Thursday 10 October 2019

Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud

Al-Khazneh Petra
Petra di Jordan dan Mada'in Saleh di Arab Saudi dianggap sebagai kota kembar kerana persamaan saki-baki binaan yang terdapat di kedua-dua tempat ini. Petra merupakan ibu kota kerajaan Nabatea manakala Mada'in Saleh ialah kota kedua mereka.

Mada'in Saleh menduduki kedudukan strategik pada laluan perdagangan kuno yang menghubungkan Arab selatan, Mesopotamia, Levant, dan Mesir. Laluan di Al Hijr ini berasal dari selatan Semenanjung Arab berpecah menjadi dua cabang, satu menuju ke utara melalui Tabuk dan berakhir di Petra Jordan, sementara cabang kedua menuju Mesopotamia melalui Tayma di utara Arab. Lokasi strategik yang penting ini telah menjadikan Mada'in Saleh sebagai pusat perdagangan Nabataea yang utama di selatan dan juga destinasi ekonomi yang penting untuk kabilah perdagangan.
Jalan perdagangan utama Empayar Nabatea
Sumber: http://nabataea.net
Banyak telah diperkatakan tentang siapakah yang sebenarnya yang membina kota purba ini ... kaum Nabatea atau Thamud?Ahli arkeologi mengatakan kota-kota ini dibangun dan dihuni oleh kaum Nabatean di sekitar abad ke 6-4 SM dan pada abad ke 8 M peradaban ini mula hilang dengan kehancuran dan kemusnahan kota mereka.

Penempatan yang meluas di tapak ini terjadi pada abad pertama Masihi, ketika mana ia berada di bawah pemerintahan raja Nabatea al-Harith IV (9 SM - 40 M), yang menjadikan Mada'in Saleh ibu kota kedua kerajaan, setelah Petra di utara. Kerajaan Nabatea yang berpusat di Petra Jordan berkembang ke selatan dan menguasai Mada'in Saleh, yang mencapai puncak peradabannya di masa ini. Mereka sangat berkemahiran dalam memahat dan mengukir batu, menggerudi perigi atas batu, menggali tangki air hujan dan mengukir tempat ibadah di atas batu.

Kaum Thamud benar-benar wujud?

Bagaimana pula pendapat ahli arkeologi terhadap kaum Nabi Saleh iaitu kaum Thamud, sebagaimana yang disebut dalam Quran? Adakah mereka benar-benar wujud?

Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Thamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-Hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam al-Quran dikatakan sama dengan kaum Thamud. Nama lain dari Thamud adalah Ashab al-Hijr. Dalam Ensiklopedia Islam, kata Thamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang-orang tersebut.

Sumber rujukan tertua yang ada kaitan dengan Thamud terdapat pada sebuah inskripsi Raja Assyria, Sargon II (715 SM) yang berbangga dengan kemenangannya ke atas kaum Thamud dalam salah satu pertempurannya.
Petikan dari ... e-BOOK
Rujukan bertulis yang lain boleh didapati daripada berbagai penulis di berbagai zaman yang ada menyebut nama kaum ini.

Returning to textual references, Diodorus, a Greek historian writing in the first century BC, mentions a group called Thamoudēnoi in North-Western Arabia. A little later, Pliny, the Elder (d. 79 AD), a Roman historian, while writing his “Natural History”, mentions the Thamudaei – a people dominant in Hegra, adjoining the Nabataeans. Later still, we find them mentioned by Ptolemy (d. 168AD), in his Geography.

More than a century after Jesus, in the reign of the Roman emperor Marcus Aurelius (d. 180 AD), we find that a part of the Thamud tribe was enrolled in the Roman army. A temple they constructed at Rawwafa, 200 miles north of Medina, mentions the following in a Greek-Nabataean bilingual inscription:

“For the wellbeing of the rulers of the whole world . . . Marcus Aurelius Anthoninus and Lucius Aurelius Verus, who are the conquerors of the Armenians. This is the temple that was built by the tribal unit of Thamud, the leaders of their unit, so that it might be established by their hands and be their place of veneration for ever”

Further confirmation of their service under the Romans, comes via a late 4th (or early 5th century) military document Notitia Dignitatum, which clealy mentions two cavalry units of Thamud, one serving in Egypt and the other in Palestine.



Bila kaum Thamud hidup?
Menurut kebanyakan ahli arkeologi dan sejarah, kaum Thamud ini dianggarkan hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, iaitu sekitar tahun 800 SM. Namun mengikut apa yang disebut dalam al-Quran, kaum ini hidup jauh lebih awal daripada yang telah disebut oleh pengkaji sejarah. Firman Allah SWT,
"Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum Aad, dan di tempatkannya kamu di bumi, (dengan diberi kemudahan) untuk kamu mendirikan istana-istana di tanahnya yang rata, dan kamu memahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah. Maka kenangkanlah nikmat-nikmat Allah itu dan janganlah kamu bermaharajalela melakukan kerosakan di muka bumi". (Al-A'raaf 7:74)

Mengambil petikan ayat ke 74 dari surah Al-A’raf, keturunan kaum Thamud hadir setelah kaum ‘Ad. Kewujudan mereka telah dapat dipastikan tetapi informasi berkenaan bagaimana mereka berada di kawasan tersebut tidak dapat dipastikan.

Nabi Saleh AS memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dan pelajaran dari kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum ‘Ad). Sementara kaum ‘Ad ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum ‘Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh AS. Ketiga-tiga kaum ini mempunyai hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut al-Quran, kaum yang pertama dihancurkan adalah kaum Nuh, seterusnya kaum Nabi Hud (‘Ad) dan kaum Nabi Saleh (Thamud)

Tarikh sebenar keberadaan kaum Thamud memang tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun mengikut pendapat setengah ahli agama yang berpandukan al-Quran, kaum Thamud zaman Nabi Saleh hidup dalam satu jangka masa di antara zaman Nabi Nuh-Hud dan zaman Nabi Ibrahim-Musa. Mengikut sejarah kisah-kisah Nabi, Nabi Saleh AS diutuskan kepada kaum Thamud sebelum Nabi Musa AS, kerana salah seorang dari mereka yang beriman telah memberi peringatan kepada Firaun akan apa yang telah terjadi kepada kaum yang telah dimusnahkan. Firman Allah SWT,

Dan berkatalah pula orang yang beriman itu: "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku bimbang kamu akan ditimpa (kebinasaan) sebagaimana yang telah menimpa kaum-kaum yang bergabung (menentang Rasul-rasulnya) (Ghaafir 40:30)
"(Iaitu) seperti keadaan kaum Nabi Nuh, dan Aad (kaum Nabi Hud), dan Thamud (kaum Nabi Soleh), serta orang-orang yang datang kemudian daripada mereka (seperti kaum Nabi Lut). Dan (ingatlah) Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman kepada hamba-hambaNya. (Ghaafir 40:31)

Kaum Bani Israel juga telah diperingatkan oleh Nabi Musa AS akan kehancuran kaum-kaum yang ingkar sebelum mereka. Firman Allah SWT,
Dan Nabi Musa berkata: "Kalau kamu dan sesiapa jua yang ada di muka bumi seluruhnya berlaku kufur ingkar, maka (hal yang demikian tidak merugikan Allah), kerana sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. (Ibrahim 14:8)
(Mengapa kamu masih berdegil) bukankah telah datang kepada kamu khabar berita orang-orang yang terdahulu daripada kamu, iaitu kaum Nabi Nuh, dan Aad juga Thamud serta orang-orang yang kemudian daripada mereka ? Tiada sesiapapun yang mengetahui bilangan mereka melainkan Allah. Mereka telah didatangi oleh rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, lalu mereka meletakkan tangan mereka ke mulut mereka sambil berkata: "Sesungguhnya kami kufur ingkarkan apa yang - mengikut dakwaan kamu - kamu diutus membawanya, dan sesungguhnya kami adalah dalam keadaan yang meragukan terhadap iman dan tauhid yang kamu ajak kami kepadanya". (Ibrahim 14:9)

Di bawah ini adalah senarai para Rasul dan Nabi yang disusun mengikut turutan tahun mereka diutuskan, dan ini juga hanyalah pendapat setengah ulamak.

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - kontra dengan penemuan-penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab
(Sumber :http://linidakwah.blogspot.com)

Pengkaji sejarah telah menganggarkan Nabi Musa AS hidup sekitar abad ke 16 SM. Jika tepat kiraannya, ini bermakna Nabi Saleh AS telah pun hidup bergenerasi atau berkurun-kurun lamanya sebelum Musa. Sesungguhnya al-Quran juga ada menyebut kehadiran banyak generasi selepas kaum Thamud yang pertama tanpa menyebut garis masa yang tertentu. Firman Allah SWT,
Dan (demikian juga) kaum Nabi Nuh, ketika mereka mendustakan Rasul-rasul Kami, Kami tenggelamkan mereka, dan Kami jadikan mereka satu tanda (yang menjadi contoh) bagi umat manusia; dan Kami sediakan bagi sesiapa yang zalim; azab seksa yang tidak terperi sakitnya. 
(Al-Furqaan 25:37)

Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu. (Al-Furqaan 25:38) |
(Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)
sumber: 
https://www.dakwatuna.com
Di mana-kah kaum Thamud tinggal ?

Bila dan di mana Kaum Thamud tinggal secara tepat agak mustahil untuk ditetapkan. Oleh kerana itu tinggalan-tinggalan daripada kaum ini juga hampir mustahil dikenal pasti bagi sebuah peradaban kuno yang telah hidup beribu-ribu tahun dahulu.

Walau bagaimanapun, masih terdapat beberapa buah tapak arkeologi yang menarik di tanah Arab di mana saki-baki binaan daripada tamadun yang telah hilang terpelihara dengan baik, seperti tapak arkeologi al-Hijr (Mada'in Saleh). Namun ada di antara kita (orang Islam) telah tersilap dengan menyamakan tapak seperti ini dengan kaum Thamud (pertama) yang disebut dalam al-Quran. Walhal ahli arkeologi percaya bahawa sebenarnya kaum lain yang dikenali sebagai Nabatea yang telah membina sebahagian dari tapak-tapak ini.

Mengapakah timbulnya kekeliruan ini? Ada beberapa kemungkinan mengapa perkara ini berlaku. Salah satunya berhubung penggunaan nama Thamud. Mengikut catatan Abdullah ibn Umar (anak khalifah Umar al-Khatab) dan Ibn Kathir, ada pihak yang menamakan wilayah Al-Hijr sebagai Thamud, manakala daerah Mada'in Saleh sebagai Ardh Thamud (Tanah Thamud) dan Bait Thamud (Rumah Thamud). Maknanya di sini, nama Thamud bukanlah dituju kepada kaum-kaum yang pernah tinggal di Mada'in Saleh seperti kaum Lihyanite dan Nabatea, tetapi dituju pada daerah itu sendiri.

Selepas kaum Thamud yang asal dimusnahkan, kemungkinan nama ini digunakan oleh kaum-kaum yang baharu yang menetap di daerah Mada'in Saleh. Mengikut sumber-sumber klasik Arab, telah dipersetujui bahawa satu-satunya kaum asal Thamud yang masih tinggal ialah kaum Bani Thaqif yang menetap di bandar Taif di selatan Mekah. Bani Thaqif sudah berada di Taif sejak abad ke 6 M sehingga kini. Nabi Muhammad dilahirkan pada 570 M, dan ketika beliau ke Taif pada 619 M untuk berdakwah, baginda telah mendapat tentangan yang begitu hebat sekali dari penduduk Taif. Mengikut ahli sejarah lembah Taif sudah didiami sejak 5,000 tahun yang lalu.
Kekeliruan ini makin bertambah apabila nama Thamud hari ini digunakan oleh setengah pihak, untuk merujuk secara meluas pada berbagai kaum di sepanjang sejarah, bukan hanya pada kaum yang disebut dalam ai-Quran. Contohnya, terma 'Thamudic' adalah satu nama yang direka oleh ahli akademik di kurun ke-19 untuk tujuan mengklasifikasikan bahan-bahan kajian mereka yang berbentuk inskripsi atau batu bertulis.

Petikan dari Wikipedia

Thamudic is a name invented by nineteenth-century scholars for large numbers of inscriptions in Ancient North Arabian (ANA) alphabets which have not yet been properly studied. It does not imply that they were carved by members of the ancient tribe of Thamud. These texts are found over a huge area from southern Syria to Yemen. In 1937, Fred V. Winnett divided those known at the time into five rough categories A, B, C, D, E. In 1951, some 9000 more inscriptions were recorded in south-west Saudi Arabia which have been given the name Southern Thamudic.

Kajian ahli arkeologi yang terkini mengatakan sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Thamud tidak hanya ditemui di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia tengah (Brittanica Micropedia, Vol. 11, hlm 672). Mereka telah menemui satu tapak arkeologi yang penting di kota Al-‘Ula. Kota ini telah dihuni hingga tahun 1970. Mereka berpendapat pada sekitar 200 SM, kaum Nabatea telah menggantikan kaum Thamud menguasai kota Dedan (Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh)

Di manakah tempat tinggal kaum Thamud dari al-Quran sebenarnya? Dalam al-Quran Thamud disebut sebanyak 26 kali samada dalam bentuk kata yang berdiri sendiri ataupun untuk menunjukkan kaum. Dalam hadis juga ada disebut dengan pasti akan tempat kejadian kehancuran kaum Thamud. Berdasarkan hasil kajian arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan bangsa Thamud ini, para ahli arkeologi berjaya menemui dan menetapkan keberadaan kaum Thamud, di antara Yaman selatan dan utara Madinah, yang disebut dengan nama Madain Saleh.
Dipercayai kaum Thamud berasal dari kaum Ad dari Arabia selatan ...
proses penghijrahan berlaku selama berkurun-kurun sehingga
akhirnya mereka menetap di utara Semenanjung Arab
Al-Quran menyebutkan, kaum Thamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup mereka . Kaum Thamud dan peninggalannya, seperti disebutkan dalam al-Quran, merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak penemuan arkeologi terkini.

Thamud dalam hadis,

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: (Pada tahun ke-9 hijrah ketika dalam perjalanan ke Tabuk untuk mempertahankan Madinah daripada kemungkinan serangan tentera Rom) kami melalui kawasan al-Hijr (negeri kaum Thamud yang dimusnahkan Allah) bersama Rasulullah SAW. Baginda lantas bersabda: “Jangan kalian masuk ke negeri kaum yang menzalimi diri mereka sendiri (yang akhirnya dimusnahkan Allah) melainkan dalam keadaan menangis bimbangkan azab yang pernah menimpa mereka akan turut menimpa kalian.” Kemudian baginda mempercepat langkahnya sehingga meninggalkan tempat itu,  (Sahih Bukhari dan Muslim)

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: bahawasanya orang ramai turun bersama Rasulullah shallahu’alaihiwasallam ke Hijr, bumi kaum Tsamud. Lalu, mereka pun mengambil air daripada telaga dan membuat adunan roti daripadanya. Rasulullah shallahu’alaihiwasallam pun mengarahkan supaya dicurahkan apa yang mereka ambil daripada telaga itu dan memberikan adunan-adunan itu kepada unta dan mengarahkan mereka supaya mengambil air daripada telaga-telaga yang diingini unta. [Al-Bukhari (3379); Muslim (7657]

Tempat yang dimaksudkan adalah Wadi al-Qura (Valley of Villages), terletak antara Madinah dan Tabuk. Al Hijr kini dikenali sebagai Mada'in Saleh, atau Kota Saleh. Tempat ini juga ada disebut dalam Taurat (the old testament) dan juga dalam kitab Injil (dikenali dengan nama Dedan). Kaum Thamud telah dibinasakan oleh Allah kerana kekufuran mereka dan juga kedegilan mereka membunuh unta Nabi Saleh yang Allah jadikan sebagai bukti akan kenabiannya.

Maka mereka pun menyembelih unta itu, dan mereka menderhaka terhadap perintah Tuhan mereka, sambil berkata: "Hai Soleh! Datangkanlah azab yang engkau telah janjikan kepada kami, jika betul engkau dari Rasul-rasul yang diutus (oleh Allah)". (Al-A'raaf 7:77)
Oleh itu, mereka pun dibinasakan oleh gempa bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal masing-masing. (Al-A'raaf 7:78)

Namun lembah ini sekarang dikenali sebagai Wadi Al-Ula. Sebelumnya ia dikenali sebagai Wadi Dedan atau Wadi al-Qura. Dengan berpandukan pada kisah Nabi Saleh yang banyak diceritakan dalam al-Quran serta hadis dan penemuan-penemuan arkeologi, ahli-ahli sejarah telah memutuskan Mada'in Saleh atau al-Hijr sebagai tempat kaum Nabi Saleh iaitu Thamud yang telah dimusnahkan oleh Allah.
sumber: https://www.jstor.org
Kaum Thamud atau Nabatea yang membina Mada'in Saleh?
Persoalan ini telah menyebabkan orang Keristian dan juga segelintir orang Islam 'liberal' yang mempersoalkan kedudukan al-Quran sebagai kitab Allah. Mereka mengatakan al-Quran hanyalah kitab yang diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri kerana terdapat banyak fakta-fakta yang tidak betul di dalamnya ketika menceritakan kisah Nabi Saleh AS. Mereka juga mempertikaikan kebenaran hadis yang menyebut kisah kaum Thamud ini. Antara alasan mereka ialah:

1. Binaan-binaan yang berada di Mada'in Saleh bukan dibina oleh kaum Thamud tetapi oleh kaum Nabatea. Ianya telah dibina antara abad pertama SM dan abad pertama M.

2. Binaan yang ada juga bukanlah rumah tetapi adalah kuburan.

Walaupun kebanyakan binaan yang terdapat di tapak arkeologi al-Hijr bertarikh dari abad 1SM dan abad 1M, tetapi penemuan terkini menunjukkan telah ada kehidupan manusia di sini seawal abad ke-3 atau ke-2 SM. Penemuan sejarah juga telah menunjukkan bahawa kaum Thamud telah tinggal di kawasan al-Hijr sejak abad ke-8 lagi. Kawasan ini adalah tempat yang popular untuk penempatan kerana iklim dan keadaan semulajadi yang mudah disesuaikan untuk kehidupan, dengan ketersediaan air tawar di kawasan tersebut.
Seperti yang telah disebut sebelum ini kaum Thamud adalah dari rumpun yang sama dengan kaum Ad (QS 7:74). Adalah dipercayai asal-usul mereka dari Arabia selatan, iaitu tempat kaum Ad pernah hidup. Kedua-dua mereka adalah terdiri dari bangsa Semite.

1. Nabi Hud bin Abdullah bin Rabah bin Al-Khulud dari keturunan Sam bin Nuh.

2. Nabi Shaleh bin Ubaid bin ‘Ashif dari keturunan Sam bin Nuh.

Ketika kaum Ad dimusnahkan kerana enggan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS, ada sebahagian kecil di antara mereka yang menerima dakwah Nabi Hud telah diselamatkan oleh Allah dari bala bencana tersebut. Di antara mereka juga adalah orang yang beriman kepada ketauhidan yang telah diperingatkan oleh Nabi Nuh AS (QS 14:9). Kemungkinan merekalah masyarakat awal yang membentuk ketamadunan keturunan kaum Thamud. Disebabkan kota dan tempat mereka telah hancur, mereka perlu berhijrah keluar untuk mencari tempat baharu.
Dan apabila datang azab Kami, Kami selamatkan Nabi Hud beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan mereka dari azab yang keras. 
(Hud 11:58)

Dipercayai perkara yang sama juga berlaku ketika Kaum Thamud dihancurkan oleh Allah SWT. Sehari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan untuk mereka, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para pengikutnya yang beriman menuju Ramallah (sebahagian pendapat sahaja), sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijr dan penghuninya. Mereka yang kufur habis binasa ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.


Maka Nabi Soleh pun meninggalkan mereka sambil berkata: "Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan kepada kamu perutusan Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang-orang yang memberi nasihat". (Al-A'raaf 7:79) 
Ke mana Nabi Saleh AS dan pengikutnya berhijrah tidaklah dapat dipastikan dengan tepat, tetapi kemahiran memahat batu yang dimiliki oleh mereka terus kekal selama beribu tahun di kalangan pengganti mereka di kawasan tersebut. Madain Saleh telah diduduki oleh banyak tamadun yang bersilih-ganti dan masing-masing meninggalkan kesan senibina yang tersendiri. Kajian arkeologi mendapati sebelum kaum Nabatea berada di kawasan ini, ia telah terlebih dahulu diduduki oleh kaum Lihyanite dan Dedanite.
Hadis: Riwayat Ibn Umar ( lihat hadis di atas ..... )
Sebab hadis Ibnu Umar di atas diucapkan terkait tempat yang bernama Hijr. Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

Hadis ini mencakupi tempat tinggal Thamud dan kaum selain mereka, yang keadaannya seperti Thamud. Meskipun sebab adanya hadis itu adalah pemukiman Thamud. (Fathul Bari, 6/380).

Al-Ḥijr kini adalah sebuah dataran yang luas, yang diserikan dengan bukit-bukit yang dilihat dari luar seperti rumah atau makam yang telah diukir. Keadaannya kelihatan sama seperti tempat tinggal kaum Thamud yang digambarkan dalam al_Quran, sehingga mendorong sebahagian penulis mendakwa yang ia adalah rumah-rumah kaum Thamud.

Nabi SAW bersama sahabat-sahabat baginda pernah melawat tanah kaum Thamud dan merenung saki-baki runtuhan milik ramai penyembah berhala serta memikirkan kemusnahannya, tetapi mereka tidak mengatakan bahawa ada terdapat artifak tertentu di situ kepunyaan kaum Thamud pertama dari al-Quran. Runtuhan itu telah dikenal pasti oleh Nabi SAW sebagai kepunyaan "orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri" tanpa mengkhususkannya kepada kaum Thamud pertama. Kemungkinan besar kebanyakan runtuhan yang terdapat di sana adalah kepunyaan "banyak generasi" selepas mereka. Bertepatan sekali dengan Firman Allah SWT,

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? (Al-An'aam 6:6)

Petikan dari https://en.wikipedia.org

Historian and scholar, Ibn Khaldun also mentions the Thamud several times in his universal history Kitābu l-ʻibar (Arabic: كتاب العبر‎) (the Book of Lessons) written in the late 14th century, but only in passing, seldom giving much information.

This can be illustrated by what happened among the nations. When the royal authority of ʿĀd was wiped out, their brethren, the Thamud, took over. They were succeeded, in turn, by their brethren, the Amalekites. The Amalekites were succeeded by their brethren, the Himyar. The Himyar were succeeded by their brethren, the Tubba's, who belonged to the Himyar. They, likewise, were succeeded, by the Adhwa'. Then, the Mudar came to power.

— Muqaddimah ("Introduction"), Chapter II

The Yemen, al-Bahrayn, ‘Oman, and the Jazirah have long been in Arab possession, but for thousands of years, the rule of these areas has belonged to different (Arab) nations in succession. They also founded cities and towns (there) and promoted the development of sedentary culture and luxury to the highest degree. Among such nations were the ‘Ad and the Thamud, the Amalekites and the Himyar after them, the Tubba‘s, and the other South Arabian rulers (Adhwa) . There was a long period of royal authority and sedentary culture. The coloring of (sedentary culture) established itself firmly. The crafts became abundant and firmly rooted. They were not wiped out simultaneously with (each ruling) dynasty, as we have stated. They have remained and have always renewed themselves down to this time, and they have become the specialty of that area. Such (special Yemenite) crafts are embroidered fabrics, striped cloth, and finely woven garments and silks.

— Muqaddimah Chapter V
Saluran air ditebuk di dinding bukit
Petra Jordan


Di bawah adalah kronogi berlakunya keruntuhan peradaban kaum Nabatea. Mungkin ia juga adalah salah satu kaum yang dihukum dan dihapuskan oleh Allah SWT kerana kesesatan akidah mereka.
Wallahu'alam .... Allah lebih mengetahui



Petikan dari: 
https://www.nationalgeographic.com

64 B.C. Despite being forced to recognize Rome’s power, Petra reaches its zenith of splendor in this period—until the Roman emperor Trajan formally annexes the city in A.D. 106.
A.D. 363 Now part of the Byzantine Empire, several of Petra’s buildings are used as churches. An earthquake seriously damages many structures, and the city is gradually abandoned.
700-1096 Following the Islamic conquest, Petra becomes little more than a village. During the First Crusade, the Christian king of Jerusalem, Baldwin I, occupies Petra, now part of the barony of Karak.
1217-1276 After Saladin defeats the Crusaders in 1187, Petra returns to Muslim hands. A German, Thetmar, writes of visiting in 1217. Later, the Mamluk sultan Baybars I found Petra deserted.
1812 Swiss scholar Johann Ludwig Burckhardt becomes the first European for centuries to enter Petra. Disguised as a Muslim, he correctly identifies the ruins as the former Nabataean capital.



Related posts: