Showing posts with label quran. Show all posts
Showing posts with label quran. Show all posts

Thursday 22 June 2023

Kemuliaan dan Keutamaan 10 hari Pertama Bulan Zulhijjah

Hari ini sudah masuk hari ke-4 Zulhijjah 1444 Hijrah. Namun masih belum terlambat untuk kita mengejar ganjaran-ganjaran hebat yang ditawarkan oleh Allah. Marilah kita bersama-sama mengisi baki hari-hari istimewa ini dengan amalan-amalan yang akan kita bawa sebagai bekalan di akhirat nanti.

Pada sepuluh hari pertamanya terdapat banyak kemuliaan dan keutamaan serta dipenuhi barakah. Hari-hari tersebut disediakan oleh Allah sebagai musim ketaatan dan kesempatan beramal soleh yang bersifat tahunan. Maka hendaknya seorang muslim menantikan kehadirannya, memanfaatkannya dengan melaksanakan berbagai ibadah yang disyariatkan, menjaga perkataan dan amal yang soleh agar mendekatkan dirinya kepada Allah Ta’ala dan membantunya dalam menghadapi kehidupan ini dengan jiwa yang tenang dan semangat yang berkobar.

Bukti kemuliaan ini, Allah Ta’ala bersumpah dengannya dalam Al-Qur’an al-Karim.

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Imam al-Thabari dalam menafsirkan “Wa layaalin ‘asr” (Dan malam yang sepuluh), “Dia adalah malam-malam sepuluh Zulhijjah berdasarkan kesepakatan hujjah dari ahli ta’wil (ahli tafsir).” (Jaami’ al Bayan fi Ta’wil al-Qur’an: 7/514)

Penafsiran ini dikuatkan oleh Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini, “Dan malam-malam yang sepuluh, maksudnya: Sepuluh Zulhijjah sebagaimana yang disebutkan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Zubair, Mujahid, dan lebih dari satu ulama salaf dan khalaf.” (Ibnu Katsir: 4/535)

Kemuliaan sepuluh hari ini juga disebutkan dalam Surat Al-Hajj dengan perintah agar memperbanyak menyebut nama Allah pada hari-hari tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَذِّنْ فِي النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَى كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh, supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.” (QS. Al-Hajj: 27-28)

Imam Ibnu Katsir dalam menafsirkan ayat ini menukil riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu ‘anhuma, “al-Ayyam al-Ma’lumat (hari-hari yang ditentukan) adalah hari-hari yang sepuluh.” (Tafsir Ibnu Katsir: 3/239)

Maka dapat disimpulkan bahawa keutamaan dan kemuliaan hari-hari yang sepuluh dari Zulhijjah telah datang secara jelas dalam Al-Qur’an al-Karim yang dinamakan dengan Ayyam Ma’lumat karena keutamaannya dan kedudukannya yang mulia.

Dari hadis pula, terdapat keterangan yang menunjukkan keutamaan dan kemuliaan sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah ini, di antaranya sabda Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam:

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ يَعْنِي أَيَّامَ الْعَشْرِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Tidak ada satu amal soleh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal soleh yang dilakukan pada hari-hari ini (iaitu 10 hari pertama bulan Zulhijjah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.”                (HR. Abu Daud dan  Ibnu Majah).

Oleh kerana itu dianjurkan atas orang Islam pada hari-hari tersebut untuk bersungguh-sungguh dalam ibadahnya, di antaranya solat, membaca Al-Qur’an, zikrullah, memperbanyak doa, membantu orang-orang yang kesusahan, menyantuni orang miskin, memperbaharui janji kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Masih ada satu amalan lagi yang utama pada hari-hari tersebut, yaitu berpuasa sunnah di dalamnya.

Terdapat dalam Sunan Abu dawud dan lainnya, dari salah seorang isteri Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam, dia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعَ ذِي الْحِجَّةِ

“Adalah Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam berpuasa pada tanggal 9 Zulhijjah.”

(HR. Abu Dawud no. 2437 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih wa Dhaif Sunan Abi Dawud no. 2081)

Syaikh Muhammad bin Salih al-Munajjid –Salah seorang ulama besar Saudi Arabia- berkata,

“Di antara musim ketaatan yang agung adalah sepuluh hari pertama dari bulan Zulhijjah, yang telah Allah muliakan atas hari-hari lainnya selama setahun".

Hadis ini dan hadis-hadis lainnya menunjukkan bahawa sepuluh hari ini lebih utama dari seluruh hari dalam setahun kecuali, sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadlan. Syaikh Munajjid menambah, keutamaan sepuluh hari pertama ini diperkuat dengan beberapa bukti di bawah ini:

1. Allah Ta’ala telah bersumpah dengannya. Dan bersumpahnya Allah dengan sesuatu menjadi dalil keutamaannya dan besarnya manfaat. Allah Ta’ala berfirman,

وَالْفَجْرِ وَلَيَالٍ عَشْرٍ

Demi fajar, dan malam yang sepuluh.” (QS. Al-Fajr: 1-2)

Ibnu Abbas, Ibnu al-Zubair, Mujahid, dan beberapa ulama salaf dan khalaf berkata: Bahawasanya dia itu adalah sepuluh hari pertama Zulhijjah.

Ibnu Katsir membenarkan pendapat ini (Tafsir Ibni Katsir: 8/413)

2. Sesungguhnya Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bersaksi bahawa hari-hari tersebut adalah seutama-utamanya hari-hari dunia sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadis sahih.

3. Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam menganjurkan untuk memperbanyak amal salih di dalamnya. Sesungguhnya kemuliaan masa diperoleh oleh setiap penduduk negeri, sementara keutamaan tempat hanya dimiliki oleh jama’ah haji di Baitul Haram.

4. Rasulullah sallallaahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk memperbanyak tasbih, tahmid, dan takbir pada sepuluh hari tersebut. Dari Ibnu Umar radiallahu ‘anhuma, dari Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَعْظَمُ عِنْدَ اللَّهِ وَلَا أَحَبُّ إِلَيْهِ الْعَمَلُ فِيهِنَّ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ فَأَكْثِرُوا فِيهِنَّ مِنْ التَّهْلِيلِ وَالتَّكْبِيرِ وَالتَّحْمِيدِ

Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal soleh di dalamnya lebih dicintai oleh-Nya daripada hari yang sepuluh (sepuluh hari pertama dari Zulhijjah), kerananya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya.” (HR. Ahmad 7/224, Syaikh Ahmad Syakir mensahihkan isnadnya).

5. Di dalamnya terdapat hari Arafah. Hari ‘Arafah adalah hari yang disaksikan; yang di dalamnya Allah menyempurnakan ajaran din-Nya sementara puasanya akan menghapuskan dosa-dosa selama dua tahun.

Daripada Abi Qatadah al-Ansari bahawa Rasulullah S.A.W telah ditanya mengenai puasa hari Arafah? maka jawab Rasulullah S.A.W yang bermaksud :

Dikaffarah (ampun dosa) setahun lalu dan setahun akan datang.
(Hadis isnad sahih dari imam Muslim, Tarmizi)
6. Di dalamnya terdapat ibadah udhiyah (berkorban) dan haji.

Dalam sepuluh hari ini juga terdapat yaum nahar (hari penyembelihan) yang secara umum menjadi hari teragung dalam setahun. Hari tersebut adalah haji besar yang berkumpul berbagai ketaatan dan amal ibadah padanya yang tidak terkumpul pada hari-hari selainnya.

