja kelak. Wujudkanlah suasana "solehah" dalam rumah agar anak-anak tidak kekok dengan amalan-amalan dan cara hidup seorang muslim yang sebenarnya. Tarbiyah tidak cukup dengan hanya secara teori tetapi memerlukan amalan -amalan yang berterusan. Kita boleh hantar anak-anak ke sekolah agama untuk mendapatkan ilmu Islam, tetapi apakah kita yakin mereka mampu mempergunakannya dalam kehidupan mereka? Di sinilah peranan ibu-bapa dalam membimbing anak-anak mereka dengan menjalani dan sekaligus memberi gambaran kehidupan yang diredhai oleh Allah SWT.

Peranan Ibu-bapa

Apabila membincangkan tajuk ini kita tidak boleh lari daripada membicarakan tentang peranan dan tanggungjawab ibu-bapa dalam mendidik dan mentarbiyah anak-anak. Ibu-bapa perlulah melihat anak-anak dalam kontek yang bebeza-beza agar timbul rasa keinsafan dalam diri dan rasa bersyukur terhadap anugerah Allah SWT ini. Cuba lihat bagaimana keadaan pasangan-pasangan yang tidak dikurniakan anak...... betapa 'kepinginnya' mereka kepada anak-anak.

1. Anak sebagai anugerah
Bila dilihat dari sudut ini, anak bukanlah rezeki semata-mata kerana tidak semua orang dapat anak sepertimana rezeki-rezeki yang lain. Semua orang tanpa terkecuali mendapat rezeki masing-masing..... cuma banyak dan sedikit sahaja yang membezakannya. Firman Allah yang bermaksud:

 “Ya Tuhan kami, anugerahkan kepada kami dari sisi Engkau zuriat yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. (QS Ali Imran: 38)

Anak yang dilahirkan adalah anugerah Ilahi dan kurniaan daripada Allah SWT kepada umatnya. Zuriat bukan sekadar penyambung warisan malah bukti kekuasaan Allah. Namun malangnya, sejak akhir-akhir ini ada segelintir masyarakat masih lagi tidak mensyukuri kurniaan Allah SWT dengan melakukan  tindakan kejam seperti membuang, membunuh, menjual serta mendera bayi tanpa berperikemanusiaan.

2. Anak adalah perhiasan hidup.
Orang kata anak adalah permata hati pada ibu bapanya. Dalam al-Quran pula  Allah berfirman yang bermaksud:

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan”.
(QS Al-Kahfi:46)

 Dalam hal ini anak diletakkan sebagai perhiasan dan kekayaan dunia bagi orang tuanya. Jika seorang anak itu dianggap sebagai perhiasan, maka sudah semestinya ia perlu dijaga dengan baik, digilap selalu agar sentiasa kelihatan cantik dan indah. Anak itu juga menjadi suatu yang sangat berharga kepada kedua ibu-bapa. Oleh kerana itu menjadi kewajipan para ibu dan bapa menyusun dan mengatur tarbiyah anak-anak  supaya mereka menjadi anak-anak yang indah  akhlaknya menurut nilai-nilai Islam. Didiklah mereka menjadi insan yang disukai oleh orang ramai sebagaimana indahnya  sebutir mutiara, tiada siapa yang membencinya. Pasangan -pasangan yang akan mendapat anak juga digalakkan berdoa seperti di bawah:

Ya Allah kurniakanlah kami zuriat yang terbaik, sesungguhnya Kau mendengar doa kami’.

3.  Anak adalah amanah,
Ini bermakana ia satu tanggungjawab yang perlu dipikul oleh semua ibu bapa. Islam menggesa setiap ibu bapa mengambil berat aspek pentarbiyahan atau pendidikan anak-anak. Firman Allah yang bermaksud:

  “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah diri kamu dan keluargamu daripada api neraka.”
(QS At-Tahrim: 6)

Ayat itu menjelaskan ibu bapa perlu menitikberatkan hal berkaitan asuhan, bimbingan serta pendidikan yang terbaik untuk anak-anak.Tentunya dalam hal ini, pendidikan agama serta menerapkan akidah perlu dilaksanakan dengan sempurna. Iman dan hidayah bukan seperti meninggalkan harta pusaka berbentuk fizikal, tetapi iman adalah kefahaman dan keyakinan dalam hati seseorang anak.

Tanggungjawab ini tidak akan dapat dijalankan dengan sempurna tanpa bantuan daripada anak-anak.  Maksudnya, anak-anak remaja yang sudah boleh berfikir, juga perlu ada perasaan tanggungjawab terhadap kedua ibu-bapa. Anak-anak yang bermasalah akan menyukarkan ibu-bapanya menjalankan tanggungjawab mereka.  
 
4. Anak adalah ujian.
 Firman Allah yang bermaksud:

“Dan Ketahuilah, bahawa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan Sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS Al Anfal : 28)

Anggaplah kerenah anak-anak yang  menimbulkan berbagai-bagai masalah itu sebagai satu ujian daripada Allah SWT. Ibu-bapa yang terpaksa berdepan dengan anak-anak yang seperti ini haruslah banyak bersabar . Berdoa dan bermunajat untuk anak-anak agar mereka diberi hidayah dan petunjuk daripada Allah SWT. Jangan sekali-kali mendoakan keburukan terhadap anak-anak apabila dalam keadaan marah, takut-takut doanya termakbul ketika itu. Maksud hadis:

Dari Abi Hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang diridhai Allah ’Azza wa Jalla tanpa berpikir panjang, Allah akan mengangkatnya beberapa derajat dengan kata-katanya itu. Dan seorang hamba yang berbicara dengan kata-kata yang dimurkai Allah tanpa berpikir panjang, Allah akan menjerumuskannya ke neraka Jahanam dengan kata-katanya itu”.
 (HR Bukhari, Ahmad, dan Malik).

Kebiasaan berbicara baik sudah masuk ke dalam memori otak bawah sedar, sehingga tanpa dipikir panjang pun, yang keluar dari lisannya selalu baik. Namun dalam keadaan marah selalunya apa yang diucapkan terkeluar dari kendalian otak yang bawah sedar sehingga terucap kata-kata keji yang dimurkai Allah.

5. Anak adalah pewaris
Pertama, anak akan mewarisi harta pusaka yang ditinggalkan. Kedua, anak juga akan mewarisi agama dan perjuangan ibu-bapa. Anak-anak mestilah dididik agar membelanjakan harta yang diwarisi di jalan Allah SWT. Begitu juga dengan agama, anak-anak perlu diberitahu betapa pentingnya mempertahan dan memperjuangkan agama Islam yang dianutinya. Anak sebagai Zuriat (Penerus Keturunan), adalah anugerah Allah swt yang akan meneruskan garis keturunan dan cita-cita orangtua. Firman Allah SWT yang bermaksud: 

"Dan Nabi Ibrahim pun berwasiat dengan agama itu kepada anaknya, dan (demikian juga) Nabi Yaakub (berwasiat kepada anaknya) katanya: Wahai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama (Islam) ini menjadi ikutan kamu, maka janganlah kamu mati melainkan kamu dalam keadaan Islam." ( QS Al-Baqarah:132)

6. Anak sebagai penerus amal soleh
Doa anak kepada ibu -bapa walaupun sesudah mati diterima oleh Allah SWT. Lain-lain Amal yang boleh dibuat oleh seorang anak terhadap ibu-bapanya yang telah meninggal dunia seperti bersedekah bagi pihak mereka dan menjelaskan hutang-hutang mereka samada dengan Allah maupun dengan manusia lain.

From Abu Hurayrah, may Allah be pleased with him, that the Messenger of Allah said:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّااِمنْ ثَلَاثٍ: وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ مِنْ بَعْدِهِ، أَوْ صَدَقَةٍ جَارِيَة

 (When a son of Adam dies, his deeds cease apart from three: a righteous child who will pray for him,
knowledge from which others may benefit after him, or ongoing charity.)

Makna hadis:

Apablia seorang anak Adam meninggal segala amalannya terputus kecuali tiga: anak yang soleh yang akan mendoakan untuknya, ilmu yang manusia mendapat manfaat darinya dan sedekah yang berterusan. (HR Muslim)

7. Anak sebagai penyejuk hati
Allah swt berfirman yang bermaksud:

“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami  isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.”. (QS Al-Furqan:74)

Kita semua sangat mengharapkan hadirnya anak yang soleh dan solehah yang boleh menyejukkan hati dan mata, yang dalam kehidupannya taat beragama dan berakhlak mulia, serta taat  kepada kedua ibu bapanya. 

8. Anak itu membawa rezki
Allah swt berfirman yang bermaksud:

  “Dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu kerana takut kemiskinan, Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka.”  (QS Al An’am:151)

Walaupun anak itu sendiri bukan rezeki, tetapi kita harus yakin bahawa anak-anak yang lahir ke bumi sudah membawa rezki. Jika anak-anak itu adalah anak-anak yang soleh dan solehah, yang membesar dalam beribadah kepada Allah, maka semakin bertambahlah kurnia yang Allah berikan kepada kedua orang tuanya. Hidup menjadi semakin berkat dengan kehadiran mereka. 

9.  Anak sebagai musuh. 
Allah swt berfirman yang bermaksud:

 “Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS At-Taghabun:14)

Di sini kita perlu lebih berhati-hati bagaimana anak-anak itu boleh menjadi musuh orangtua, kerana kemungkinan mereka boleh menjauhkan kita dari zikir kepada Allah dan berjuang di jalan-Nya dan boleh melemahkan tekad kita. Semoga kita boleh memaafkan mereka dan menyantuninya dengan penuh kasih sayang.

Bersyukurlah ibu-bapa yang dikurniakan anak, tidak kira dalam keadaan apa pun mereka itu berada.... yang bijak , yang kurang cerdik, yang kacak, yang tidak cantik, yang sempurna, yang kurang upaya, yang berakhlak, yang panjang akal dan sebagainya. Mereka telah diamanahkan kepada kita, maka lindungilah mereka dan penuhilah keperluan-keperluan mereka setakat yang termampu. Semua itu bermula di rumah....jangan harapkan pihak sekolah atau pengasuh melaksanakan tanggungjawab yang  sepatutnya kita pikul.

Bagi pihak anak-anak pula bersyukurlah dengan apa yang telah disediakan oleh kedua ibu-bapa. Jika kita terasa apa yang didapati daripada ibu-bapa itu masih belum mencukupi keperluan, cuba bayangkan mereka yang tidak ada ibu-bapa langsung. Jadilah anak yang tahu membalas jasa kedua ibu-bapa bagi menandakan kesyukuran kita terhadap mereka.

Related posts:

Pemuda-pemudi berakhlak tunjang negara

Friday 24 September 2021

Kesalahan Ibu Bapa Mendidik Anak

Kata pepatah, " Melentur buluh biarlah dari rebungnya ". Samalah juga bila mendidik anak-anak. Semua nilai-nilai yang mulia dalam Islam perlu diterapkan kepada anak-anak seawal yang mungkin. Janganlah kita biarkan mereka terbiasa dengan sifat-sifat yang negatif semasa kecil kerana ini akan menyulitkan kita memperbetulkannya apabila remaja kelak. Wujudkanlah suasana "solehah" dalam rumah agar anak-anak tidak kekok dengan amalan-amalan dan cara hidup seorang muslim yang sebenarnya. Tarbiyah tidak cukup dengan hanya secara teori tetapi memerlukan amalan -amalan yang berterusan. Kita boleh hantar anak-anak ke sekolah agama untuk mendapatkan ilmu Islam, tetapi apakah kita yakin mereka mampu mempergunakannya dalam kehidupan mereka? Di sinilah peranan ibu-bapa dalam membimbing anak-anak mereka dengan menjalani dan sekaligus memberi gambaran kehidupan yang diredhai oleh Allah SWT.
Jikalau kita perhatikan perangai anak-anak ini secara dekat, ada anak-anak yang sangat mendengar kata, tidak melawan cakap. Namun ramai yang kita lihat anak-anak ini menjerit, menangis, melawan apabila tidak dapat apa yang mereka kehendaki. Perbezaan sikap ini banyak bergantung pada cara didikan dan sikap ibu-bapa sendiri dalam mengendalikan ragam anak-anak.

Nasihat atau tips pada ibu bapa yang ingin anak-anak yang mendengar cakap.
Sumber: https://mysumbermaya.com

1. Tidak perlu jadi pemarah, cukup jadi tegas.

Ada beza antara marah dan tegas. Ibu bapa sekarang ramai suka marah tetapi tidak tegas. Bab menjerit, kebanyakan ibu-bapa, no 1, tetapi cakap selalu "tak serupa bikin".

2. Jangan suka megugut anak dengan perkara yang kita tahu, kita tidak akan buat pun.

Kalau hendak ajar anak pasal "akibat" pun, pastikan cakap apa yang kita akan buat sahaja.

Contoh, "Pergi mandi sayang, kalau tak nanti mama tak bawa pergi taman petang ni". Kalau dia tidak buat, tidak perlu marah, tidak perlu menjerit, tetapi bila sampai petang, jangan bawa dia pergi ke taman, walaupun dia menangis, menjerit masa itu.

Biar anak kita tahu, kita bukan pemarah tapi kita tegas. Setiap apa yang kita cakap, kita akan buat. Dia akan mula hormat dengan apa yang kita cakapkan, walaupun tanpa menjerit.

3. Katalah anak kita cuba merayu meminta maaf, dan berjanji tidak akan buat lagi, kemudian dia minta dibawa pergi ke taman pada hari yang sama dia buat kesalahan itu, maka jangan bawa, walaupun dia sudah meminta maaf.

Katakan pada dia, “Hari ni sayang dah buat salah, mama tak mau bawa pergi taman. Kita tengok esok, kalau sayang dengar kata, kita pergi esok.”

Jangan kesalahan ibu bapa mendidik anak ini terjadi disebabkan perkara yang remeh. Esoknya bila kita suruh anak mandi, dia akan mula teringat, "akibat" semalam di mana mama dan papanya betul-betul tidak bawa dia pergi ke taman. Dia mula berfikir ... "Hari ni kena dengar cakap".

4. Bila anak dengar kata, berikan reward atau ganjaran. Jangan hanya tahu mengugut bila anak tidak dengar kata tetapi tidak berikan ganjaran apabila dia mendengar kata.

5. Jangan lupa berdoa pada Allah swt. Usaha kita ini asbab sahaja, tetapi yang memberi rezeki anak yang mendengar kata itu adalah Allah swt, bukan kita sendiri.

Seterusnya, untuk memastikan anak-anak menjadi insan yang berguna, ibu bapa mestilah menjadi suri teladan yang terbaik kepada anak-anak, bak kata pepatah bagaimana acuan begitulah kuihnya. Ibu bapa sepatutnya menjadi role model untuk dicontohi anak-anak mereka terutama daripada segi mengamalkan gaya hidup sihat. Anak ibarat kain putih yang bersih, ibu bapalah yang membentuk anak-anak sama ada menjadi Yahudi, Nasrani ataupun Majusi.

Ibu bapa janganlah menjadi seperti “ketam mengajar anaknya berjalan betul”. Ibu bapa meminta anak-anak menunjukkan contoh terbaik sedangkan mereka tidak menunjukkan contoh yang baik kepada anak-anak. Gaya mendidik anak-anak seperti ini tidak akan berkesan. Peribahasa Melayu “bapa borek anak rintik” dan "ke mana tumpahnya kuah kalau tidak ke nasi" sudah jelas membuktikan bahawa segala tindak tanduk ibu bapa akan menjadikan ikutan anak-anak, kerana anak-anak biasanya meniru tingkah laku dan percakapan ibu bapa.

Pendidikan awal bermula dari rumah. Anak-anak yang membesar di bawah didikan ibu bapa yang berjaya menjadi suri teladan yang baik akan menjadi insan yang baik dan bertanggungjawab. Sebagai contohnya, jika anak-anak melihat ibu bapanya mendirikan solat dan mengamalkan sikap suka membaca, anak-anak sudah pasti akan mencontohi setiap perbuatan dan perlakuan ibu bapa mereka. Oleh itu, ,ibu bapa haruslah sentiasa menjaga tingkah laku dan mengelakkan penggunaan bahasa yang kasar dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini demikian kerana keperibadian ibu bapa menjadi penentu tingkah laku anak-anak pada masa hadapan. Jelasnya, ibu bapa harus menjadi contoh teladan yang baik agar anak-anaknya turut menjadi insan yang baik dan berguna.

Jika dilihat kepada masalah sosial yang berlaku di kalangan generasi muda sekarang, kebanyakannya adalah disebabkan oleh kelonggaran ibu bapa dalam mengawal tingkah laku serta perhubungan anak-anak mereka. Memanglah banyak faktor yang mendorong kepada permasalahan ini tetapi ini semua dapat dikawal jika ibu bapa mempunyai pengetahuan dalam kaedah mendidik dan mengawal tingkah laku anak-anak.

Monday 6 September 2021

Sifat-sifat Pendidik yang Berjaya

Memang tidak ada manusia yang sempurna melainkan Rasulullah SAW. Namun sebagai orang tua kita harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar boleh  dijadikan tauladan bagi anak-anaknya. Semakin elok  sifat-sifat orang yang bergelar sebagai pendidik, semakin hampir tahap keberhasilannya dalam mendidik anak-anak. Berikut ini adalah sifat-sifat yang perlu ada pada seorang pendidik.
1. Penyabar dan tidak pemarah

Dua sifat ini, yakni penyabar dan tidak pemarah, menurut Rasulullah SAW adalah yang dicintai oleh Allah swt.  (HR Muslim dari Ibnu Abbas ). Berkenaan dengan sifat ini ada sebuah kejadian menarik yang diceritakan oleh Abdullah ibnu Thahir.

“ Pada suatu hari,"  kata Abdullah bercerita, "Saya bersama Al-Makmun (seorang khalifah Bani Abbasiyah), lalu memanggil pelayannya, “Ghulam”! tidak dijawab, “Ghulam”! kedua kalinya pun tidak dijawab, lalu dipanggil yang ketiga kalinya barulah seorang pelayan lelaki muda keluar sambil berkata, "Apakah seorang pelayan tidak berhak makan dan minum? Bukankah saya baru saja melayani anda, kenapa dipanggil-panggil lagi?" Mendengar bicara pelayannya itu Al-Makmun lama tertunduk. Saya curiga jangan-jangan Al-Makmun akan menyuruh saya untuk memenggal leher pelayannya itu. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan memandang saya, “ Wahai Abdullah", ujarnya, “Jika ada majikan yang baik, justeru pelayannya yang buruk, tetapi saya tidak mau berperilaku buruk untuk memperbaiki perilaku pembantu saya.”

2. Lemah-lembut dan menghindari kekerasan

Rasulullah bersabda yang bermaksud:

“ Allah itu Maha Lemah-lembut, cinta kelemah-lembutan. Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya “ (HR Muslim dari Aisyah)

Sabda yang lain yang bermaksud:
” Tidaklah kelemah-lembutan itu terdapat pada sesuatu melainkan akan membuatnya indah, dan ketiadaannya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk” (HR
. Muslim)

Sifat demikian juga ditunjukkan oleh para salafus soleh dalam bermuamalah. Di antaranya adalah kejadian yang pernah dialami oleh budak lelaki (pelayan) Imam Zainal ‘Abidin (cicit Sayidina Ali).   Pada suatu hari budak itu menuangkan air minum ke gelas minumnya Imam Zainal Abidin dari teko yang terbuat dari porselin. Tiba-tiba teko itu jatuh dan mengenai kaki sang Imam hingga berdarah. Cepat-cepat pelayan itu berkata,

“ Wahai Tuan, Allah telah berfirman, “ Dan mereka itu adalah orang-orang yang mampu menahan kemarahan “

Mendengar itu beliau berkata, “Ya, saya tahan kemarahan saya.”

“ Dan ( juga ) pemaaf kepada manusia.” Kata budak itu membaca sambungan firman Allah tadi.

” Ya, saya pun telah memaafkan kamu.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.

Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”  Sambung budak itu menyempurnakan bunyi firman Allah tersebut.

”Sudah, kamu saya merdekakan kerana Allah.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.

3. Hatinya penuh Rasa kasih Sayang

Sulaiman Malik Ibnu Al Huwairits pernah tinggal ( untuk berguru ) bersama Rasulullah SAW, bersama teman-teman sebayanya selama dua puluh malam. "Kami dapati beliau sebagai seorang yang sangat penyayang dan pengasih,” cerita Al Huwairits. “ Setelah beliau melihat bahawa kami sudah rindu kepada keluarga, beliau bertanya tentang siapa saja orang-orang yang kami tinggalkan di rumah. Kami pun memberitahukannya. Lalu, kami diperintahkan agar pulang."  Beliau menasihati,

“Pulanglah kepada keluarga kamu, tinggallah bersama mereka, ajari mereka, berbuat baiklah kepada mereka, dan solatlah kamu seperti ini di waktu demikian, solatlah begini di saat demikian! Jika tiba waktu solat, salah seorang harus azan dan yang paling tua menjadi imam.” (Muttafaq’alaih)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“ Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidak akan masuk syurga kecuali orang yang bersifat penyayang.”

Seorang sahabat berkata, “wahai Rasulullah, setiap kita mampu menyayangi.”
Rasulullah saw. Menjawab ;

“ Kasih sayang itu bukan ( terbatas ) seorang menyayangi kawannya, namun kasih sayang untuk semua manusia “ (HR Ath Thabrani)


4. Memilih yang termudah di antara dua perkara selagi tidak berdosa

‘Aisyah berkata,

Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah antara dua pilihan melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu tidak berdosa. Jika itu dosa maka beliaulah orang yang paling jauh meninggalkannya. Dan, beliau tidak mendendam sama sekali terhadap dirinya kecuali jika dirinya melanggar larangan Allah. Maka beliau akan menghukum dirinya sendiri kerana Allah
 (Muttafaq’alaih)

5. Fleksibel

Bukan fleksibiliti yang bererti lemah dan kendor sama sekali, melainkan sikap fleksibel dan mudah yang tetap berada dalam batas  syariah. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

Mahukah kuberitahukan terhadap siapakah api neraka itu diharamkan atau siapakah yang diharamkan dari neraka?”

Beliau bersabda:

حُرِّمَ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ

“Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang rendah hati, lemah lembut (fleksibel), mudah, serta dekat dengan manusia” (HR Ahmad).

6. Tidak Emosional ( Suka Marah )

Dalam pendidikan, sifat pemarah dan emosional harus dijauhi. Sifat demikian bahkan menjadi faktor kegagalan dalam pendidikan anak, maka ketika ada orang yang meminta Nabi agar diberi pesan secara khusus, tiga kali beliau memintanya agar tidak suka marah.

Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:

“ Orang kuat itu bukan kerana kekuatannya dalam berkelahi, tetapi kerana kemampuannya mengendalikan diri ketika sedang marah “ ( Muttafaq’alaih)

7. Tidak ekstrim dan berlebih-lebihan

Ekstrim dan berlebih-lebihan adalah sikap tercela. Jika harus marahpun ada tempatnya dan tidak sampai menyebabkan tindakan keluar dari kebenaran. Rasullullah saw, sebagaimana layaknya manusia lain, juga pernah marah. Namun, jika marah pun kerana kebenaran. Kalimat yang terucap pun tidak pernah keluar dari kebenaran.

Ada seorang laki-laki mengadu kepada Nabi bahawa dirinya akan datang terlambat ketika solat subuh lantaran si fulan jadi imam itu suka memanjangkan salatnya. Ketika berpidato, semasa menyentuh masalah itu, beliau marah sekali hingga tidak seperti biasanya.

Kemudian Rasulullah SAW  bersabda yang bermaksud:

Wahai sekalian manusia! Ada di antara kamu yang menyebabkan orang lari ( dari Islam ) maka siapa saja yang menjadi imam, hendaklah mempersingkatkan solatnya. Kerana di belakang kamu ada orang tua, anak kecil dan orang yang ada keperluan [Muttafaq’alaihi ]

8. Ada ketidakseimbangan waktu dalam memberi nasihat

Sering kali banyak bercakap itu tidak membuahkan hasil. Sebab itulah Imam Ibnu Hanifah berpesan kepada muridnya,

Janganlah kamu mengajarkan fiqh kamu kepada orang yang sudah tidak berminat!”

Ibnu Mas’ud ra. hanya memberi nasihat kepada para sahabat setiap hari khamis.

Maka ada seorang yang berkata kepada beliau,” Wahai Abu Abdur Rahman, alangkah baiknya jika anda memberi nasihat kepada kami setiap hari.”

Beliau menjawab,

Saya enggan begitu kerana saya tidak ingin membuat kamu merasa bosan dan saya memberi ketidakseimbangan (imbalance) waktu dalam memberi nasihat sebagaimana Rasulullah lakukan terhadap kami dahulu kerana kuatir kami bosan.”(Muttafa’alaih)

Sumber :  Kitab Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli

Coretan:

Dari koleksi emel Masjid Annahl Group


Monday 16 August 2021

Kelebihan Bulan Muharam


Banyaknya nikmat Allah tidak terkira. Berakhir musim haji yang penuh barakah, muncul pula bulan Muharam yang mengandungi pelbagai kelebihan dan keistimewaan yang disediakan untuk hamba yang beriman dan mengharap keredhaan-Nya.

Muharam adalah bulan yang mulia di sisi Allah taala. Firman-Nya bermaksud:
“Sesungguhnya bilangan bulan-bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (yang telah ditetapkan) dalam Kitab Allah semasa Dia menciptakan langit dan bumi, antaranya empat bulan yang dihormati. Ketetapan yang demikian itu ialah agama yang betul lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan-bulan yang dihormati itu (dengan melanggar larangan-Nya) dan perangilah kaum kafir musyrik seluruhnya sebagaimana mereka memerangi kamu seluruhnya dan ketahuilah sesungguhnya Allah berserta orang-orang yang bertakwa.”
(At-Taubah 9:36)
Maksud bulan haram yang disebut dalam ayat di atas, dijelaskan dalam sepotong hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim daripada Abi Bakrah r.a. (maksudnya):
“Ketahuilah bahawa sesungguhnya zaman beredar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun terdiri daripada 12 bulan. Empat daripadanya adalah bulan haram, iaitu tiga bulan berturut-turut: Zulkaedah, Zulhijah dan Muharam. Dan Rejab diapit oleh Jamadilakhir dan Syakban.”
Di dalam ayat di atas, Allah melarang manusia melakukan kejahatan dan kezaliman sama ada terhadap diri sendiri atau terhadap makhluk-Nya yang lain dalam bulan-bulan haram. Apakah ini membawa maksud pada bulan-bulan lain kejahatan dan kezaliman tidak dilarang? Al-Qurtubi menjelaskan bahawa Allah menyebut bulan haram secara khusus sebagai bulan yang diharamkan melakukan kezaliman sebagai tanda memuliakan bulan tersebut, pada hal perbuatan jahat dan zalim dilarang sepanjang masa dan tempat. Begitu juga dengan firman Allah mengenai musim haji yang bernaksud:
“(Masa untuk mengerjakan ibadat) haji itu ialah beberapa bulan yang termaklum. Oleh yang demikian sesiapa yang telah mewajibkan dirinya (dengan niat mengerjakan) ibadat haji itu, maka tidak boleh mencampuri isteri dan tidak boleh membuat maksiat dan tidak boleh bertengkar dalam masa mengerjakan ibadat haji...”
(Al-Baqarah 2:197)
Allah larang membuat maksiat dan bertengkar dalam masa mengerjakan ibadah haji tidak bererti di luar musim haji harus membuat maksiat dan bertengkar.
Yang manakah bulan haram paling afdal?
Ayat dan hadis di atas menyebut bahawa terdapat empat bulan haram. Adakah semuanya sama atau ada antara empat bulan itu lebih afdal daripada yang lain?
Menurut Ibn Rajab (736H-795H), ulamak berbeza pendapat mana antara bulan haram yang paling afdal? Al-Hasan dan lain-lain berpendapat yang paling afdal adalah bulan Muharam. Pendapat ini ditarjih oleh sekumpulan ulamak mutakhirin. Wahab bin Jarir meriwayatkan daripada Qurrah bin Khalid daripada al-Hasan, dia berkata: “Sesungguhnya Allah memulakan tahun dengan bulan haram dan menutupnya dengan bulan haram. Maka tidak ada bulan dalam setahun, selepas Ramadan, lebih mulia di sisi Allah selain bulan Muharam. Ia dinamakan bulan Allah al-Asomm (yang padu dan padat) kerana tersangat mulianya.”
An-Nasa’i meriwayatkan daripada Abu Dzar r.a. katanya: “Saya bertanya Nabi s.a.w., malam apakah yang paling afdal dan bulan apakah yang paling afdal?” Baginda s.a.w. menjawab (maksudnya): “Sebaik-baik malam adalah pertengahannya dan bulan paling afdal ialah Syahr-Allah (bulan Allah), iaitu yang kamu panggil Muharam.” Ibn Rajab menambah, maksud Muharam bulan paling afdal yang disebut oleh Rasulullah s.a.w. dalam Hadis ini ialah bulan yang paling afdal selepas bulan Ramadan.
Hadis lain yang menunjukkan kelebihan bulan Muharam ialah yang diriwayatkan oleh Muslim daripada Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda maksudnya: “Puasa paling afdal selepas bulan Ramadan ialah bulan Allah yang dimuliakan (Muharam). Dan solat paling afdal selepas fardu ialah solat malam.”
Dalam hadis yang disebut di atas, kita dapati Nabi s.a.w. menisbahkan atau menamakan bulan Muharam ini sebagai bulan Allah. Ia sahaja sudah cukup untuk memberikan gambaran betapa mulianya bulan ini.
Dalam bulan ini telah berlaku satu peristiwa penting dalam sejarah Islam, peristiwa datangnya pertolongan Allah memenangkan kebenaran yang dibawa oleh pesuruh-Nya dan tumpasnya kebatilan yang cuba dipertahankan oleh musuhnya.
Antara peristiwa penting itu ialah Allah telah menyelamatkan Nabi Musa a.s. serta kaumnya daripada ancaman Firaun yang zalim, manakala Firaun serta pengikutnya mati lemas dalam keadaan yang hina.
Ibnu ‘Abbas r.a. menceritakan, apabila Nabi s.a.w. berhijrah ke Madinah, baginda mendapati orang-orang Yahudi berpuasa pada hari ke-10 Muharam. Nabi s.a.w. bertanya mengapa mereka berpuasa pada hari tersebut. Mereka menjawab, “10 Muharam adalah hari berlakunya peristiwa besar di mana Allah telah menyelamatkan Nabi Musa a.s. dan kaumnya serta melemaskan Firaun dan pengikutnya. Musa telah berpuasa pada hari ini (10 Muharam) sebagai tanda bersyukur, maka kami pun ikut berpuasa.”
Mendengar jawapan itu, Nabi s.a.w. bersabda (maksudnya): “Maka kita (umat Islam) lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kamu (orang Yahudi).” Ibnu ‘Abbas menambah, maka Nabi s.a.w. berpuasa dan menyuruh umat Islam berpuasa.”
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Ahmad meriwayatkan daripada Abu Hurairah hadis yang sama dengan menambah: “Hari itu (10 Muharam) juga merupakan hari mendaratnya kapal Nabi Nuh di atas bukit Judi. Maka Nuh berpuasa sebagai tanda syukur.”
Kelebihan puasa hari ‘Asyura (hari ke-10 Muharam)
Daripada Abi Qatadah r.a., seorang lelaki bertanya Nabi s.a.w. mengenai puasa hari ‘Asyura. Baginda s.a.w. menjawab (maksudnya): “Sesungguhnya aku mengharapkan Allah akan menghapuskan dosa satu tahun yang sebelumnya.”
(Sahih Muslim)
Daripada ar-Rabi’ binti Mu’awwiz , Rasulullah s.a.w. menghantar utusan ke kampung-kampung orang Ansar di sekitar Madinah supaya menyampaikan pesanannya: “Sesiapa yang bangun pagi dengan niat berpuasa pada hari ini (10 Muharam), hendaklah dia menyempurnakan puasanya. Dan sesiapa yang bangun pagi tidak berpuasa, maka teruskanlah.” Ar-Rabi’ berkata: “Selepas itu kami sentiasa berpuasa pada hari ‘Asyura dan menyuruh anak-anak kecil kami berpuasa. Kami membawa mereka ke masjid dengan membawa bersama permainan daripada bulu. Apabila mereka menangis meminta makanan, kami beri mereka permainan untuk melekakan mereka sehinggalah tiba waktu berbuka.”
(Riwayat al-Bukhari dan Muslim)
Cara berpuasa ‘Asyura:
1. Yang paling afdal ialah berpuasa pada hari kesembilan (tasu’a) dan ke-10 (‘asyura). Ini berdasarkan Hadis riwayat Muslim daripada Ibnu ‘Abbas r.a. bahawa Nabi s.a.w. bersabda maksudnya: “Sekiranya aku masih hidup pada tahun hadapan, aku akan berpuasa hari kesembilan dan ke-10.”
2. Berpuasa pada hari ke-10 dan ke-11. Daripada Ibnu ‘Abbas r.a. Nabi s.a.w. bersabda maksudnya:
“Hendaklah kamu berbeza dengan Yahudi. Berpuasalah satu hari sebelumnya atau satu hari selepasnya.”
(Riwayat Ahmad dan Ibn Khuzaimah)
3. Berpuasa pada hari kesembilan, ke-10 dan ke-11 kerana terdapat hadis Ibnu ‘Abbas yang diriwayat secara marfu’ bermaksud: “Berpuasalah satu hari sebelumnya dan satu hari selepasnya.”
4. Berpuasa pada hari ke-10 sahaja. Hal ini berdasarkan hadis Abi Qatadah r.a. iaitu ketika seorang lelaki bertanya Nabi s.a.w. mengenai puasa hari ‘Asyura, baginda sallallahu alaihi wasallam menjawab (maksudnya):
“Sesungguhnya aku mengharapkan Allah akan menghapuskan dosa satu tahun yang sebelumnya.”
(Sahih Muslim)
Dipetik daripada :http://www.malaysiaharmoni.com
Penulis: Ustazah Maznah Daud

Friday 9 July 2021

Ibadah Qurban

 Hari ini 29 Zulkaedah 1442 Hijrah. Esok 1 Zulhijjah dan 10 hari lagi insya Allah umat Islam di seluruh dunia akan menyambut I'dul Adha. Ramai di kalangan umat Islam di Malaysia yang masih tidak sedar akan kebesaran hari itu sama seperti Hari Raya Puasa. Maka hendaklah kita menyambutnya dengan kemeriahan (dalam lingkungan syarak) sepertimana kita menyambut I'dul Fitri .

Ramai juga yang tidak tahu bahawa amalan berqurban itu hukumnya sunat muakkad (yang dituntut) bagi orang yang mempunyai lebihan dan kemudahan harta. Demikian pendapat majoriti ulama termasuklah sahabat besar seperti Abu Bakar as-Siddiq r.a, Umar al-Khattab r.a, Ibn Mas'ud r.a dan lain-lain, kecuali Imam Abu Hanifah berpendapat ianya WAJIB bagi mereka yang berkemampuan. Ini berdasarkan pada hadis:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ وَجَدَ سَعَةً فَلَمْ يُضَحِّ فَلَا يَقْرَبَنَّ مُصَلَّانَا

Dari Abu Hurairah ra., nabi Muhammad saw bersabda,“Barang siapa yang mempunyai kemampuan tetapi ia tidak berqurban, maka janganlah ia menghampiri (mendekati) tempat solat kami”.

Rasulullah saw memerintahkan berqurban dengan bahasa yang tegas dan mudah, bahkan disertai ancaman untuk tidak dekat-dekat dengan tempat solat atau dengan istilah lain tidak diakui menjadi umat Muhammad.

Mengapa Islam sangat mengambil berat amalan berqurban ini?Apakah hakikat qurban sebenarnya?

Perintah untuk melaksanakan qurban adalah sebagai bukti rasa syukur kita kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan begitu banyak nikmat kepada manusia sehingga tidak terhitung jumlahnya.
Firman Allah SWT,

وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَةَ اللَّهِ لاَ تُحْصُوهَا إِنَّ الإنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

Dan Ia telah memberi kepada kamu sebahagian dari tiap-tiap apa jua yang kamu hajati. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, nescaya lemahlah kamu menentukan bilangannya. Sesungguhnya manusia (yang ingkar) sangat suka menempatkan sesuatu pada bukan tempatnya lagi sangat tidak menghargai nikmat Tuhannya.
( Ibrahim:34)
Dan yang paling besar anugerah Allah swt adalah nikmat Iman dan Islam. Ini digambarkan Allah sendiri,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ الأِسْلاَمَ دِيناً فَمَنِ اضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لإِثْمٍ فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

”Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”
(Al-Ma’idah:3)

Berqurban tidak sekadar mengalirkan darah binatang ternak, tidak hanya memotong haiwan qurban, namun lebih dari itu. Berqurban bererti ketundukan menyeluruh terhadap perintah-perintah Allah SWT dan sikap menjauhi dari hal-hal yang dilarang-Nya. Allah swt ingin menguji hamba-hamba-Nya dengan suatu perintah; apakah dia bersangka baik kepada-Nya dan melaksanakan tuntutan itu dengan ikhlas tanpa ragu-ragu, seperti Nabi Ibrahim. Berqurban juga bererti wujud ketaatan dan peribadatan seseorang, dan dengan itu seluruh isi kehidupannya boleh menjadi manifestasi sikap berqurban.


 Larangan Memotong Kuku dan Rambut Peserta Korban

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِذَا رَأَيْتُمْ هِلاَلَ ذِي الْحِجَّةِ وَأَرَادَ أَحَدُكُمْ أَنْ يُضَحِّيَ فَلْيُمْسِكْ عَنْ شَعْرِهِ وَأَظْفَارِهِ

Daripada Ummu Salamah RA, sesungguhnya Nabi SAW bersabda: "Jika telah masuk sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah dan salah seorang antara kamu semua ingin menyembelih korban, janganlah memotong rambut dan kukunya (sehingga selesai korban)." 

(Sahih Muslim No: 3655) Status: Hadis Sahih

Pengajaran:

1.  Bagi mereka yang ingin melaksanakan ibadah korban, dilarang (makruh)  menggunting rambut, mencukur, mencabut sebarang bulu di badan dan memotong kukunya bermula dari tarikh 1hb Zulhijjah sehingga dia melaksanakan ibadah korban tersebut.

2.  Menurut Imam al-Nawawi larangan di dalam hadis ini bermaksud makruh memotongnya. Larangan menghilangkan kuku dengan memotong, mencabut atau dengan cara lain (secara sengaja). Termasuk juga larangan menghilangkan rambut sama ada mencukur, memendek, mencabut, membakar, menggunakan sesuatu untuk menghilangkan rambut dan apa jua cara sama ada pada bulu ketiak, misai, bulu ari-ari, rambut atau bulu-bulu lain di bahagian anggota badan yang lain." (Syarah Muslim  Imam al-Nawawi, jil. 13, ms. 138-139) 

3.  Bagi mereka yang sengaja mahupun tidak sengaja memotong kuku ataupun rambut sebelum melaksanakan ibadah korban, memadai dia memohon keampunan kepada Allah. Dia tidak dikenakan fidyah (tebusan atau denda).

Ibn Qudamah r.h berkata: "Jika perkara itu berlaku, dia hendaklah segera beristighfar (memohon ampun) kepada Allah. Menurut ijmak tidak ada fidyah sama sekali, baik dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja." (Kitab al-Mughni karya Ibn Qudamah, jil. ms. 96)

 4.  Majoriti ulama dari mazhab Maliki, Syafie dan sebahagian mazhab Hanbali menyatakan makruh hukumnya memotong kuku atau rambut yang ada pada badan bermula 1hb Zulhijjah hingga ibadah korban dilaksanakan.

Jom amalkan sunnah dengan tidak memotong kuku dan sebarang rambut bermula 1hb Zulhijjah bersamaan hari Ahad 11hb Julai ini bagi peserta korban sehingga ibadat korban dilaksanakan. 

Negara Rahmah Ummah Sejahtera


Petikan dari,

PERKONGSIAN 1 HARI 1 HADIS
Pertubuhan IKRAM Malaysia Negeri Johor
9 Julai 2021
28 Zulkaedah 1442H





Tuesday 1 June 2021

Aina Salahuddin - Mencari Salahuddin

KISAHNYA menjadi sumber inspirasi kepada seluruh umat Islam terutamanya di Palestin. " Aina Salahuddin?" menjadi laungan jihad sebahagian umat Islam di sana.

Siapakah Salahuddin yang dicari? Mengapa namanya dijulang oleh pejuang-pejuang Palestin? Mengapa sosok ini dikaitkan dengan pembebasan Palestin dan mengapa mereka mencarinya?

Salahuddin yang dimaksudkan ialah Yusuf bin Najmuddin al-Ayyubi atau Sultan Salahuddin Ayyubi. Salahuddin Al-Ayyubi atau Saladin (1137 - 1193) berbangsa Kurdi yang berasal dari Tikrit Iraq. Beliau adalah pengasas Dinasti Ayyubiah yang berkuasa di Mesir, Syria,sebahagian Yaman, Iraq, Mekkah Hijaz dan Diyar Bakr. Namanya sehingga kini terpahat sebagai panglima yang telah menakluk Jerusalem dan mengikat perjanjian damai dengan tentera Salib.

Tentera Salahuddin bertempur dalam 'Peperangan Hattin' melawan tentera Salib pada tahun 1187. Peperangan demi peperangan telah berjaya dimenangi oleh tentera Salahuddin sebelum mereka tiba di Juruselam. Salahuddin dan pasukannya berhasil menakluki kota-kota penting seperti Acre/Akko (10 Julai), Tyrus (14 Julai), Toron (26 Julai), Sidon (29 Julai), Gibelet (4 Ogos), Beirut (6 Ogos) dan Ashkelon (5 September).

Pertempuran bersejarah pada 1187 ini menghasilkan kemenangan Salahuddin, tepatnya 88 tahun setelah tentara Salib merebut Palestin dari penguasa Muslim. Tarikh 28 Rejab 583 H ( Jumaat - 2 Oktober ) adalah antara tarikh bersejarah bagi umat Islam, iaitu tarikh pembebasan Masjidil Aqsa dari genggaman Kristian. Mereka menurunkan semua lambang salib dan menggantikan dengan bendera Islam serta mengerjakan sembahyang jemaah di dalam Masjidil Aqsa selepas lebih 80 tahun tidak boleh berbuat demikian.

Salahuddin adalah seorang jenderal dan mujahid muslim. Di dunia Islam dan Keristian beliau dikenali kerana kebolehan sebagai ketua, ketangkasannya dalam peperangan yang disertai juga dengan sifat kesatriaan dan belas kasihannya  terhadap musuhnya di Perang Salib. Salahuddin al-Ayyubi adalah pahlawan paling mengagumkan yang pernah dipersembahkan oleh peradaban Islam sepanjang abad ke-6 hingga ke-7 Hijriah. Berkat Salahuddin, umat dan peradaban Islam terselamat dari kehancuran akibat serangan dari kaum salib.  Perjuangannya penuh dengan tekad dan tenaga, sepertinya tidak pernah penat, perang demi perang, suatu kuasa yang menakjubkan di zamannya. Pahlawan yang dapat menggoncangkan dunia apabila di medan peperangan.

Salahuddin merupakan sosok tauladan sepanjang masa dan sepanjang musim, baik di Eropah mahupun di seluruh dunia Islam. Kisah Salahudin bukan sahaja mengenai penaklukan Jerusalem, Perang Salib 3, penggabungan Syria dan Mesir, malah perjalanan politik Salahudin itu juga amat menarik dan beremosi untuk ditauladani oleh semua. Kesanggupannya meninggalkan kerajaan, harta dan keluarganya di Damsyik semata-mata kerana seruan syahid, menginspirasikan kita. Beliau bagaikan singa lapar di medan peperangan hanya kerana ingin menakluk kota suci Baitul Maqdis.

Sumber dari  https://tirto.id
Apakah yang menjadi motivasi beliau untuk mempunyai energi dan semangat yang sedemikian?
Baitulmaqdis yang menjadi rebutan sejak dahulu lagi adalah sebuah kota tiga benua, menghubungkan Afrika, Asia dan Eropah. Salahuddin Al-Ayyubi menyebut, "Sesiapa yang dapat menguasai Palestin, dia boleh menawan dunia". Ketika Salehuddin al-Ayyubi dapat menawan kembali al-Aqsa daripada tentera salib, beliau bernazar untuk meletakkan dua mimbar, satunya di Masjid al-Aqsa dan satu di Masjid Ibrahimiyah di Hebron. 

Ketika Allah memberiku tanah Mesir, aku yakin bahawa Dia juga akan memberikan Palestin kepadaku.” Kalimat itu diucapkan Salahuddin dengan penuh kepercayaan diri setelah berhasil menaklukkan Syria dan Mesir pada 1175. Sultan Salahuddin Al-Ayyubi meyakini Allah telah meletakkan tanggungjawab membebaskan Kota Baitulmaqdis di bahunya dan beliau berazam untuk melaksanakan tugas ini sebaik mungkin.

Bagi Salahuddin, tanah Palestin menjadi penting kerana di sana, tepatnya di Jurusalem, terdapat Masjidil Aqsa yang disucikan umat Islam. Dalam keyakinan Muslim, Masjid Al-Aqsa adalah kiblat pertama. Ia Tempat Nabi melakukan perjalanan Isra' Mikraj yang melahirkan perintah salat lima waktu. Pendeknya, merebut tanah Palestin bukan hanya bermakna spiritual bagi Salahuddin, tetapi juga jalan mensahkan dirinya sebagai khalifah besar di Timur Tengah.

Salahuddin Al Ayyubi adalah satu tokoh dalam Islam yang dapat dijadikan tauladan dalam pendidikan karakter. Apakah iktibar atau pengajaran yang boleh kita ambil dari tindak-tanduk beliau? Dari kisah pahlawan merangkap seorang raja, kita dapat mencontohi sikap beliau dalam terus berjuang untuk membebaskan umat Islam dari cengkaman orang Keristian yang kejam.

Persediaan beliau juga sangat mantap. Pelajaran ketenteraan didapati Salahuddin dari pakciknya Asaduddin Shirkuh yang menjadi panglima perang Turki Saljuk. Bersama dengan pakciknya, Salahuddin menguasai Mesir dan menjatuhkan sultan terakhir Dinasti Fatimiyah. Beliau sememangnya seorang penunggang kuda yang cekap dan panglima tentera yang bermatlamat ‘Jihad Fi Sabillillah’. Dari seorang ketua panglima tentera kepada Sultan Nurudin dari Syria hingga menjadi Khalifah  Mesir sebelum diisytiharkan kemerdekaan oleh Kerajaan Abasiyah dan diberikan gelaran Sultan Salahuddin Al-Ayyubi. 

Salahuddin mempunyai peribadi yang agung. Bukan sahaja sifat kepahlawanannya, tetapi yang utama adalah akhlaknya. Beliau juga adalah pemimpin yang memelihara ilmu pengetahuan, sangat berpengetahuan dalam agama dan sangat warak, menjadi contoh yang baik dalam menepati janji, keberanian dan pemurah.

Stanley Lane-Poole seorang orientalis dan ahli arkeologi dari England berkata,“Sekiranya penaklukan kota Baitulmaqdis menjadi satu-satunya maklumat yang kita ketahui tentang peribadi Sultan Salahuddin, ia sudah memadai untuk membuktikan bahawa beliau ialah seorang penakluk yang paling berakhlak dan paling berjiwa besar di zamannya dan mungkin juga di setiap zaman.” Kisah ini dinukilkan dalam buku Saviours of Islamic Spirit oleh Syeikh Abul Hasan Ali Nadwi, seorang cendikawan dari India. Beliau  menulis di dalamnya mengenai biografi tokoh-tokoh Islam yang hebat seperti Sultan Salahuddin Al Ayyubi.

Sikap pro-aktif Salahudin dalam menyusun tenteranya banyak membantu pasukannya mencapai kemenangan. Beliau juga dikatakan mengguna beberapa strategi perang yang cocok dengan teori Jeneral Tsun Zu dari benua China yang lahir 500 tahun sebelum kelahiran Nabi Isa AS. Selain dari ini, Salahuddin juga tidak lupa mencontohi tektik-tektik berperang dari Nabi Muhammad SAW. Segala strategi dirancang bersama-sama tenteranya. Sikap optimis terhadap janji kejayaan Rasulullah SAW juga membantu mendorong kepada kemenangan.

Peribadinya yang tidak boros dan gemar bersedakah menyebabkan beliau tidak pernah membayar zakat harta kerana hartanya tidak pernah cukup nasab.  Selain itu semasa beliau meninggal dunia, beliau hanya meninggalkan beberapa dinar sahaja serta tidak langsung memiliki sebuah rumah!' Inilah ciri peribadi pemimpin yang ditunggu ummah.

Ingat sepanjang kempen pembebasan Baitulmaqdis dilancarkan, Sultan Salahuddin melalui peperangan demi peperangan sebelum berjaya mengambil semula Baitumaqdis. Kawasan ini digelar Darul Syuhada' kerana sejak dari zaman sebelum Muhammad SAW telah berlaku peperangan kerana agama di Baitulmaqdis. Antaranya, peperangan antara Jalut dan Tholut, Perang Syam'un Al-Ghazi dan kisah Nebuchednizzar yang menghancurkan kota Baitulmaqdis. Kemudian bagaimana kota Baitulmaqdis dihancurkan oleh Titus, tentera Rom pada 70 Masihi.

Dalam konteks hari ini, Israel kembali menguasai Baitulmaqdis dan mengikut sejarah ia adalah kali ketiga penaklukan ke atas kota suci ini dilakukan oleh musuh Islam. Puncanya tetap sama, apabila negara Arab mula berpecah dan sibuk menjaga kepentingan sendiri yang mengakibatkan mereka menjadi lemah dan memudahkan serangan pihak musuh.

Bagaimanapun, apa yang perlu difahami, hak menuntut semula kebebasan Baitulmaqdis, bukan hanya perlu dilakukan rakyat Palestin kerana ia tanggungjawab setiap umat Islam yang berada di muka bumi Allah SWT. Marilah kita sama-sama meneruskan kempen pembebasan Baitulmaqdis dan terus berusaha mencari Salahuddin.

Coretan Sahara M Said
Parit Raja BP
29 May 2021
sempena Kempen PalestinDiHati IKRAM




Thursday 10 October 2019

Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud

Al-Khazneh Petra
Petra di Jordan dan Mada'in Saleh di Arab Saudi dianggap sebagai kota kembar kerana persamaan saki-baki binaan yang terdapat di kedua-dua tempat ini. Petra merupakan ibu kota kerajaan Nabatea manakala Mada'in Saleh ialah kota kedua mereka.

Mada'in Saleh menduduki kedudukan strategik pada laluan perdagangan kuno yang menghubungkan Arab selatan, Mesopotamia, Levant, dan Mesir. Laluan di Al Hijr ini berasal dari selatan Semenanjung Arab berpecah menjadi dua cabang, satu menuju ke utara melalui Tabuk dan berakhir di Petra Jordan, sementara cabang kedua menuju Mesopotamia melalui Tayma di utara Arab. Lokasi strategik yang penting ini telah menjadikan Mada'in Saleh sebagai pusat perdagangan Nabataea yang utama di selatan dan juga destinasi ekonomi yang penting untuk kabilah perdagangan.
Jalan perdagangan utama Empayar Nabatea
Sumber: http://nabataea.net
Banyak telah diperkatakan tentang siapakah yang sebenarnya yang membina kota purba ini ... kaum Nabatea atau Thamud?Ahli arkeologi mengatakan kota-kota ini dibangun dan dihuni oleh kaum Nabatean di sekitar abad ke 6-4 SM dan pada abad ke 8 M peradaban ini mula hilang dengan kehancuran dan kemusnahan kota mereka.

Penempatan yang meluas di tapak ini terjadi pada abad pertama Masihi, ketika mana ia berada di bawah pemerintahan raja Nabatea al-Harith IV (9 SM - 40 M), yang menjadikan Mada'in Saleh ibu kota kedua kerajaan, setelah Petra di utara. Kerajaan Nabatea yang berpusat di Petra Jordan berkembang ke selatan dan menguasai Mada'in Saleh, yang mencapai puncak peradabannya di masa ini. Mereka sangat berkemahiran dalam memahat dan mengukir batu, menggerudi perigi atas batu, menggali tangki air hujan dan mengukir tempat ibadah di atas batu.

Kaum Thamud benar-benar wujud?

Bagaimana pula pendapat ahli arkeologi terhadap kaum Nabi Saleh iaitu kaum Thamud, sebagaimana yang disebut dalam Quran? Adakah mereka benar-benar wujud?

Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Thamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-Hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam al-Quran dikatakan sama dengan kaum Thamud. Nama lain dari Thamud adalah Ashab al-Hijr. Dalam Ensiklopedia Islam, kata Thamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang-orang tersebut.

Sumber rujukan tertua yang ada kaitan dengan Thamud terdapat pada sebuah inskripsi Raja Assyria, Sargon II (715 SM) yang berbangga dengan kemenangannya ke atas kaum Thamud dalam salah satu pertempurannya.
Petikan dari ... e-BOOK
Rujukan bertulis yang lain boleh didapati daripada berbagai penulis di berbagai zaman yang ada menyebut nama kaum ini.

Returning to textual references, Diodorus, a Greek historian writing in the first century BC, mentions a group called Thamoudēnoi in North-Western Arabia. A little later, Pliny, the Elder (d. 79 AD), a Roman historian, while writing his “Natural History”, mentions the Thamudaei – a people dominant in Hegra, adjoining the Nabataeans. Later still, we find them mentioned by Ptolemy (d. 168AD), in his Geography.

More than a century after Jesus, in the reign of the Roman emperor Marcus Aurelius (d. 180 AD), we find that a part of the Thamud tribe was enrolled in the Roman army. A temple they constructed at Rawwafa, 200 miles north of Medina, mentions the following in a Greek-Nabataean bilingual inscription:

“For the wellbeing of the rulers of the whole world . . . Marcus Aurelius Anthoninus and Lucius Aurelius Verus, who are the conquerors of the Armenians. This is the temple that was built by the tribal unit of Thamud, the leaders of their unit, so that it might be established by their hands and be their place of veneration for ever”

Further confirmation of their service under the Romans, comes via a late 4th (or early 5th century) military document Notitia Dignitatum, which clealy mentions two cavalry units of Thamud, one serving in Egypt and the other in Palestine.



Bila kaum Thamud hidup?
Menurut kebanyakan ahli arkeologi dan sejarah, kaum Thamud ini dianggarkan hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, iaitu sekitar tahun 800 SM. Namun mengikut apa yang disebut dalam al-Quran, kaum ini hidup jauh lebih awal daripada yang telah disebut oleh pengkaji sejarah. Firman Allah SWT,
"Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum Aad, dan di tempatkannya kamu di bumi, (dengan diberi kemudahan) untuk kamu mendirikan istana-istana di tanahnya yang rata, dan kamu memahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah. Maka kenangkanlah nikmat-nikmat Allah itu dan janganlah kamu bermaharajalela melakukan kerosakan di muka bumi". (Al-A'raaf 7:74)

Mengambil petikan ayat ke 74 dari surah Al-A’raf, keturunan kaum Thamud hadir setelah kaum ‘Ad. Kewujudan mereka telah dapat dipastikan tetapi informasi berkenaan bagaimana mereka berada di kawasan tersebut tidak dapat dipastikan.

Nabi Saleh AS memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dan pelajaran dari kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum ‘Ad). Sementara kaum ‘Ad ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum ‘Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh AS. Ketiga-tiga kaum ini mempunyai hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut al-Quran, kaum yang pertama dihancurkan adalah kaum Nuh, seterusnya kaum Nabi Hud (‘Ad) dan kaum Nabi Saleh (Thamud)

Tarikh sebenar keberadaan kaum Thamud memang tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun mengikut pendapat setengah ahli agama yang berpandukan al-Quran, kaum Thamud zaman Nabi Saleh hidup dalam satu jangka masa di antara zaman Nabi Nuh-Hud dan zaman Nabi Ibrahim-Musa. Mengikut sejarah kisah-kisah Nabi, Nabi Saleh AS diutuskan kepada kaum Thamud sebelum Nabi Musa AS, kerana salah seorang dari mereka yang beriman telah memberi peringatan kepada Firaun akan apa yang telah terjadi kepada kaum yang telah dimusnahkan. Firman Allah SWT,

Dan berkatalah pula orang yang beriman itu: "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku bimbang kamu akan ditimpa (kebinasaan) sebagaimana yang telah menimpa kaum-kaum yang bergabung (menentang Rasul-rasulnya) (Ghaafir 40:30)
"(Iaitu) seperti keadaan kaum Nabi Nuh, dan Aad (kaum Nabi Hud), dan Thamud (kaum Nabi Soleh), serta orang-orang yang datang kemudian daripada mereka (seperti kaum Nabi Lut). Dan (ingatlah) Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman kepada hamba-hambaNya. (Ghaafir 40:31)

Kaum Bani Israel juga telah diperingatkan oleh Nabi Musa AS akan kehancuran kaum-kaum yang ingkar sebelum mereka. Firman Allah SWT,
Dan Nabi Musa berkata: "Kalau kamu dan sesiapa jua yang ada di muka bumi seluruhnya berlaku kufur ingkar, maka (hal yang demikian tidak merugikan Allah), kerana sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. (Ibrahim 14:8)
(Mengapa kamu masih berdegil) bukankah telah datang kepada kamu khabar berita orang-orang yang terdahulu daripada kamu, iaitu kaum Nabi Nuh, dan Aad juga Thamud serta orang-orang yang kemudian daripada mereka ? Tiada sesiapapun yang mengetahui bilangan mereka melainkan Allah. Mereka telah didatangi oleh rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, lalu mereka meletakkan tangan mereka ke mulut mereka sambil berkata: "Sesungguhnya kami kufur ingkarkan apa yang - mengikut dakwaan kamu - kamu diutus membawanya, dan sesungguhnya kami adalah dalam keadaan yang meragukan terhadap iman dan tauhid yang kamu ajak kami kepadanya". (Ibrahim 14:9)

Di bawah ini adalah senarai para Rasul dan Nabi yang disusun mengikut turutan tahun mereka diutuskan, dan ini juga hanyalah pendapat setengah ulamak.

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - kontra dengan penemuan-penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab
(Sumber :http://linidakwah.blogspot.com)

Pengkaji sejarah telah menganggarkan Nabi Musa AS hidup sekitar abad ke 16 SM. Jika tepat kiraannya, ini bermakna Nabi Saleh AS telah pun hidup bergenerasi atau berkurun-kurun lamanya sebelum Musa. Sesungguhnya al-Quran juga ada menyebut kehadiran banyak generasi selepas kaum Thamud yang pertama tanpa menyebut garis masa yang tertentu. Firman Allah SWT,
Dan (demikian juga) kaum Nabi Nuh, ketika mereka mendustakan Rasul-rasul Kami, Kami tenggelamkan mereka, dan Kami jadikan mereka satu tanda (yang menjadi contoh) bagi umat manusia; dan Kami sediakan bagi sesiapa yang zalim; azab seksa yang tidak terperi sakitnya. 
(Al-Furqaan 25:37)

Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu. (Al-Furqaan 25:38) |
(Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)
sumber: 
https://www.dakwatuna.com
Di mana-kah kaum Thamud tinggal ?

Bila dan di mana Kaum Thamud tinggal secara tepat agak mustahil untuk ditetapkan. Oleh kerana itu tinggalan-tinggalan daripada kaum ini juga hampir mustahil dikenal pasti bagi sebuah peradaban kuno yang telah hidup beribu-ribu tahun dahulu.

Walau bagaimanapun, masih terdapat beberapa buah tapak arkeologi yang menarik di tanah Arab di mana saki-baki binaan daripada tamadun yang telah hilang terpelihara dengan baik, seperti tapak arkeologi al-Hijr (Mada'in Saleh). Namun ada di antara kita (orang Islam) telah tersilap dengan menyamakan tapak seperti ini dengan kaum Thamud (pertama) yang disebut dalam al-Quran. Walhal ahli arkeologi percaya bahawa sebenarnya kaum lain yang dikenali sebagai Nabatea yang telah membina sebahagian dari tapak-tapak ini.

Mengapakah timbulnya kekeliruan ini? Ada beberapa kemungkinan mengapa perkara ini berlaku. Salah satunya berhubung penggunaan nama Thamud. Mengikut catatan Abdullah ibn Umar (anak khalifah Umar al-Khatab) dan Ibn Kathir, ada pihak yang menamakan wilayah Al-Hijr sebagai Thamud, manakala daerah Mada'in Saleh sebagai Ardh Thamud (Tanah Thamud) dan Bait Thamud (Rumah Thamud). Maknanya di sini, nama Thamud bukanlah dituju kepada kaum-kaum yang pernah tinggal di Mada'in Saleh seperti kaum Lihyanite dan Nabatea, tetapi dituju pada daerah itu sendiri.

Selepas kaum Thamud yang asal dimusnahkan, kemungkinan nama ini digunakan oleh kaum-kaum yang baharu yang menetap di daerah Mada'in Saleh. Mengikut sumber-sumber klasik Arab, telah dipersetujui bahawa satu-satunya kaum asal Thamud yang masih tinggal ialah kaum Bani Thaqif yang menetap di bandar Taif di selatan Mekah. Bani Thaqif sudah berada di Taif sejak abad ke 6 M sehingga kini. Nabi Muhammad dilahirkan pada 570 M, dan ketika beliau ke Taif pada 619 M untuk berdakwah, baginda telah mendapat tentangan yang begitu hebat sekali dari penduduk Taif. Mengikut ahli sejarah lembah Taif sudah didiami sejak 5,000 tahun yang lalu.
Kekeliruan ini makin bertambah apabila nama Thamud hari ini digunakan oleh setengah pihak, untuk merujuk secara meluas pada berbagai kaum di sepanjang sejarah, bukan hanya pada kaum yang disebut dalam ai-Quran. Contohnya, terma 'Thamudic' adalah satu nama yang direka oleh ahli akademik di kurun ke-19 untuk tujuan mengklasifikasikan bahan-bahan kajian mereka yang berbentuk inskripsi atau batu bertulis.

Petikan dari Wikipedia

Thamudic is a name invented by nineteenth-century scholars for large numbers of inscriptions in Ancient North Arabian (ANA) alphabets which have not yet been properly studied. It does not imply that they were carved by members of the ancient tribe of Thamud. These texts are found over a huge area from southern Syria to Yemen. In 1937, Fred V. Winnett divided those known at the time into five rough categories A, B, C, D, E. In 1951, some 9000 more inscriptions were recorded in south-west Saudi Arabia which have been given the name Southern Thamudic.

Kajian ahli arkeologi yang terkini mengatakan sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Thamud tidak hanya ditemui di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia tengah (Brittanica Micropedia, Vol. 11, hlm 672). Mereka telah menemui satu tapak arkeologi yang penting di kota Al-‘Ula. Kota ini telah dihuni hingga tahun 1970. Mereka berpendapat pada sekitar 200 SM, kaum Nabatea telah menggantikan kaum Thamud menguasai kota Dedan (Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh)

Di manakah tempat tinggal kaum Thamud dari al-Quran sebenarnya? Dalam al-Quran Thamud disebut sebanyak 26 kali samada dalam bentuk kata yang berdiri sendiri ataupun untuk menunjukkan kaum. Dalam hadis juga ada disebut dengan pasti akan tempat kejadian kehancuran kaum Thamud. Berdasarkan hasil kajian arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan bangsa Thamud ini, para ahli arkeologi berjaya menemui dan menetapkan keberadaan kaum Thamud, di antara Yaman selatan dan utara Madinah, yang disebut dengan nama Madain Saleh.
Dipercayai kaum Thamud berasal dari kaum Ad dari Arabia selatan ...
proses penghijrahan berlaku selama berkurun-kurun sehingga
akhirnya mereka menetap di utara Semenanjung Arab
Al-Quran menyebutkan, kaum Thamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup mereka . Kaum Thamud dan peninggalannya, seperti disebutkan dalam al-Quran, merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak penemuan arkeologi terkini.

Thamud dalam hadis,

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: (Pada tahun ke-9 hijrah ketika dalam perjalanan ke Tabuk untuk mempertahankan Madinah daripada kemungkinan serangan tentera Rom) kami melalui kawasan al-Hijr (negeri kaum Thamud yang dimusnahkan Allah) bersama Rasulullah SAW. Baginda lantas bersabda: “Jangan kalian masuk ke negeri kaum yang menzalimi diri mereka sendiri (yang akhirnya dimusnahkan Allah) melainkan dalam keadaan menangis bimbangkan azab yang pernah menimpa mereka akan turut menimpa kalian.” Kemudian baginda mempercepat langkahnya sehingga meninggalkan tempat itu,  (Sahih Bukhari dan Muslim)

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: bahawasanya orang ramai turun bersama Rasulullah shallahu’alaihiwasallam ke Hijr, bumi kaum Tsamud. Lalu, mereka pun mengambil air daripada telaga dan membuat adunan roti daripadanya. Rasulullah shallahu’alaihiwasallam pun mengarahkan supaya dicurahkan apa yang mereka ambil daripada telaga itu dan memberikan adunan-adunan itu kepada unta dan mengarahkan mereka supaya mengambil air daripada telaga-telaga yang diingini unta. [Al-Bukhari (3379); Muslim (7657]

Tempat yang dimaksudkan adalah Wadi al-Qura (Valley of Villages), terletak antara Madinah dan Tabuk. Al Hijr kini dikenali sebagai Mada'in Saleh, atau Kota Saleh. Tempat ini juga ada disebut dalam Taurat (the old testament) dan juga dalam kitab Injil (dikenali dengan nama Dedan). Kaum Thamud telah dibinasakan oleh Allah kerana kekufuran mereka dan juga kedegilan mereka membunuh unta Nabi Saleh yang Allah jadikan sebagai bukti akan kenabiannya.

Maka mereka pun menyembelih unta itu, dan mereka menderhaka terhadap perintah Tuhan mereka, sambil berkata: "Hai Soleh! Datangkanlah azab yang engkau telah janjikan kepada kami, jika betul engkau dari Rasul-rasul yang diutus (oleh Allah)". (Al-A'raaf 7:77)
Oleh itu, mereka pun dibinasakan oleh gempa bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal masing-masing. (Al-A'raaf 7:78)

Namun lembah ini sekarang dikenali sebagai Wadi Al-Ula. Sebelumnya ia dikenali sebagai Wadi Dedan atau Wadi al-Qura. Dengan berpandukan pada kisah Nabi Saleh yang banyak diceritakan dalam al-Quran serta hadis dan penemuan-penemuan arkeologi, ahli-ahli sejarah telah memutuskan Mada'in Saleh atau al-Hijr sebagai tempat kaum Nabi Saleh iaitu Thamud yang telah dimusnahkan oleh Allah.
sumber: https://www.jstor.org
Kaum Thamud atau Nabatea yang membina Mada'in Saleh?
Persoalan ini telah menyebabkan orang Keristian dan juga segelintir orang Islam 'liberal' yang mempersoalkan kedudukan al-Quran sebagai kitab Allah. Mereka mengatakan al-Quran hanyalah kitab yang diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri kerana terdapat banyak fakta-fakta yang tidak betul di dalamnya ketika menceritakan kisah Nabi Saleh AS. Mereka juga mempertikaikan kebenaran hadis yang menyebut kisah kaum Thamud ini. Antara alasan mereka ialah:

1. Binaan-binaan yang berada di Mada'in Saleh bukan dibina oleh kaum Thamud tetapi oleh kaum Nabatea. Ianya telah dibina antara abad pertama SM dan abad pertama M.

2. Binaan yang ada juga bukanlah rumah tetapi adalah kuburan.

Walaupun kebanyakan binaan yang terdapat di tapak arkeologi al-Hijr bertarikh dari abad 1SM dan abad 1M, tetapi penemuan terkini menunjukkan telah ada kehidupan manusia di sini seawal abad ke-3 atau ke-2 SM. Penemuan sejarah juga telah menunjukkan bahawa kaum Thamud telah tinggal di kawasan al-Hijr sejak abad ke-8 lagi. Kawasan ini adalah tempat yang popular untuk penempatan kerana iklim dan keadaan semulajadi yang mudah disesuaikan untuk kehidupan, dengan ketersediaan air tawar di kawasan tersebut.
Seperti yang telah disebut sebelum ini kaum Thamud adalah dari rumpun yang sama dengan kaum Ad (QS 7:74). Adalah dipercayai asal-usul mereka dari Arabia selatan, iaitu tempat kaum Ad pernah hidup. Kedua-dua mereka adalah terdiri dari bangsa Semite.

1. Nabi Hud bin Abdullah bin Rabah bin Al-Khulud dari keturunan Sam bin Nuh.

2. Nabi Shaleh bin Ubaid bin ‘Ashif dari keturunan Sam bin Nuh.

Ketika kaum Ad dimusnahkan kerana enggan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS, ada sebahagian kecil di antara mereka yang menerima dakwah Nabi Hud telah diselamatkan oleh Allah dari bala bencana tersebut. Di antara mereka juga adalah orang yang beriman kepada ketauhidan yang telah diperingatkan oleh Nabi Nuh AS (QS 14:9). Kemungkinan merekalah masyarakat awal yang membentuk ketamadunan keturunan kaum Thamud. Disebabkan kota dan tempat mereka telah hancur, mereka perlu berhijrah keluar untuk mencari tempat baharu.
Dan apabila datang azab Kami, Kami selamatkan Nabi Hud beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan mereka dari azab yang keras. 
(Hud 11:58)

Dipercayai perkara yang sama juga berlaku ketika Kaum Thamud dihancurkan oleh Allah SWT. Sehari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan untuk mereka, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para pengikutnya yang beriman menuju Ramallah (sebahagian pendapat sahaja), sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijr dan penghuninya. Mereka yang kufur habis binasa ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.


Maka Nabi Soleh pun meninggalkan mereka sambil berkata: "Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan kepada kamu perutusan Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang-orang yang memberi nasihat". (Al-A'raaf 7:79) 
Ke mana Nabi Saleh AS dan pengikutnya berhijrah tidaklah dapat dipastikan dengan tepat, tetapi kemahiran memahat batu yang dimiliki oleh mereka terus kekal selama beribu tahun di kalangan pengganti mereka di kawasan tersebut. Madain Saleh telah diduduki oleh banyak tamadun yang bersilih-ganti dan masing-masing meninggalkan kesan senibina yang tersendiri. Kajian arkeologi mendapati sebelum kaum Nabatea berada di kawasan ini, ia telah terlebih dahulu diduduki oleh kaum Lihyanite dan Dedanite.
Hadis: Riwayat Ibn Umar ( lihat hadis di atas ..... )
Sebab hadis Ibnu Umar di atas diucapkan terkait tempat yang bernama Hijr. Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

Hadis ini mencakupi tempat tinggal Thamud dan kaum selain mereka, yang keadaannya seperti Thamud. Meskipun sebab adanya hadis itu adalah pemukiman Thamud. (Fathul Bari, 6/380).

Al-Ḥijr kini adalah sebuah dataran yang luas, yang diserikan dengan bukit-bukit yang dilihat dari luar seperti rumah atau makam yang telah diukir. Keadaannya kelihatan sama seperti tempat tinggal kaum Thamud yang digambarkan dalam al_Quran, sehingga mendorong sebahagian penulis mendakwa yang ia adalah rumah-rumah kaum Thamud.

Nabi SAW bersama sahabat-sahabat baginda pernah melawat tanah kaum Thamud dan merenung saki-baki runtuhan milik ramai penyembah berhala serta memikirkan kemusnahannya, tetapi mereka tidak mengatakan bahawa ada terdapat artifak tertentu di situ kepunyaan kaum Thamud pertama dari al-Quran. Runtuhan itu telah dikenal pasti oleh Nabi SAW sebagai kepunyaan "orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri" tanpa mengkhususkannya kepada kaum Thamud pertama. Kemungkinan besar kebanyakan runtuhan yang terdapat di sana adalah kepunyaan "banyak generasi" selepas mereka. Bertepatan sekali dengan Firman Allah SWT,

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? (Al-An'aam 6:6)

Petikan dari https://en.wikipedia.org

Historian and scholar, Ibn Khaldun also mentions the Thamud several times in his universal history Kitābu l-ʻibar (Arabic: كتاب العبر‎) (the Book of Lessons) written in the late 14th century, but only in passing, seldom giving much information.

This can be illustrated by what happened among the nations. When the royal authority of ʿĀd was wiped out, their brethren, the Thamud, took over. They were succeeded, in turn, by their brethren, the Amalekites. The Amalekites were succeeded by their brethren, the Himyar. The Himyar were succeeded by their brethren, the Tubba's, who belonged to the Himyar. They, likewise, were succeeded, by the Adhwa'. Then, the Mudar came to power.

— Muqaddimah ("Introduction"), Chapter II

The Yemen, al-Bahrayn, ‘Oman, and the Jazirah have long been in Arab possession, but for thousands of years, the rule of these areas has belonged to different (Arab) nations in succession. They also founded cities and towns (there) and promoted the development of sedentary culture and luxury to the highest degree. Among such nations were the ‘Ad and the Thamud, the Amalekites and the Himyar after them, the Tubba‘s, and the other South Arabian rulers (Adhwa) . There was a long period of royal authority and sedentary culture. The coloring of (sedentary culture) established itself firmly. The crafts became abundant and firmly rooted. They were not wiped out simultaneously with (each ruling) dynasty, as we have stated. They have remained and have always renewed themselves down to this time, and they have become the specialty of that area. Such (special Yemenite) crafts are embroidered fabrics, striped cloth, and finely woven garments and silks.

— Muqaddimah Chapter V
Saluran air ditebuk di dinding bukit
Petra Jordan


Di bawah adalah kronogi berlakunya keruntuhan peradaban kaum Nabatea. Mungkin ia juga adalah salah satu kaum yang dihukum dan dihapuskan oleh Allah SWT kerana kesesatan akidah mereka.
Wallahu'alam .... Allah lebih mengetahui



Petikan dari: 
https://www.nationalgeographic.com

64 B.C. Despite being forced to recognize Rome’s power, Petra reaches its zenith of splendor in this period—until the Roman emperor Trajan formally annexes the city in A.D. 106.
A.D. 363 Now part of the Byzantine Empire, several of Petra’s buildings are used as churches. An earthquake seriously damages many structures, and the city is gradually abandoned.
700-1096 Following the Islamic conquest, Petra becomes little more than a village. During the First Crusade, the Christian king of Jerusalem, Baldwin I, occupies Petra, now part of the barony of Karak.
1217-1276 After Saladin defeats the Crusaders in 1187, Petra returns to Muslim hands. A German, Thetmar, writes of visiting in 1217. Later, the Mamluk sultan Baybars I found Petra deserted.
1812 Swiss scholar Johann Ludwig Burckhardt becomes the first European for centuries to enter Petra. Disguised as a Muslim, he correctly identifies the ruins as the former Nabataean capital.



Related posts: