Soalan
Assalamu'alaikum wr. wb.
Ustaz, saya ingin bertanya mengenai hukum bernikah bagi seorang wanita muslim yang berzina dan hamil. Menurut penjelasan dalam satu tulisan yang telah saya baca, bahawa wanita yang hamil sebelum menikah secara resmi tidak boleh dinikahi oleh siapapun, termasuk yang menghamilinya. Kenapa demikian? Sedangkan jika benar, apakah kita tidak boleh memberikan peluang kepada wanita tersebut untuk melalui kehidupan berumahtangga? Demikian terima kasih.
Jawapan
Firman Allah SWT:
"Laki-laki yang berzina tidak mengahwini melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dikahwini melainkan oleh laki-laki yang berzina, atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mu'min". (QS. 24:3)
Para ulama tafsir berselisih pendapat dalam memahami Surat An-nur 24:03 ini.
Sebahagian pendapat menyatakan keharaman nikah dengan pezina selain pezina lainnya. Namun sebahagian lainnya hanya menganggap sebagai anjuran saja. Sebagai orang muslim/muslimah yang baik tentunya tidak rela dirinya membangun rumah tangga dengan pezina.
Menurut sebuah riwayat, Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud dan Ibnu Umar melarang perkahwinan seorang lelaki dengan wanita yang ia berzina dengannya. Seakan ia mencuri sesuatu kemudian membelinya.
Menurut Imam Malik, seorang wanita yang zina tidak diperbolehkan nikah kecuali setelah menyelesaikan iddahnya. Kalau ia hamil, maka ia baru diperbolehkan nikah setelah melahirkan anaknya. Dalam hal ini, Imam Malik memang punya pandangan yang sangat keras.
Yang lebih ringan adalah pendapat Imam Syafi'iy, ia berpendapat diperbolehkannya nikah dengan wanita yang zina, walau ia dalam keadaan hamil.
Demikian juga menurut Hanafiyah, hanya saja, menurut madzhab ini, sang suami tidak diperbolehkan menggauli isterinya sehingga ia melahirkan anaknya. Perbezaan madzhab-madzhab ini, hanya jika sang suami bukan lelaki yang berbuat zina kepada wanita tersebut.
Apabila sang suami adalah orang yang berbuat zina kepada sang wanita, maka semuanya sepakat memperbolehkan pernikahan tersebut, baik wanitanya hamil atau tidak.
Akan tetapi semua itu tidak mengurangi dosa berzina. Ia hanya boleh ditebus dengan penyesalan dan taubat yang sungguh-sungguh. Imam Ahmad mensyaratakan taubat yang sungguh-sungguh bagi diperbolehkannya kahwin dengan orang-orang yang berbuat zina.
Sekian, Wassalam
Abdul Ghofur Maimoen
Dari koleksi emel Masjid Annahl Group
No comments:
Post a Comment