Sesungguhnya siapa yang mendapatkan sepuluh hari bulan Zulhijjah merupakan sebahagian dari nikmat Allah yang besar atas hambaNya. Hanya orang-orang soleh yang bersegera kepada kebaikanlah yang mampu menghormatinya dengan selayaknya. Dan kewajipan seorang muslim adalah merasakan nikmat ini, memanfaatkan kesempatan emas ini dengan memberikan perhatian yang lebih, dan menundukkan dirinya untuk menjalankan ketaatan. Sesungguhnya di antara kurnia Allah Ta’ala atas hamba-Nya adalah menyediakan banyak jalan berbuat baik dan meragamkan berbagai bentuk ketaatan agar semangat seorang muslim berterusan dan tetap istiqamah menjalankan ibadah kepada Tuhannya.

Shaikh Munajjid rahimahullaah menjelaskan, ada beberapa amal istimewa yang harus selayaknya dikerjakan oleh seorang muslim pada sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, di antaranya:

1. Berpuasa. Seorang muslim disunnahkan berpuasa pada tanggal 9 Zulhijjah kerana Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam sangat menganjurkan untuk beramal salih pada sepuluh hari ini, dan puasa salah satu dari amal-amal shalih tersebut. Terlebih lagi, Allah Ta’ala telah memilih puasa untuk diri-Nya sebagaimana terdapat dalam hadis Qudsi, Allah Ta’ala berfirman,

كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Semua amal anak Adam untuk dirinya kecuali puasa, sungguh puasa itu untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya.

(HR. al-Bukhari no. 1805)

Dan sungguh Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam melaksanakan puasa 9 Zulhijjah. Dari Hunaidah bin Khalid, dari isterinya, dari salah seorang isteri Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam berkata:

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ تِسْعًا مِنْ ذِي الْحِجَّةِ وَيَوْمَ عَاشُورَاءَ وَثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ أَوَّلَ اثْنَيْنِ مِنْ الشَّهْرِ وَخَمِيسَيْنِ

Adalah Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam melaksanakan puasa 9 Zulhijjah, hari ‘Asyura, dan tiga hari setiap bulan serta Isnin pertama dari setiap bulan dan dua hari Khamis.

(HR. Al-Nasai dan Abu Dawud. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani Shahih Abi Dawud: 2/462)

2. Bertakbir. Disunnahkan membaca takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih selama sepuluh hari tersebut. Dan disunnahkan mengeraskannya di masjid-masjid, rumah-rumah, dan di jalan-jalan. Dan setiap tempat yang dibolehkan untuk zikrullah disunnahkan untuk menampakkan ibadah dan memperlihatkan pengagungan terhadap Allah Ta’ala. Kaum laki-laki mengeraskan  suaranya sementara kaum wanita melembutkannya.

Allah Ta’ala berfirman,

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَّعْلُومَاتٍ عَلَى مَا رَزَقَهُم مِّن بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

“Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak.”

(QS. Al-Hajj: 28)

Menurut Juhmur ulama, makna al-ayyam al-ma’lumat adalah sepuluh hari pertama bulan Zulhijjah, sebagaimana yang diriwatkan dari Ibnu Abbas radiallaahu ‘anhuma, “Al-Ayyam al-Ma’lumat: Hari sepuluh.”

Salah satu bentuk kalimat takbirnya adalah:

الله أكبر، الله أكبر، لا إله إلا الله، والله أكبر ولله الحمد

Dan masih ada lagi bentuk takbir yang lain.

3. Melaksanakan haji dan umrah. Sesungguhnya di antara amalan yang paling utama untuk dikerjakan pada sepuluh hari ini adalah berhaji ke Baitullah al-Haram. Maka siapa yang diberi taufik oleh Allah untuk melaksanakan haji ke Baitullah dan melaksanakan manasiknya sesuai dengan ketentuan syariat, maka dia mendapatkan janji –Insya Allah-  dari sabda Nabi sallallaahu ‘alaihi wasallam,

Haji yang mabrur ridak ada balasannya kecuali surga.
(HR. al-Bukhari dan Muslim)

4. Melaksanakan amal-amal soleh secara umum. Sesungguhnya amal soleh dicintai oleh Allah Ta’ala. Dan ini pasti akan memperbesar pahala di sisi Allah Ta’ala. Maka barangsiapa yang tidak memungkinkan melaksanakan haji, maka hendaknya dia menghidupkan waktu-waktu yang mulia ini dengan ketaatan-ketaatan kepada Allah Ta’ala berupa solat, membaca Al-Qur’an, zikir, doa, sedekah, berbakti kepada orang tua, menyambung tali persaudaraan, memerintahkan yang baik dan melarang yang munkar, dan berbagai amalan kebaikan lain.

5. Berkorban. Di antara amal soleh pada hari yang kesepuluhnya adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan menyembelih haiwan korban yang gemuk dan baik, dan berinfaq di jalan Allah Ta’ala.

Ibadah Korban
6. Taubat Nasuha. Di antara yang sangat ditekankan juga pada sepuluh hari ini adalah bertaubat dengan benar-benar (taubatan nasuha), meninggalkan perbuatan maksiat dan melepaskan diri dari seluruh dosa.
Taubat adalah kembali kepada Allah Ta’ala dan meninggalkan apa saja yang dibenci-Nya yang nampak maupun yang tersembunyi sebagai bentuk penyesalan atas perbuatan buruk yang telah lalu, meninggalkan seketika itu juga, bertekad untuk tidak mengulanginya, dan beristiqamah di atas kebenaran dengan melaksanakan apa-apa yang dicintai oleh Allah Ta’ala.

Semoga kita tergolong sebagai hamba-hamba Allah yang mampu berterusan dan istiqamah dalam beribadah kepadaNya. Memanfaatkan setiap kesempatan yang telah disediakan untuk menuai pahala. Sehingga kita datang kepada Allah dengan membawa bekal yang cukup dan memiliki modal yang memadai untuk memasuki surga-Nya yang Maha indah dan menyenangkan.

Coretan:

Dari koleksi emel Masjid Annahl Group

Monday 6 September 2021

Sifat-sifat Pendidik yang Berjaya

Memang tidak ada manusia yang sempurna melainkan Rasulullah SAW. Namun sebagai orang tua kita harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar boleh  dijadikan tauladan bagi anak-anaknya. Semakin elok  sifat-sifat orang yang bergelar sebagai pendidik, semakin hampir tahap keberhasilannya dalam mendidik anak-anak. Berikut ini adalah sifat-sifat yang perlu ada pada seorang pendidik.
1. Penyabar dan tidak pemarah

Dua sifat ini, yakni penyabar dan tidak pemarah, menurut Rasulullah SAW adalah yang dicintai oleh Allah swt.  (HR Muslim dari Ibnu Abbas ). Berkenaan dengan sifat ini ada sebuah kejadian menarik yang diceritakan oleh Abdullah ibnu Thahir.

“ Pada suatu hari,"  kata Abdullah bercerita, "Saya bersama Al-Makmun (seorang khalifah Bani Abbasiyah), lalu memanggil pelayannya, “Ghulam”! tidak dijawab, “Ghulam”! kedua kalinya pun tidak dijawab, lalu dipanggil yang ketiga kalinya barulah seorang pelayan lelaki muda keluar sambil berkata, "Apakah seorang pelayan tidak berhak makan dan minum? Bukankah saya baru saja melayani anda, kenapa dipanggil-panggil lagi?" Mendengar bicara pelayannya itu Al-Makmun lama tertunduk. Saya curiga jangan-jangan Al-Makmun akan menyuruh saya untuk memenggal leher pelayannya itu. Kemudian ia mengangkat kepalanya dan memandang saya, “ Wahai Abdullah", ujarnya, “Jika ada majikan yang baik, justeru pelayannya yang buruk, tetapi saya tidak mau berperilaku buruk untuk memperbaiki perilaku pembantu saya.”

2. Lemah-lembut dan menghindari kekerasan

Rasulullah bersabda yang bermaksud:

“ Allah itu Maha Lemah-lembut, cinta kelemah-lembutan. Diberikan kepada kelembutan apa yang tidak diberikan kepada kekerasan dan kepada selainnya “ (HR Muslim dari Aisyah)

Sabda yang lain yang bermaksud:
” Tidaklah kelemah-lembutan itu terdapat pada sesuatu melainkan akan membuatnya indah, dan ketiadaannya dari sesuatu akan menyebabkannya menjadi buruk” (HR
. Muslim)

Sifat demikian juga ditunjukkan oleh para salafus soleh dalam bermuamalah. Di antaranya adalah kejadian yang pernah dialami oleh budak lelaki (pelayan) Imam Zainal ‘Abidin (cicit Sayidina Ali).   Pada suatu hari budak itu menuangkan air minum ke gelas minumnya Imam Zainal Abidin dari teko yang terbuat dari porselin. Tiba-tiba teko itu jatuh dan mengenai kaki sang Imam hingga berdarah. Cepat-cepat pelayan itu berkata,

“ Wahai Tuan, Allah telah berfirman, “ Dan mereka itu adalah orang-orang yang mampu menahan kemarahan “

Mendengar itu beliau berkata, “Ya, saya tahan kemarahan saya.”

“ Dan ( juga ) pemaaf kepada manusia.” Kata budak itu membaca sambungan firman Allah tadi.

” Ya, saya pun telah memaafkan kamu.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.

Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.”  Sambung budak itu menyempurnakan bunyi firman Allah tersebut.

”Sudah, kamu saya merdekakan kerana Allah.” Kata Imam Zainal ‘Abidin.

3. Hatinya penuh Rasa kasih Sayang

Sulaiman Malik Ibnu Al Huwairits pernah tinggal ( untuk berguru ) bersama Rasulullah SAW, bersama teman-teman sebayanya selama dua puluh malam. "Kami dapati beliau sebagai seorang yang sangat penyayang dan pengasih,” cerita Al Huwairits. “ Setelah beliau melihat bahawa kami sudah rindu kepada keluarga, beliau bertanya tentang siapa saja orang-orang yang kami tinggalkan di rumah. Kami pun memberitahukannya. Lalu, kami diperintahkan agar pulang."  Beliau menasihati,

“Pulanglah kepada keluarga kamu, tinggallah bersama mereka, ajari mereka, berbuat baiklah kepada mereka, dan solatlah kamu seperti ini di waktu demikian, solatlah begini di saat demikian! Jika tiba waktu solat, salah seorang harus azan dan yang paling tua menjadi imam.” (Muttafaq’alaih)

Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“ Sesungguhnya setiap pohon itu berbuah. Buah hati adalah anak. Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Dzat yang jiwaku ada ditangan-Nya, tidak akan masuk syurga kecuali orang yang bersifat penyayang.”

Seorang sahabat berkata, “wahai Rasulullah, setiap kita mampu menyayangi.”
Rasulullah saw. Menjawab ;

“ Kasih sayang itu bukan ( terbatas ) seorang menyayangi kawannya, namun kasih sayang untuk semua manusia “ (HR Ath Thabrani)


4. Memilih yang termudah di antara dua perkara selagi tidak berdosa

‘Aisyah berkata,

Tidaklah dihadapkan kepada Rasulullah antara dua pilihan melainkan akan dipilihnya perkara yang paling mudah selama hal itu tidak berdosa. Jika itu dosa maka beliaulah orang yang paling jauh meninggalkannya. Dan, beliau tidak mendendam sama sekali terhadap dirinya kecuali jika dirinya melanggar larangan Allah. Maka beliau akan menghukum dirinya sendiri kerana Allah
 (Muttafaq’alaih)

5. Fleksibel

Bukan fleksibiliti yang bererti lemah dan kendor sama sekali, melainkan sikap fleksibel dan mudah yang tetap berada dalam batas  syariah. Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

Mahukah kuberitahukan terhadap siapakah api neraka itu diharamkan atau siapakah yang diharamkan dari neraka?”

Beliau bersabda:

حُرِّمَ عَلَى النَّارِ كُلُّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيبٍ مِنَ النَّاسِ

“Diharamkan atas api neraka, setiap orang yang rendah hati, lemah lembut (fleksibel), mudah, serta dekat dengan manusia” (HR Ahmad).

6. Tidak Emosional ( Suka Marah )

Dalam pendidikan, sifat pemarah dan emosional harus dijauhi. Sifat demikian bahkan menjadi faktor kegagalan dalam pendidikan anak, maka ketika ada orang yang meminta Nabi agar diberi pesan secara khusus, tiga kali beliau memintanya agar tidak suka marah.

Rasulullah saw bersabda yang bermaksud:

“ Orang kuat itu bukan kerana kekuatannya dalam berkelahi, tetapi kerana kemampuannya mengendalikan diri ketika sedang marah “ ( Muttafaq’alaih)

7. Tidak ekstrim dan berlebih-lebihan

Ekstrim dan berlebih-lebihan adalah sikap tercela. Jika harus marahpun ada tempatnya dan tidak sampai menyebabkan tindakan keluar dari kebenaran. Rasullullah saw, sebagaimana layaknya manusia lain, juga pernah marah. Namun, jika marah pun kerana kebenaran. Kalimat yang terucap pun tidak pernah keluar dari kebenaran.

Ada seorang laki-laki mengadu kepada Nabi bahawa dirinya akan datang terlambat ketika solat subuh lantaran si fulan jadi imam itu suka memanjangkan salatnya. Ketika berpidato, semasa menyentuh masalah itu, beliau marah sekali hingga tidak seperti biasanya.

Kemudian Rasulullah SAW  bersabda yang bermaksud:

Wahai sekalian manusia! Ada di antara kamu yang menyebabkan orang lari ( dari Islam ) maka siapa saja yang menjadi imam, hendaklah mempersingkatkan solatnya. Kerana di belakang kamu ada orang tua, anak kecil dan orang yang ada keperluan [Muttafaq’alaihi ]

8. Ada ketidakseimbangan waktu dalam memberi nasihat

Sering kali banyak bercakap itu tidak membuahkan hasil. Sebab itulah Imam Ibnu Hanifah berpesan kepada muridnya,

Janganlah kamu mengajarkan fiqh kamu kepada orang yang sudah tidak berminat!”

Ibnu Mas’ud ra. hanya memberi nasihat kepada para sahabat setiap hari khamis.

Maka ada seorang yang berkata kepada beliau,” Wahai Abu Abdur Rahman, alangkah baiknya jika anda memberi nasihat kepada kami setiap hari.”

Beliau menjawab,

Saya enggan begitu kerana saya tidak ingin membuat kamu merasa bosan dan saya memberi ketidakseimbangan (imbalance) waktu dalam memberi nasihat sebagaimana Rasulullah lakukan terhadap kami dahulu kerana kuatir kami bosan.”(Muttafa’alaih)

Sumber :  Kitab Manhaj Tarbiyah Nabawiyah Lith Thifli

Coretan:

Dari koleksi emel Masjid Annahl Group


Thursday 10 October 2019

Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud

Al-Khazneh Petra
Petra di Jordan dan Mada'in Saleh di Arab Saudi dianggap sebagai kota kembar kerana persamaan saki-baki binaan yang terdapat di kedua-dua tempat ini. Petra merupakan ibu kota kerajaan Nabatea manakala Mada'in Saleh ialah kota kedua mereka.

Mada'in Saleh menduduki kedudukan strategik pada laluan perdagangan kuno yang menghubungkan Arab selatan, Mesopotamia, Levant, dan Mesir. Laluan di Al Hijr ini berasal dari selatan Semenanjung Arab berpecah menjadi dua cabang, satu menuju ke utara melalui Tabuk dan berakhir di Petra Jordan, sementara cabang kedua menuju Mesopotamia melalui Tayma di utara Arab. Lokasi strategik yang penting ini telah menjadikan Mada'in Saleh sebagai pusat perdagangan Nabataea yang utama di selatan dan juga destinasi ekonomi yang penting untuk kabilah perdagangan.
Jalan perdagangan utama Empayar Nabatea
Sumber: http://nabataea.net
Banyak telah diperkatakan tentang siapakah yang sebenarnya yang membina kota purba ini ... kaum Nabatea atau Thamud?Ahli arkeologi mengatakan kota-kota ini dibangun dan dihuni oleh kaum Nabatean di sekitar abad ke 6-4 SM dan pada abad ke 8 M peradaban ini mula hilang dengan kehancuran dan kemusnahan kota mereka.

Penempatan yang meluas di tapak ini terjadi pada abad pertama Masihi, ketika mana ia berada di bawah pemerintahan raja Nabatea al-Harith IV (9 SM - 40 M), yang menjadikan Mada'in Saleh ibu kota kedua kerajaan, setelah Petra di utara. Kerajaan Nabatea yang berpusat di Petra Jordan berkembang ke selatan dan menguasai Mada'in Saleh, yang mencapai puncak peradabannya di masa ini. Mereka sangat berkemahiran dalam memahat dan mengukir batu, menggerudi perigi atas batu, menggali tangki air hujan dan mengukir tempat ibadah di atas batu.

Kaum Thamud benar-benar wujud?

Bagaimana pula pendapat ahli arkeologi terhadap kaum Nabi Saleh iaitu kaum Thamud, sebagaimana yang disebut dalam Quran? Adakah mereka benar-benar wujud?

Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Thamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-Hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam al-Quran dikatakan sama dengan kaum Thamud. Nama lain dari Thamud adalah Ashab al-Hijr. Dalam Ensiklopedia Islam, kata Thamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang-orang tersebut.

Sumber rujukan tertua yang ada kaitan dengan Thamud terdapat pada sebuah inskripsi Raja Assyria, Sargon II (715 SM) yang berbangga dengan kemenangannya ke atas kaum Thamud dalam salah satu pertempurannya.
Petikan dari ... e-BOOK
Rujukan bertulis yang lain boleh didapati daripada berbagai penulis di berbagai zaman yang ada menyebut nama kaum ini.

Returning to textual references, Diodorus, a Greek historian writing in the first century BC, mentions a group called Thamoudēnoi in North-Western Arabia. A little later, Pliny, the Elder (d. 79 AD), a Roman historian, while writing his “Natural History”, mentions the Thamudaei – a people dominant in Hegra, adjoining the Nabataeans. Later still, we find them mentioned by Ptolemy (d. 168AD), in his Geography.

More than a century after Jesus, in the reign of the Roman emperor Marcus Aurelius (d. 180 AD), we find that a part of the Thamud tribe was enrolled in the Roman army. A temple they constructed at Rawwafa, 200 miles north of Medina, mentions the following in a Greek-Nabataean bilingual inscription:

“For the wellbeing of the rulers of the whole world . . . Marcus Aurelius Anthoninus and Lucius Aurelius Verus, who are the conquerors of the Armenians. This is the temple that was built by the tribal unit of Thamud, the leaders of their unit, so that it might be established by their hands and be their place of veneration for ever”

Further confirmation of their service under the Romans, comes via a late 4th (or early 5th century) military document Notitia Dignitatum, which clealy mentions two cavalry units of Thamud, one serving in Egypt and the other in Palestine.



Bila kaum Thamud hidup?
Menurut kebanyakan ahli arkeologi dan sejarah, kaum Thamud ini dianggarkan hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, iaitu sekitar tahun 800 SM. Namun mengikut apa yang disebut dalam al-Quran, kaum ini hidup jauh lebih awal daripada yang telah disebut oleh pengkaji sejarah. Firman Allah SWT,
"Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum Aad, dan di tempatkannya kamu di bumi, (dengan diberi kemudahan) untuk kamu mendirikan istana-istana di tanahnya yang rata, dan kamu memahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah. Maka kenangkanlah nikmat-nikmat Allah itu dan janganlah kamu bermaharajalela melakukan kerosakan di muka bumi". (Al-A'raaf 7:74)

Mengambil petikan ayat ke 74 dari surah Al-A’raf, keturunan kaum Thamud hadir setelah kaum ‘Ad. Kewujudan mereka telah dapat dipastikan tetapi informasi berkenaan bagaimana mereka berada di kawasan tersebut tidak dapat dipastikan.

Nabi Saleh AS memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dan pelajaran dari kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum ‘Ad). Sementara kaum ‘Ad ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum ‘Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh AS. Ketiga-tiga kaum ini mempunyai hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut al-Quran, kaum yang pertama dihancurkan adalah kaum Nuh, seterusnya kaum Nabi Hud (‘Ad) dan kaum Nabi Saleh (Thamud)

Tarikh sebenar keberadaan kaum Thamud memang tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun mengikut pendapat setengah ahli agama yang berpandukan al-Quran, kaum Thamud zaman Nabi Saleh hidup dalam satu jangka masa di antara zaman Nabi Nuh-Hud dan zaman Nabi Ibrahim-Musa. Mengikut sejarah kisah-kisah Nabi, Nabi Saleh AS diutuskan kepada kaum Thamud sebelum Nabi Musa AS, kerana salah seorang dari mereka yang beriman telah memberi peringatan kepada Firaun akan apa yang telah terjadi kepada kaum yang telah dimusnahkan. Firman Allah SWT,

Dan berkatalah pula orang yang beriman itu: "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku bimbang kamu akan ditimpa (kebinasaan) sebagaimana yang telah menimpa kaum-kaum yang bergabung (menentang Rasul-rasulnya) (Ghaafir 40:30)
"(Iaitu) seperti keadaan kaum Nabi Nuh, dan Aad (kaum Nabi Hud), dan Thamud (kaum Nabi Soleh), serta orang-orang yang datang kemudian daripada mereka (seperti kaum Nabi Lut). Dan (ingatlah) Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman kepada hamba-hambaNya. (Ghaafir 40:31)

Kaum Bani Israel juga telah diperingatkan oleh Nabi Musa AS akan kehancuran kaum-kaum yang ingkar sebelum mereka. Firman Allah SWT,
Dan Nabi Musa berkata: "Kalau kamu dan sesiapa jua yang ada di muka bumi seluruhnya berlaku kufur ingkar, maka (hal yang demikian tidak merugikan Allah), kerana sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. (Ibrahim 14:8)
(Mengapa kamu masih berdegil) bukankah telah datang kepada kamu khabar berita orang-orang yang terdahulu daripada kamu, iaitu kaum Nabi Nuh, dan Aad juga Thamud serta orang-orang yang kemudian daripada mereka ? Tiada sesiapapun yang mengetahui bilangan mereka melainkan Allah. Mereka telah didatangi oleh rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, lalu mereka meletakkan tangan mereka ke mulut mereka sambil berkata: "Sesungguhnya kami kufur ingkarkan apa yang - mengikut dakwaan kamu - kamu diutus membawanya, dan sesungguhnya kami adalah dalam keadaan yang meragukan terhadap iman dan tauhid yang kamu ajak kami kepadanya". (Ibrahim 14:9)

Di bawah ini adalah senarai para Rasul dan Nabi yang disusun mengikut turutan tahun mereka diutuskan, dan ini juga hanyalah pendapat setengah ulamak.

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - kontra dengan penemuan-penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab
(Sumber :http://linidakwah.blogspot.com)

Pengkaji sejarah telah menganggarkan Nabi Musa AS hidup sekitar abad ke 16 SM. Jika tepat kiraannya, ini bermakna Nabi Saleh AS telah pun hidup bergenerasi atau berkurun-kurun lamanya sebelum Musa. Sesungguhnya al-Quran juga ada menyebut kehadiran banyak generasi selepas kaum Thamud yang pertama tanpa menyebut garis masa yang tertentu. Firman Allah SWT,
Dan (demikian juga) kaum Nabi Nuh, ketika mereka mendustakan Rasul-rasul Kami, Kami tenggelamkan mereka, dan Kami jadikan mereka satu tanda (yang menjadi contoh) bagi umat manusia; dan Kami sediakan bagi sesiapa yang zalim; azab seksa yang tidak terperi sakitnya. 
(Al-Furqaan 25:37)

Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu. (Al-Furqaan 25:38) |
(Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)
sumber: 
https://www.dakwatuna.com
Di mana-kah kaum Thamud tinggal ?

Bila dan di mana Kaum Thamud tinggal secara tepat agak mustahil untuk ditetapkan. Oleh kerana itu tinggalan-tinggalan daripada kaum ini juga hampir mustahil dikenal pasti bagi sebuah peradaban kuno yang telah hidup beribu-ribu tahun dahulu.

Walau bagaimanapun, masih terdapat beberapa buah tapak arkeologi yang menarik di tanah Arab di mana saki-baki binaan daripada tamadun yang telah hilang terpelihara dengan baik, seperti tapak arkeologi al-Hijr (Mada'in Saleh). Namun ada di antara kita (orang Islam) telah tersilap dengan menyamakan tapak seperti ini dengan kaum Thamud (pertama) yang disebut dalam al-Quran. Walhal ahli arkeologi percaya bahawa sebenarnya kaum lain yang dikenali sebagai Nabatea yang telah membina sebahagian dari tapak-tapak ini.

Mengapakah timbulnya kekeliruan ini? Ada beberapa kemungkinan mengapa perkara ini berlaku. Salah satunya berhubung penggunaan nama Thamud. Mengikut catatan Abdullah ibn Umar (anak khalifah Umar al-Khatab) dan Ibn Kathir, ada pihak yang menamakan wilayah Al-Hijr sebagai Thamud, manakala daerah Mada'in Saleh sebagai Ardh Thamud (Tanah Thamud) dan Bait Thamud (Rumah Thamud). Maknanya di sini, nama Thamud bukanlah dituju kepada kaum-kaum yang pernah tinggal di Mada'in Saleh seperti kaum Lihyanite dan Nabatea, tetapi dituju pada daerah itu sendiri.

Selepas kaum Thamud yang asal dimusnahkan, kemungkinan nama ini digunakan oleh kaum-kaum yang baharu yang menetap di daerah Mada'in Saleh. Mengikut sumber-sumber klasik Arab, telah dipersetujui bahawa satu-satunya kaum asal Thamud yang masih tinggal ialah kaum Bani Thaqif yang menetap di bandar Taif di selatan Mekah. Bani Thaqif sudah berada di Taif sejak abad ke 6 M sehingga kini. Nabi Muhammad dilahirkan pada 570 M, dan ketika beliau ke Taif pada 619 M untuk berdakwah, baginda telah mendapat tentangan yang begitu hebat sekali dari penduduk Taif. Mengikut ahli sejarah lembah Taif sudah didiami sejak 5,000 tahun yang lalu.
Kekeliruan ini makin bertambah apabila nama Thamud hari ini digunakan oleh setengah pihak, untuk merujuk secara meluas pada berbagai kaum di sepanjang sejarah, bukan hanya pada kaum yang disebut dalam ai-Quran. Contohnya, terma 'Thamudic' adalah satu nama yang direka oleh ahli akademik di kurun ke-19 untuk tujuan mengklasifikasikan bahan-bahan kajian mereka yang berbentuk inskripsi atau batu bertulis.

Petikan dari Wikipedia

Thamudic is a name invented by nineteenth-century scholars for large numbers of inscriptions in Ancient North Arabian (ANA) alphabets which have not yet been properly studied. It does not imply that they were carved by members of the ancient tribe of Thamud. These texts are found over a huge area from southern Syria to Yemen. In 1937, Fred V. Winnett divided those known at the time into five rough categories A, B, C, D, E. In 1951, some 9000 more inscriptions were recorded in south-west Saudi Arabia which have been given the name Southern Thamudic.

Kajian ahli arkeologi yang terkini mengatakan sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Thamud tidak hanya ditemui di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia tengah (Brittanica Micropedia, Vol. 11, hlm 672). Mereka telah menemui satu tapak arkeologi yang penting di kota Al-‘Ula. Kota ini telah dihuni hingga tahun 1970. Mereka berpendapat pada sekitar 200 SM, kaum Nabatea telah menggantikan kaum Thamud menguasai kota Dedan (Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh)

Di manakah tempat tinggal kaum Thamud dari al-Quran sebenarnya? Dalam al-Quran Thamud disebut sebanyak 26 kali samada dalam bentuk kata yang berdiri sendiri ataupun untuk menunjukkan kaum. Dalam hadis juga ada disebut dengan pasti akan tempat kejadian kehancuran kaum Thamud. Berdasarkan hasil kajian arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan bangsa Thamud ini, para ahli arkeologi berjaya menemui dan menetapkan keberadaan kaum Thamud, di antara Yaman selatan dan utara Madinah, yang disebut dengan nama Madain Saleh.
Dipercayai kaum Thamud berasal dari kaum Ad dari Arabia selatan ...
proses penghijrahan berlaku selama berkurun-kurun sehingga
akhirnya mereka menetap di utara Semenanjung Arab
Al-Quran menyebutkan, kaum Thamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup mereka . Kaum Thamud dan peninggalannya, seperti disebutkan dalam al-Quran, merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak penemuan arkeologi terkini.

Thamud dalam hadis,

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: (Pada tahun ke-9 hijrah ketika dalam perjalanan ke Tabuk untuk mempertahankan Madinah daripada kemungkinan serangan tentera Rom) kami melalui kawasan al-Hijr (negeri kaum Thamud yang dimusnahkan Allah) bersama Rasulullah SAW. Baginda lantas bersabda: “Jangan kalian masuk ke negeri kaum yang menzalimi diri mereka sendiri (yang akhirnya dimusnahkan Allah) melainkan dalam keadaan menangis bimbangkan azab yang pernah menimpa mereka akan turut menimpa kalian.” Kemudian baginda mempercepat langkahnya sehingga meninggalkan tempat itu,  (Sahih Bukhari dan Muslim)

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: bahawasanya orang ramai turun bersama Rasulullah shallahu’alaihiwasallam ke Hijr, bumi kaum Tsamud. Lalu, mereka pun mengambil air daripada telaga dan membuat adunan roti daripadanya. Rasulullah shallahu’alaihiwasallam pun mengarahkan supaya dicurahkan apa yang mereka ambil daripada telaga itu dan memberikan adunan-adunan itu kepada unta dan mengarahkan mereka supaya mengambil air daripada telaga-telaga yang diingini unta. [Al-Bukhari (3379); Muslim (7657]

Tempat yang dimaksudkan adalah Wadi al-Qura (Valley of Villages), terletak antara Madinah dan Tabuk. Al Hijr kini dikenali sebagai Mada'in Saleh, atau Kota Saleh. Tempat ini juga ada disebut dalam Taurat (the old testament) dan juga dalam kitab Injil (dikenali dengan nama Dedan). Kaum Thamud telah dibinasakan oleh Allah kerana kekufuran mereka dan juga kedegilan mereka membunuh unta Nabi Saleh yang Allah jadikan sebagai bukti akan kenabiannya.

Maka mereka pun menyembelih unta itu, dan mereka menderhaka terhadap perintah Tuhan mereka, sambil berkata: "Hai Soleh! Datangkanlah azab yang engkau telah janjikan kepada kami, jika betul engkau dari Rasul-rasul yang diutus (oleh Allah)". (Al-A'raaf 7:77)
Oleh itu, mereka pun dibinasakan oleh gempa bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal masing-masing. (Al-A'raaf 7:78)

Namun lembah ini sekarang dikenali sebagai Wadi Al-Ula. Sebelumnya ia dikenali sebagai Wadi Dedan atau Wadi al-Qura. Dengan berpandukan pada kisah Nabi Saleh yang banyak diceritakan dalam al-Quran serta hadis dan penemuan-penemuan arkeologi, ahli-ahli sejarah telah memutuskan Mada'in Saleh atau al-Hijr sebagai tempat kaum Nabi Saleh iaitu Thamud yang telah dimusnahkan oleh Allah.
sumber: https://www.jstor.org
Kaum Thamud atau Nabatea yang membina Mada'in Saleh?
Persoalan ini telah menyebabkan orang Keristian dan juga segelintir orang Islam 'liberal' yang mempersoalkan kedudukan al-Quran sebagai kitab Allah. Mereka mengatakan al-Quran hanyalah kitab yang diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri kerana terdapat banyak fakta-fakta yang tidak betul di dalamnya ketika menceritakan kisah Nabi Saleh AS. Mereka juga mempertikaikan kebenaran hadis yang menyebut kisah kaum Thamud ini. Antara alasan mereka ialah:

1. Binaan-binaan yang berada di Mada'in Saleh bukan dibina oleh kaum Thamud tetapi oleh kaum Nabatea. Ianya telah dibina antara abad pertama SM dan abad pertama M.

2. Binaan yang ada juga bukanlah rumah tetapi adalah kuburan.

Walaupun kebanyakan binaan yang terdapat di tapak arkeologi al-Hijr bertarikh dari abad 1SM dan abad 1M, tetapi penemuan terkini menunjukkan telah ada kehidupan manusia di sini seawal abad ke-3 atau ke-2 SM. Penemuan sejarah juga telah menunjukkan bahawa kaum Thamud telah tinggal di kawasan al-Hijr sejak abad ke-8 lagi. Kawasan ini adalah tempat yang popular untuk penempatan kerana iklim dan keadaan semulajadi yang mudah disesuaikan untuk kehidupan, dengan ketersediaan air tawar di kawasan tersebut.
Seperti yang telah disebut sebelum ini kaum Thamud adalah dari rumpun yang sama dengan kaum Ad (QS 7:74). Adalah dipercayai asal-usul mereka dari Arabia selatan, iaitu tempat kaum Ad pernah hidup. Kedua-dua mereka adalah terdiri dari bangsa Semite.

1. Nabi Hud bin Abdullah bin Rabah bin Al-Khulud dari keturunan Sam bin Nuh.

2. Nabi Shaleh bin Ubaid bin ‘Ashif dari keturunan Sam bin Nuh.

Ketika kaum Ad dimusnahkan kerana enggan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS, ada sebahagian kecil di antara mereka yang menerima dakwah Nabi Hud telah diselamatkan oleh Allah dari bala bencana tersebut. Di antara mereka juga adalah orang yang beriman kepada ketauhidan yang telah diperingatkan oleh Nabi Nuh AS (QS 14:9). Kemungkinan merekalah masyarakat awal yang membentuk ketamadunan keturunan kaum Thamud. Disebabkan kota dan tempat mereka telah hancur, mereka perlu berhijrah keluar untuk mencari tempat baharu.
Dan apabila datang azab Kami, Kami selamatkan Nabi Hud beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan mereka dari azab yang keras. 
(Hud 11:58)

Dipercayai perkara yang sama juga berlaku ketika Kaum Thamud dihancurkan oleh Allah SWT. Sehari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan untuk mereka, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para pengikutnya yang beriman menuju Ramallah (sebahagian pendapat sahaja), sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijr dan penghuninya. Mereka yang kufur habis binasa ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.


Maka Nabi Soleh pun meninggalkan mereka sambil berkata: "Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan kepada kamu perutusan Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang-orang yang memberi nasihat". (Al-A'raaf 7:79) 
Ke mana Nabi Saleh AS dan pengikutnya berhijrah tidaklah dapat dipastikan dengan tepat, tetapi kemahiran memahat batu yang dimiliki oleh mereka terus kekal selama beribu tahun di kalangan pengganti mereka di kawasan tersebut. Madain Saleh telah diduduki oleh banyak tamadun yang bersilih-ganti dan masing-masing meninggalkan kesan senibina yang tersendiri. Kajian arkeologi mendapati sebelum kaum Nabatea berada di kawasan ini, ia telah terlebih dahulu diduduki oleh kaum Lihyanite dan Dedanite.
Hadis: Riwayat Ibn Umar ( lihat hadis di atas ..... )
Sebab hadis Ibnu Umar di atas diucapkan terkait tempat yang bernama Hijr. Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

Hadis ini mencakupi tempat tinggal Thamud dan kaum selain mereka, yang keadaannya seperti Thamud. Meskipun sebab adanya hadis itu adalah pemukiman Thamud. (Fathul Bari, 6/380).

Al-Ḥijr kini adalah sebuah dataran yang luas, yang diserikan dengan bukit-bukit yang dilihat dari luar seperti rumah atau makam yang telah diukir. Keadaannya kelihatan sama seperti tempat tinggal kaum Thamud yang digambarkan dalam al_Quran, sehingga mendorong sebahagian penulis mendakwa yang ia adalah rumah-rumah kaum Thamud.

Nabi SAW bersama sahabat-sahabat baginda pernah melawat tanah kaum Thamud dan merenung saki-baki runtuhan milik ramai penyembah berhala serta memikirkan kemusnahannya, tetapi mereka tidak mengatakan bahawa ada terdapat artifak tertentu di situ kepunyaan kaum Thamud pertama dari al-Quran. Runtuhan itu telah dikenal pasti oleh Nabi SAW sebagai kepunyaan "orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri" tanpa mengkhususkannya kepada kaum Thamud pertama. Kemungkinan besar kebanyakan runtuhan yang terdapat di sana adalah kepunyaan "banyak generasi" selepas mereka. Bertepatan sekali dengan Firman Allah SWT,

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? (Al-An'aam 6:6)

Petikan dari https://en.wikipedia.org

Historian and scholar, Ibn Khaldun also mentions the Thamud several times in his universal history Kitābu l-ʻibar (Arabic: كتاب العبر‎) (the Book of Lessons) written in the late 14th century, but only in passing, seldom giving much information.

This can be illustrated by what happened among the nations. When the royal authority of ʿĀd was wiped out, their brethren, the Thamud, took over. They were succeeded, in turn, by their brethren, the Amalekites. The Amalekites were succeeded by their brethren, the Himyar. The Himyar were succeeded by their brethren, the Tubba's, who belonged to the Himyar. They, likewise, were succeeded, by the Adhwa'. Then, the Mudar came to power.

— Muqaddimah ("Introduction"), Chapter II

The Yemen, al-Bahrayn, ‘Oman, and the Jazirah have long been in Arab possession, but for thousands of years, the rule of these areas has belonged to different (Arab) nations in succession. They also founded cities and towns (there) and promoted the development of sedentary culture and luxury to the highest degree. Among such nations were the ‘Ad and the Thamud, the Amalekites and the Himyar after them, the Tubba‘s, and the other South Arabian rulers (Adhwa) . There was a long period of royal authority and sedentary culture. The coloring of (sedentary culture) established itself firmly. The crafts became abundant and firmly rooted. They were not wiped out simultaneously with (each ruling) dynasty, as we have stated. They have remained and have always renewed themselves down to this time, and they have become the specialty of that area. Such (special Yemenite) crafts are embroidered fabrics, striped cloth, and finely woven garments and silks.

— Muqaddimah Chapter V
Saluran air ditebuk di dinding bukit
Petra Jordan


Di bawah adalah kronogi berlakunya keruntuhan peradaban kaum Nabatea. Mungkin ia juga adalah salah satu kaum yang dihukum dan dihapuskan oleh Allah SWT kerana kesesatan akidah mereka.
Wallahu'alam .... Allah lebih mengetahui



Petikan dari: 
https://www.nationalgeographic.com

64 B.C. Despite being forced to recognize Rome’s power, Petra reaches its zenith of splendor in this period—until the Roman emperor Trajan formally annexes the city in A.D. 106.
A.D. 363 Now part of the Byzantine Empire, several of Petra’s buildings are used as churches. An earthquake seriously damages many structures, and the city is gradually abandoned.
700-1096 Following the Islamic conquest, Petra becomes little more than a village. During the First Crusade, the Christian king of Jerusalem, Baldwin I, occupies Petra, now part of the barony of Karak.
1217-1276 After Saladin defeats the Crusaders in 1187, Petra returns to Muslim hands. A German, Thetmar, writes of visiting in 1217. Later, the Mamluk sultan Baybars I found Petra deserted.
1812 Swiss scholar Johann Ludwig Burckhardt becomes the first European for centuries to enter Petra. Disguised as a Muslim, he correctly identifies the ruins as the former Nabataean capital.



Related posts:

Wednesday 18 September 2019

Rose City of Petra Jordan

 Petra Jordan - 24 Jun 2018

Lawatan ke sini dibuat ketika transit di Amman selama 17 jam dalam perjalanan ke pulau Cyprus. Penerbangan kami dari Bangkok tiba di QAIA pada jam 5.15 am waktu Jordan. Sebelum memulakan perjalanan ini suami telah membuat temujamji dengan bapa kepada salah seorang pelajar Phdnya yang tinggal di Amman Jordan, Dr Jamaal. Beliau telah menawarkan dirinya untuk membawa kami ke Petra.

Pagi-pagi lagi Dr Jamaal dan seorang  anak remajanya telah menjemput kami di airport dan membawa kami terus ke Petra. Boleh dikatakan lawatan ke Petra ini ditanggung semua oleh Dr Jamaal. Alhamdulillah! .... rezeki dari seorang anak murid yang membalas jasa seorang guru😊. Memang menjadi budaya orang Arab menghormati 'Tok Guru' dengan memberi hadiah sekali sekala. Kami tinggalkan airport lebih kurang pukul 7.00 am.

Tempatnya agak jauh juga, 2 jam lebih perjalanan dengan kereta. Cuaca pula sangat panas kerana sekarang musim panas. Sebelum masuk Dr Jamaal menjamu kami sarapan yang dibekalkan oleh isterinya dari rumah, di kawasan letak kereta, di tengah panas😎. Lebih kurang jam 10.00 am kami beli tiket dan terus masuk.
Pintu masuk .... tengahari 24 Jun 2018
.... dinasihatkan pakai topi untuk melindungi dari panas
Tempat letak keretanya jauh juga dari pintu masuk
Jom Masuk !
Menceritakan pasal bongkah batu Jin yang banyak terdapat di Petra
Salah satu bongkah atau blok Jin ... di Bab as-Siq
Gambar dari google .... tak terambil pula gambarnya
 (Sumber foto: wikimedia)
Ni pula menceritakan pasal 'The siq' - jalan masuk ke kota purba Petra
The Siq (canyon/ngarai) .. sepanjang 1.2 km
... laluan masuk utama ke kota Petra
Bersama Dr Jamaal di as-Siq
Secara teknikal laluan as-Siq (السيق‎) ini bukanlah sebuah ngarai atau canyon yang sebenarnya
(sebuah ngarai dibentuk oleh air), tetapi adalah sebuah bongkah yang terbelah dan terpisah disebabkan kuasa tektonik. Selepas itu baharulah ia menjadi licin kerana hakisan air. Dinding yang mengapit as-Siq ini berdiri setinggi antara 91-182 meter.

Ini saluran air yang dipotong ke dalam dinding
untuk membekal air ke Petra
Lihat saluran air di tepi saya
Petra (dari pekataan Arab ٱلْبَتْرَاء‎) adalah sebuah kota purba dengan teknologi tinggi, terletak di selatan Jordan. Di kalangan penduduknya ia dikenali sebagai Raqmu. Ia terkenal dengan senibina memotong batu dan sistem saluran airnya. Petra juga digelar Rose City atau Kota Mawar kerana warna batu yang dibentuk menjadi kota ini. Petra adalah sebuah kota nekropolis yang terdapat kuil-kuil dan makam-makam yang ditebuk pada dinding batuan gunung-ganang yang berwarna merah jambu dan batu pasir berwarna oren.

Sejak 1985 ia telah disenaraikan sebagai Tapak Warisan Dunia UNESCO dan menggapnya sebagai satu yang sangat berharga. Petra juga dipilih oleh British Broadcasting Corporation (BBC) sebagai satu daripada "40 tempat yang anda mesti lihat sebelum mati".

Bersama Dr Jamaal
Berbagai bentuk rupa bongkah batu yang terdapat di kota ini

Al- Khazneh (The Treasury)
Al- Khazneh ini satu struktur yang sangat terkenal di Petra yang terletak di penghujung laluan as-Siq. Ia dipercayai adalah tempat makam raja Nabatean yang bernama Aretas ke-4. Pada tahun 2007 ia telah dipilih sebagai salah satu daripada '7 Woonders of the World' yang baharu. Petra ini juga menjadi lokasi pengambaran filem yang digemari oleh pengeluar-pengeluar filem. Salah satunya ialah filem kesukaan suami saya iaitu Indiana Jones and the Last Crusade, sebuah filem aksi-kembara Amerika tahun 1989 . Dalam filem ini memang nampaklah as-Siq dan al-Khazneh ini. Oleh kerana itulah suami saya sangat teruja bila berjaya sampai ke sini😄


Kawasan yang berdekatan dengan al-Khazneh
Boleh beli cenderamata di sini atau di pintu masuk
Sebenarnya kota Petra ini sangat luas. Ada banyak lagi struktur dan kawasan yang boleh dilawati tetapi kami hanya sanggup sampai depan al-Khazneh ini sahaja. Itu pun sewaktu jalan balik, saya sudah tidak sanggup berjalan .... terpaksa naik kereta kuda.
Sebelum masuk elok baca maklumat ini ... 
tetapi kami selepas keluar baru terjumpa
Ada maklumat mengenai penggunaan  kereta kuda ini. Namun begitu, maklumat yang diberi berkaitan dengan harga kereta kuda tidak berlaku seperti yang tercatat. Jadikanlah ia sebagai panduan sahaja.

Sejarah Petra

Kota ini dibangun oleh Raja Aretas IV pada abad ke-6 S.M. dan dihuni oleh suku Nabatea, iaitu suku pedalaman yang memiliki kemahiran yang luar biasa dan kekayaan yang melimpah. Mereka  menggunakan bahasa Aramaic untuk berkomunikasi.

Pada abad ke 6-4 sebelum Masehi  kaum kuno Arab Nabatea, adalah puak semi-nomad yang menduduki bahagian barat-utara semenanjung Arab. Mereka memasuki kawasan Petra di lembah Jordan ini secara beransur-ansur sebelum menguasainya dari kaum Edomite, yang berkuasa ketika itu. Kaum Edomite adalah dari keturunan Esau (Aysu‎, عيس), anak sulong Nabi Ishak AS, iaitu saudara kembar Nabi Yakub. Esau juga digelar Edom yang bermaksud merah. Jalur kaum Edomite ini juga merupakan keturunan Nabi Ayyub AS dan Nabi Zulkifli AS. Dalam Injil dikatakan kaum Edomite ini bermusuh dengan Bani Israel walaupun mereka dari keturunan yang sama. Permusuhan ini berasal dari pergaduhan keluarga, antara Nabi Yakub (juga digelar Israel) dengan abangnya Esau.

 Petra menjadi pusat pemerintahan mereka kerana selain sebagai sebuah kota yang kukuh juga sebagai kawasan yang mendapat bekalan air yang baik dari Wadi Musa, yang berada tidak jauh dari sini. Kawasan yang subur dan tanah pamah yang penting untuk ternakan. Petra juga terletak berhampiran dengan laluan khafilah-khafilah dagang, seperti Laluan Sutera yang terkenal pada masa itu.

Di puncak kegemilangnnya, mereka telah membuka dan mengawal laluan perniagaan di antara China, India, Timor Jauh, Mesir, barat Syria, Greece dan Rom. Mereka juga menambah penguasaan di selatan sehingga ke kawasan yang kini dikenali sebagai Mada'in Saleh atau al-Hijr di Arab Saudi. Dianggarkan jumlah pendudukya di waktu itu seramai 20,000 - 30,000 orang.

Wilayah bangsa Nabatea mencakup Al-Hijr sebagai kota terbesar kedua setelah Petra. Al-Hijr diiktiraf sebagai Tapak Warisan Dunia UNESCO sejak 2008, dan disebut Al-Hijr merupakan peninggalan peradaban Nabatea dari abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M.
Kaum Nabatea menetap di utara Jordan,
 gurun Naqab di Palestin dan utara Arab Saudi
Sealin dari berkemahiran dalam membuat bengunan dengan cara memahat batu-batan, suku Nabatea juga dianugerahi kemahiran dalam membuat sistem pengairan yang mengagumkan, dengan teknologi hidrolik untuk mengangkat air dan menyalurkan air bersih ke penduduk kota. Mereka membina terusan, empangan dan takungan air. Mereka juga pakar dalam membina tangki air bawah tanah sebagai persediaan menghadapi kekeringan air. Dengan cara ini mereka tidak akan keputusan air demi kelangsungan kota ini dan pembangunan sektor pertaniannya.

Namun, di sebalik kemahiran dan kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka, kaum Nabatean merasa sombong untuk mengakui kewujudan Allah SWT dan memilih untuk menyembah berhala lainnya, seperti Manat dan Hubal. Akhirnya pada tahun 106 M, Rom menguasai Petra sehingga jalur perdagangan suku Nabatean menjadi lemah. Pada tahun 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utama yang menjadi nadi kehidupan manusia ketika itu hancur-lebur, sehingga Petra pernah hilang dari sejarah selama beratus-ratus tahun, sehingga dijumpai semula oleh dunia luar pada 1812.

 Pengajaran

Sejarah kaum Nabatean ini menunjukkan pada kita bahawa tingginya teknologi dan melimpahnya kekayaan suatu kaum tidak menjamin keberlangsungan hidup kaum itu sendiri.

Kaum Tsamud merupakan pendahulu bangsa Nabatea dalam konteks kemampuan memahat dinding batu. Dengan makna lain, Kaum Tsamud jauh lebih tua dibandingkan bangsa Nabatea.

'Mada'in Saleh'' atau  kota Nabi Saleh,  pernah dihuni oleh kaum Tsamud, iaitu kaum Nabi Saleh. Kaum ini dipercayai hidup pada tahun 715 SM. Namun patut diperhatikan, zaman Nabi Saleh lebih tua dibandingkan Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lain seperti Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Nabi Ibrahim hidup pada peradaban Mesopotamia, ketika pemerintahan Raja Namud, sekitar tahun 2275 SM- 1943 SM. Sementara, peradaban Nabatea pada abad ke-1 M sekitar masa hidup Nabi Isa AS.

Kemungkinan besar bahagian luar dinding batu telah dipahat berkali-kali dengan bersilih-gantinya peradaban, sehingga pahatan yang kelihatan terkini merupakan yang termuda usianya.
Dalam al-Quran (al-Hijr 15:80-84) diceritakan tentang kehancuran kaum Tsamud disebabkan kesombongan mereka.

"Kerana mereka bagitu bangga dengan tamadun dan harta mereka dengan rumah serta bangunan yang mereka dirikan dari tebukan gunung batu batan yang mereka nyatakan begitu kukuh dan berasa selamat daripada apa juga bencana. Mereka memalingkan muka mereka dari suruhan Nabi yang diutuskan. Kerana sikap sombong mereka, Allah SWT mengegarkan negeri mereka dengan gegaran yang amat dahsyat, tiada apa yang dapat menolong mereka, bangunan kukuh tidak ada ertinya, maka Allah SWT datangkan bencana itu dipagi hari sehingga lenyaplah kaum tersebut"

Allah SWT juga pernah mengingatkan kaum Nabi Shaleh, Tsamud melalui firman-Nya yang bermaksud:

“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerosakan.” 
(Q.S. Al-A’raaf 7:74)

Semoga kita dapat merenungi setiap kejadian di muka bumi sebagai suatu pelajaran berharga yang dapat membantu kita menjadi manusia yang selalu bersyukur, tawaduk, dan ingat kepada  keagungan Allah SWT.

*********************************************************************************

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - Contra Dengan Penemuan penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab

Sumber :http://linidakwah.blogspot.com

Related Posts:

Gua Ashabul Kahfi  
Matahari lewat terbenam kerana Yusyak
Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud