Thursday, 10 October 2019

Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud

Al-Khazneh Petra
Petra di Jordan dan Mada'in Saleh di Arab Saudi dianggap sebagai kota kembar kerana persamaan saki-baki binaan yang terdapat di kedua-dua tempat ini. Petra merupakan ibu kota kerajaan Nabatea manakala Mada'in Saleh ialah kota kedua mereka.

Mada'in Saleh menduduki kedudukan strategik pada laluan perdagangan kuno yang menghubungkan Arab selatan, Mesopotamia, Levant, dan Mesir. Laluan di Al Hijr ini berasal dari selatan Semenanjung Arab berpecah menjadi dua cabang, satu menuju ke utara melalui Tabuk dan berakhir di Petra Jordan, sementara cabang kedua menuju Mesopotamia melalui Tayma di utara Arab. Lokasi strategik yang penting ini telah menjadikan Mada'in Saleh sebagai pusat perdagangan Nabataea yang utama di selatan dan juga destinasi ekonomi yang penting untuk kabilah perdagangan.
Jalan perdagangan utama Empayar Nabatea
Sumber: http://nabataea.net
Banyak telah diperkatakan tentang siapakah yang sebenarnya yang membina kota purba ini ... kaum Nabatea atau Thamud?Ahli arkeologi mengatakan kota-kota ini dibangun dan dihuni oleh kaum Nabatean di sekitar abad ke 6-4 SM dan pada abad ke 8 M peradaban ini mula hilang dengan kehancuran dan kemusnahan kota mereka.

Penempatan yang meluas di tapak ini terjadi pada abad pertama Masihi, ketika mana ia berada di bawah pemerintahan raja Nabatea al-Harith IV (9 SM - 40 M), yang menjadikan Mada'in Saleh ibu kota kedua kerajaan, setelah Petra di utara. Kerajaan Nabatea yang berpusat di Petra Jordan berkembang ke selatan dan menguasai Mada'in Saleh, yang mencapai puncak peradabannya di masa ini. Mereka sangat berkemahiran dalam memahat dan mengukir batu, menggerudi perigi atas batu, menggali tangki air hujan dan mengukir tempat ibadah di atas batu.

Kaum Thamud benar-benar wujud?

Bagaimana pula pendapat ahli arkeologi terhadap kaum Nabi Saleh iaitu kaum Thamud, sebagaimana yang disebut dalam Quran? Adakah mereka benar-benar wujud?

Sumber-sumber sejarah mengungkapkan, sekelompok orang yang disebut dengan Thamud benar-benar pernah ada. Masyarakat al-Hijr (batu) sebagaimana disebutkan dalam al-Quran dikatakan sama dengan kaum Thamud. Nama lain dari Thamud adalah Ashab al-Hijr. Dalam Ensiklopedia Islam, kata Thamud adalah nama dari suatu kaum, sedangkan kata al-Hijr adalah salah satu di antara beberapa kota yang dibangun oleh orang-orang tersebut.

Sumber rujukan tertua yang ada kaitan dengan Thamud terdapat pada sebuah inskripsi Raja Assyria, Sargon II (715 SM) yang berbangga dengan kemenangannya ke atas kaum Thamud dalam salah satu pertempurannya.
Petikan dari ... e-BOOK
Rujukan bertulis yang lain boleh didapati daripada berbagai penulis di berbagai zaman yang ada menyebut nama kaum ini.

Returning to textual references, Diodorus, a Greek historian writing in the first century BC, mentions a group called Thamoudēnoi in North-Western Arabia. A little later, Pliny, the Elder (d. 79 AD), a Roman historian, while writing his “Natural History”, mentions the Thamudaei – a people dominant in Hegra, adjoining the Nabataeans. Later still, we find them mentioned by Ptolemy (d. 168AD), in his Geography.

More than a century after Jesus, in the reign of the Roman emperor Marcus Aurelius (d. 180 AD), we find that a part of the Thamud tribe was enrolled in the Roman army. A temple they constructed at Rawwafa, 200 miles north of Medina, mentions the following in a Greek-Nabataean bilingual inscription:

“For the wellbeing of the rulers of the whole world . . . Marcus Aurelius Anthoninus and Lucius Aurelius Verus, who are the conquerors of the Armenians. This is the temple that was built by the tribal unit of Thamud, the leaders of their unit, so that it might be established by their hands and be their place of veneration for ever”

Further confirmation of their service under the Romans, comes via a late 4th (or early 5th century) military document Notitia Dignitatum, which clealy mentions two cavalry units of Thamud, one serving in Egypt and the other in Palestine.



Bila kaum Thamud hidup?
Menurut kebanyakan ahli arkeologi dan sejarah, kaum Thamud ini dianggarkan hidup pada abad ke-8 sebelum masehi, iaitu sekitar tahun 800 SM. Namun mengikut apa yang disebut dalam al-Quran, kaum ini hidup jauh lebih awal daripada yang telah disebut oleh pengkaji sejarah. Firman Allah SWT,
"Dan kenanglah ketika Allah menjadikan kamu khalifah-khalifah sesudah kaum Aad, dan di tempatkannya kamu di bumi, (dengan diberi kemudahan) untuk kamu mendirikan istana-istana di tanahnya yang rata, dan kamu memahat gunung-ganangnya untuk dijadikan rumah. Maka kenangkanlah nikmat-nikmat Allah itu dan janganlah kamu bermaharajalela melakukan kerosakan di muka bumi". (Al-A'raaf 7:74)

Mengambil petikan ayat ke 74 dari surah Al-A’raf, keturunan kaum Thamud hadir setelah kaum ‘Ad. Kewujudan mereka telah dapat dipastikan tetapi informasi berkenaan bagaimana mereka berada di kawasan tersebut tidak dapat dipastikan.

Nabi Saleh AS memerintahkan umatnya untuk mengambil peringatan dan pelajaran dari kejadian yang pernah menimpa umat Nabi Hud (kaum ‘Ad). Sementara kaum ‘Ad ditunjukkan contoh dari kaum Nabi Nuh yang pernah hidup sebelum mereka. Kaum ‘Ad mempunyai kaitan penting dengan kaum Nabi Nuh AS. Ketiga-tiga kaum ini mempunyai hubungan sejarah yang saling berkaitan.
Menurut al-Quran, kaum yang pertama dihancurkan adalah kaum Nuh, seterusnya kaum Nabi Hud (‘Ad) dan kaum Nabi Saleh (Thamud)

Tarikh sebenar keberadaan kaum Thamud memang tidak dapat dipastikan dengan tepat. Namun mengikut pendapat setengah ahli agama yang berpandukan al-Quran, kaum Thamud zaman Nabi Saleh hidup dalam satu jangka masa di antara zaman Nabi Nuh-Hud dan zaman Nabi Ibrahim-Musa. Mengikut sejarah kisah-kisah Nabi, Nabi Saleh AS diutuskan kepada kaum Thamud sebelum Nabi Musa AS, kerana salah seorang dari mereka yang beriman telah memberi peringatan kepada Firaun akan apa yang telah terjadi kepada kaum yang telah dimusnahkan. Firman Allah SWT,

Dan berkatalah pula orang yang beriman itu: "Wahai kaumku! Sesungguhnya aku bimbang kamu akan ditimpa (kebinasaan) sebagaimana yang telah menimpa kaum-kaum yang bergabung (menentang Rasul-rasulnya) (Ghaafir 40:30)
"(Iaitu) seperti keadaan kaum Nabi Nuh, dan Aad (kaum Nabi Hud), dan Thamud (kaum Nabi Soleh), serta orang-orang yang datang kemudian daripada mereka (seperti kaum Nabi Lut). Dan (ingatlah) Allah tidak menghendaki berbuat kezaliman kepada hamba-hambaNya. (Ghaafir 40:31)

Kaum Bani Israel juga telah diperingatkan oleh Nabi Musa AS akan kehancuran kaum-kaum yang ingkar sebelum mereka. Firman Allah SWT,
Dan Nabi Musa berkata: "Kalau kamu dan sesiapa jua yang ada di muka bumi seluruhnya berlaku kufur ingkar, maka (hal yang demikian tidak merugikan Allah), kerana sesungguhnya Allah adalah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji. (Ibrahim 14:8)
(Mengapa kamu masih berdegil) bukankah telah datang kepada kamu khabar berita orang-orang yang terdahulu daripada kamu, iaitu kaum Nabi Nuh, dan Aad juga Thamud serta orang-orang yang kemudian daripada mereka ? Tiada sesiapapun yang mengetahui bilangan mereka melainkan Allah. Mereka telah didatangi oleh rasul-rasul mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, lalu mereka meletakkan tangan mereka ke mulut mereka sambil berkata: "Sesungguhnya kami kufur ingkarkan apa yang - mengikut dakwaan kamu - kamu diutus membawanya, dan sesungguhnya kami adalah dalam keadaan yang meragukan terhadap iman dan tauhid yang kamu ajak kami kepadanya". (Ibrahim 14:9)

Di bawah ini adalah senarai para Rasul dan Nabi yang disusun mengikut turutan tahun mereka diutuskan, dan ini juga hanyalah pendapat setengah ulamak.

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - kontra dengan penemuan-penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab
(Sumber :http://linidakwah.blogspot.com)

Pengkaji sejarah telah menganggarkan Nabi Musa AS hidup sekitar abad ke 16 SM. Jika tepat kiraannya, ini bermakna Nabi Saleh AS telah pun hidup bergenerasi atau berkurun-kurun lamanya sebelum Musa. Sesungguhnya al-Quran juga ada menyebut kehadiran banyak generasi selepas kaum Thamud yang pertama tanpa menyebut garis masa yang tertentu. Firman Allah SWT,
Dan (demikian juga) kaum Nabi Nuh, ketika mereka mendustakan Rasul-rasul Kami, Kami tenggelamkan mereka, dan Kami jadikan mereka satu tanda (yang menjadi contoh) bagi umat manusia; dan Kami sediakan bagi sesiapa yang zalim; azab seksa yang tidak terperi sakitnya. 
(Al-Furqaan 25:37)

Dan (demikian juga Kami telah binasakan) Aad dan Thamud serta Ashaabur-Rassyi dan banyak lagi dalam zaman-zaman di antara masa yang tersebut itu. (Al-Furqaan 25:38) |
(Dokumentasi Guntara Nugraha Adiana Poetra)
sumber: 
https://www.dakwatuna.com
Di mana-kah kaum Thamud tinggal ?

Bila dan di mana Kaum Thamud tinggal secara tepat agak mustahil untuk ditetapkan. Oleh kerana itu tinggalan-tinggalan daripada kaum ini juga hampir mustahil dikenal pasti bagi sebuah peradaban kuno yang telah hidup beribu-ribu tahun dahulu.

Walau bagaimanapun, masih terdapat beberapa buah tapak arkeologi yang menarik di tanah Arab di mana saki-baki binaan daripada tamadun yang telah hilang terpelihara dengan baik, seperti tapak arkeologi al-Hijr (Mada'in Saleh). Namun ada di antara kita (orang Islam) telah tersilap dengan menyamakan tapak seperti ini dengan kaum Thamud (pertama) yang disebut dalam al-Quran. Walhal ahli arkeologi percaya bahawa sebenarnya kaum lain yang dikenali sebagai Nabatea yang telah membina sebahagian dari tapak-tapak ini.

Mengapakah timbulnya kekeliruan ini? Ada beberapa kemungkinan mengapa perkara ini berlaku. Salah satunya berhubung penggunaan nama Thamud. Mengikut catatan Abdullah ibn Umar (anak khalifah Umar al-Khatab) dan Ibn Kathir, ada pihak yang menamakan wilayah Al-Hijr sebagai Thamud, manakala daerah Mada'in Saleh sebagai Ardh Thamud (Tanah Thamud) dan Bait Thamud (Rumah Thamud). Maknanya di sini, nama Thamud bukanlah dituju kepada kaum-kaum yang pernah tinggal di Mada'in Saleh seperti kaum Lihyanite dan Nabatea, tetapi dituju pada daerah itu sendiri.

Selepas kaum Thamud yang asal dimusnahkan, kemungkinan nama ini digunakan oleh kaum-kaum yang baharu yang menetap di daerah Mada'in Saleh. Mengikut sumber-sumber klasik Arab, telah dipersetujui bahawa satu-satunya kaum asal Thamud yang masih tinggal ialah kaum Bani Thaqif yang menetap di bandar Taif di selatan Mekah. Bani Thaqif sudah berada di Taif sejak abad ke 6 M sehingga kini. Nabi Muhammad dilahirkan pada 570 M, dan ketika beliau ke Taif pada 619 M untuk berdakwah, baginda telah mendapat tentangan yang begitu hebat sekali dari penduduk Taif. Mengikut ahli sejarah lembah Taif sudah didiami sejak 5,000 tahun yang lalu.
Kekeliruan ini makin bertambah apabila nama Thamud hari ini digunakan oleh setengah pihak, untuk merujuk secara meluas pada berbagai kaum di sepanjang sejarah, bukan hanya pada kaum yang disebut dalam ai-Quran. Contohnya, terma 'Thamudic' adalah satu nama yang direka oleh ahli akademik di kurun ke-19 untuk tujuan mengklasifikasikan bahan-bahan kajian mereka yang berbentuk inskripsi atau batu bertulis.

Petikan dari Wikipedia

Thamudic is a name invented by nineteenth-century scholars for large numbers of inscriptions in Ancient North Arabian (ANA) alphabets which have not yet been properly studied. It does not imply that they were carved by members of the ancient tribe of Thamud. These texts are found over a huge area from southern Syria to Yemen. In 1937, Fred V. Winnett divided those known at the time into five rough categories A, B, C, D, E. In 1951, some 9000 more inscriptions were recorded in south-west Saudi Arabia which have been given the name Southern Thamudic.

Kajian ahli arkeologi yang terkini mengatakan sejumlah besar batu bertulis dan gambar-gambar kaum Thamud tidak hanya ditemui di Jabal Athlab, tetapi juga di seluruh Arabia tengah (Brittanica Micropedia, Vol. 11, hlm 672). Mereka telah menemui satu tapak arkeologi yang penting di kota Al-‘Ula. Kota ini telah dihuni hingga tahun 1970. Mereka berpendapat pada sekitar 200 SM, kaum Nabatea telah menggantikan kaum Thamud menguasai kota Dedan (Al-Ula) sampai Al-Hijr (Madain Saleh)

Di manakah tempat tinggal kaum Thamud dari al-Quran sebenarnya? Dalam al-Quran Thamud disebut sebanyak 26 kali samada dalam bentuk kata yang berdiri sendiri ataupun untuk menunjukkan kaum. Dalam hadis juga ada disebut dengan pasti akan tempat kejadian kehancuran kaum Thamud. Berdasarkan hasil kajian arkeologi dan sejarah terkini mengenai kehidupan dan peninggalan bangsa Thamud ini, para ahli arkeologi berjaya menemui dan menetapkan keberadaan kaum Thamud, di antara Yaman selatan dan utara Madinah, yang disebut dengan nama Madain Saleh.
Dipercayai kaum Thamud berasal dari kaum Ad dari Arabia selatan ...
proses penghijrahan berlaku selama berkurun-kurun sehingga
akhirnya mereka menetap di utara Semenanjung Arab
Al-Quran menyebutkan, kaum Thamud membuat rumah atau bangunan sesuai dengan gaya hidup mereka . Kaum Thamud dan peninggalannya, seperti disebutkan dalam al-Quran, merupakan fakta sejarah yang dibenarkan oleh banyak penemuan arkeologi terkini.

Thamud dalam hadis,

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: (Pada tahun ke-9 hijrah ketika dalam perjalanan ke Tabuk untuk mempertahankan Madinah daripada kemungkinan serangan tentera Rom) kami melalui kawasan al-Hijr (negeri kaum Thamud yang dimusnahkan Allah) bersama Rasulullah SAW. Baginda lantas bersabda: “Jangan kalian masuk ke negeri kaum yang menzalimi diri mereka sendiri (yang akhirnya dimusnahkan Allah) melainkan dalam keadaan menangis bimbangkan azab yang pernah menimpa mereka akan turut menimpa kalian.” Kemudian baginda mempercepat langkahnya sehingga meninggalkan tempat itu,  (Sahih Bukhari dan Muslim)

Abdullah bin Umar r.a. menceritakan: bahawasanya orang ramai turun bersama Rasulullah shallahu’alaihiwasallam ke Hijr, bumi kaum Tsamud. Lalu, mereka pun mengambil air daripada telaga dan membuat adunan roti daripadanya. Rasulullah shallahu’alaihiwasallam pun mengarahkan supaya dicurahkan apa yang mereka ambil daripada telaga itu dan memberikan adunan-adunan itu kepada unta dan mengarahkan mereka supaya mengambil air daripada telaga-telaga yang diingini unta. [Al-Bukhari (3379); Muslim (7657]

Tempat yang dimaksudkan adalah Wadi al-Qura (Valley of Villages), terletak antara Madinah dan Tabuk. Al Hijr kini dikenali sebagai Mada'in Saleh, atau Kota Saleh. Tempat ini juga ada disebut dalam Taurat (the old testament) dan juga dalam kitab Injil (dikenali dengan nama Dedan). Kaum Thamud telah dibinasakan oleh Allah kerana kekufuran mereka dan juga kedegilan mereka membunuh unta Nabi Saleh yang Allah jadikan sebagai bukti akan kenabiannya.

Maka mereka pun menyembelih unta itu, dan mereka menderhaka terhadap perintah Tuhan mereka, sambil berkata: "Hai Soleh! Datangkanlah azab yang engkau telah janjikan kepada kami, jika betul engkau dari Rasul-rasul yang diutus (oleh Allah)". (Al-A'raaf 7:77)
Oleh itu, mereka pun dibinasakan oleh gempa bumi, lalu menjadilah mereka mayat-mayat yang tersungkur di tempat tinggal masing-masing. (Al-A'raaf 7:78)

Namun lembah ini sekarang dikenali sebagai Wadi Al-Ula. Sebelumnya ia dikenali sebagai Wadi Dedan atau Wadi al-Qura. Dengan berpandukan pada kisah Nabi Saleh yang banyak diceritakan dalam al-Quran serta hadis dan penemuan-penemuan arkeologi, ahli-ahli sejarah telah memutuskan Mada'in Saleh atau al-Hijr sebagai tempat kaum Nabi Saleh iaitu Thamud yang telah dimusnahkan oleh Allah.
sumber: https://www.jstor.org
Kaum Thamud atau Nabatea yang membina Mada'in Saleh?
Persoalan ini telah menyebabkan orang Keristian dan juga segelintir orang Islam 'liberal' yang mempersoalkan kedudukan al-Quran sebagai kitab Allah. Mereka mengatakan al-Quran hanyalah kitab yang diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri kerana terdapat banyak fakta-fakta yang tidak betul di dalamnya ketika menceritakan kisah Nabi Saleh AS. Mereka juga mempertikaikan kebenaran hadis yang menyebut kisah kaum Thamud ini. Antara alasan mereka ialah:

1. Binaan-binaan yang berada di Mada'in Saleh bukan dibina oleh kaum Thamud tetapi oleh kaum Nabatea. Ianya telah dibina antara abad pertama SM dan abad pertama M.

2. Binaan yang ada juga bukanlah rumah tetapi adalah kuburan.

Walaupun kebanyakan binaan yang terdapat di tapak arkeologi al-Hijr bertarikh dari abad 1SM dan abad 1M, tetapi penemuan terkini menunjukkan telah ada kehidupan manusia di sini seawal abad ke-3 atau ke-2 SM. Penemuan sejarah juga telah menunjukkan bahawa kaum Thamud telah tinggal di kawasan al-Hijr sejak abad ke-8 lagi. Kawasan ini adalah tempat yang popular untuk penempatan kerana iklim dan keadaan semulajadi yang mudah disesuaikan untuk kehidupan, dengan ketersediaan air tawar di kawasan tersebut.
Seperti yang telah disebut sebelum ini kaum Thamud adalah dari rumpun yang sama dengan kaum Ad (QS 7:74). Adalah dipercayai asal-usul mereka dari Arabia selatan, iaitu tempat kaum Ad pernah hidup. Kedua-dua mereka adalah terdiri dari bangsa Semite.

1. Nabi Hud bin Abdullah bin Rabah bin Al-Khulud dari keturunan Sam bin Nuh.

2. Nabi Shaleh bin Ubaid bin ‘Ashif dari keturunan Sam bin Nuh.

Ketika kaum Ad dimusnahkan kerana enggan menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Hud AS, ada sebahagian kecil di antara mereka yang menerima dakwah Nabi Hud telah diselamatkan oleh Allah dari bala bencana tersebut. Di antara mereka juga adalah orang yang beriman kepada ketauhidan yang telah diperingatkan oleh Nabi Nuh AS (QS 14:9). Kemungkinan merekalah masyarakat awal yang membentuk ketamadunan keturunan kaum Thamud. Disebabkan kota dan tempat mereka telah hancur, mereka perlu berhijrah keluar untuk mencari tempat baharu.
Dan apabila datang azab Kami, Kami selamatkan Nabi Hud beserta dengan umatnya yang beriman, dengan rahmat dari Kami; dan Kami selamatkan mereka dari azab yang keras. 
(Hud 11:58)

Dipercayai perkara yang sama juga berlaku ketika Kaum Thamud dihancurkan oleh Allah SWT. Sehari sebelum hari turunnya azab yang telah ditentukan untuk mereka, dengan izin Allah berangkatlah Nabi Saleh bersama para pengikutnya yang beriman menuju Ramallah (sebahagian pendapat sahaja), sebuah tempat di Palestin, meninggalkan Hijr dan penghuninya. Mereka yang kufur habis binasa ditimpa halilintar yang dahsyat beriringan dengan gempa bumi yang mengerikan.


Maka Nabi Soleh pun meninggalkan mereka sambil berkata: "Wahai kaumku! Aku telah menyampaikan kepada kamu perutusan Tuhanku, dan aku telah memberi nasihat kepada kamu, tetapi kamu tidak suka kepada orang-orang yang memberi nasihat". (Al-A'raaf 7:79) 
Ke mana Nabi Saleh AS dan pengikutnya berhijrah tidaklah dapat dipastikan dengan tepat, tetapi kemahiran memahat batu yang dimiliki oleh mereka terus kekal selama beribu tahun di kalangan pengganti mereka di kawasan tersebut. Madain Saleh telah diduduki oleh banyak tamadun yang bersilih-ganti dan masing-masing meninggalkan kesan senibina yang tersendiri. Kajian arkeologi mendapati sebelum kaum Nabatea berada di kawasan ini, ia telah terlebih dahulu diduduki oleh kaum Lihyanite dan Dedanite.
Hadis: Riwayat Ibn Umar ( lihat hadis di atas ..... )
Sebab hadis Ibnu Umar di atas diucapkan terkait tempat yang bernama Hijr. Ketika menjelaskan hadis ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,

Hadis ini mencakupi tempat tinggal Thamud dan kaum selain mereka, yang keadaannya seperti Thamud. Meskipun sebab adanya hadis itu adalah pemukiman Thamud. (Fathul Bari, 6/380).

Al-Ḥijr kini adalah sebuah dataran yang luas, yang diserikan dengan bukit-bukit yang dilihat dari luar seperti rumah atau makam yang telah diukir. Keadaannya kelihatan sama seperti tempat tinggal kaum Thamud yang digambarkan dalam al_Quran, sehingga mendorong sebahagian penulis mendakwa yang ia adalah rumah-rumah kaum Thamud.

Nabi SAW bersama sahabat-sahabat baginda pernah melawat tanah kaum Thamud dan merenung saki-baki runtuhan milik ramai penyembah berhala serta memikirkan kemusnahannya, tetapi mereka tidak mengatakan bahawa ada terdapat artifak tertentu di situ kepunyaan kaum Thamud pertama dari al-Quran. Runtuhan itu telah dikenal pasti oleh Nabi SAW sebagai kepunyaan "orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri" tanpa mengkhususkannya kepada kaum Thamud pertama. Kemungkinan besar kebanyakan runtuhan yang terdapat di sana adalah kepunyaan "banyak generasi" selepas mereka. Bertepatan sekali dengan Firman Allah SWT,

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain? (Al-An'aam 6:6)

Petikan dari https://en.wikipedia.org

Historian and scholar, Ibn Khaldun also mentions the Thamud several times in his universal history Kitābu l-ʻibar (Arabic: كتاب العبر‎) (the Book of Lessons) written in the late 14th century, but only in passing, seldom giving much information.

This can be illustrated by what happened among the nations. When the royal authority of ʿĀd was wiped out, their brethren, the Thamud, took over. They were succeeded, in turn, by their brethren, the Amalekites. The Amalekites were succeeded by their brethren, the Himyar. The Himyar were succeeded by their brethren, the Tubba's, who belonged to the Himyar. They, likewise, were succeeded, by the Adhwa'. Then, the Mudar came to power.

— Muqaddimah ("Introduction"), Chapter II

The Yemen, al-Bahrayn, ‘Oman, and the Jazirah have long been in Arab possession, but for thousands of years, the rule of these areas has belonged to different (Arab) nations in succession. They also founded cities and towns (there) and promoted the development of sedentary culture and luxury to the highest degree. Among such nations were the ‘Ad and the Thamud, the Amalekites and the Himyar after them, the Tubba‘s, and the other South Arabian rulers (Adhwa) . There was a long period of royal authority and sedentary culture. The coloring of (sedentary culture) established itself firmly. The crafts became abundant and firmly rooted. They were not wiped out simultaneously with (each ruling) dynasty, as we have stated. They have remained and have always renewed themselves down to this time, and they have become the specialty of that area. Such (special Yemenite) crafts are embroidered fabrics, striped cloth, and finely woven garments and silks.

— Muqaddimah Chapter V
Saluran air ditebuk di dinding bukit
Petra Jordan


Di bawah adalah kronogi berlakunya keruntuhan peradaban kaum Nabatea. Mungkin ia juga adalah salah satu kaum yang dihukum dan dihapuskan oleh Allah SWT kerana kesesatan akidah mereka.
Wallahu'alam .... Allah lebih mengetahui



Petikan dari: 
https://www.nationalgeographic.com

64 B.C. Despite being forced to recognize Rome’s power, Petra reaches its zenith of splendor in this period—until the Roman emperor Trajan formally annexes the city in A.D. 106.
A.D. 363 Now part of the Byzantine Empire, several of Petra’s buildings are used as churches. An earthquake seriously damages many structures, and the city is gradually abandoned.
700-1096 Following the Islamic conquest, Petra becomes little more than a village. During the First Crusade, the Christian king of Jerusalem, Baldwin I, occupies Petra, now part of the barony of Karak.
1217-1276 After Saladin defeats the Crusaders in 1187, Petra returns to Muslim hands. A German, Thetmar, writes of visiting in 1217. Later, the Mamluk sultan Baybars I found Petra deserted.
1812 Swiss scholar Johann Ludwig Burckhardt becomes the first European for centuries to enter Petra. Disguised as a Muslim, he correctly identifies the ruins as the former Nabataean capital.



Related posts:

Wednesday, 18 September 2019

Transit Tour - Jordan

Ini iklan di airport Amman Jordan
Bagi sesetengah perjalanan udara yang jauh, ia memerlukan kita untuk membuat 'transit' sebelum sampai ke destinasi yang dituju. Transit adalah perhentian sementara samada untuk menukar pesawat atau masih pesawat yang sama, tetapi menurunkan sebahagian penumpang dan mengambil penumpang yang baharu, sebelum meneruskan perjalanan ke tempat yang dituju.

Ada kalanya transit ini mengambil masa yang sangat lama sehingga kita sempat keluar dari airport dan berjalan-jalan sebelum menyambung perjalanan. Kebiasaannya transit yang melebihi 6 jam sahaja yang dibenarkan keluar dan diberi visa percuma. Itu pun kena lihat kesesuaian masanya kerana jika masa menunggu itu sebahagian besarnya berada pada sebelah malam, agak sukar kita hendak keluar.

Waktu transit inilah yang digunakan oleh agen pelancongan menawarkan 'Transit Tour' kepada para penumpang yang dalam transit. Sesetengah lapangan terbang menawarkan lawatan (tour) dan lain-lain hiburan seperti pawagam, muzium, persembahan muzik, dan taman tropika di lapangan terbang. Semua ini boleh didapati secara percuma, dan tiada visa diperlukan kerana kita dianggap sebagai penumpang "dalam transit". Pastikan semua dokumen perjalanan ada bersama dengan kjta.

Ada 7 buah lapangan terbang yang memberi lawatan dan aktiviti percuma. Boleh rujuk di sini.

Sebenarnya masa transit ini boleh dijadikan satu pengalaman melancong secara berjimat kerana ia merupakan satu aktiviti sampingan, mengambil peluang keberadaan kita di tempat tersebut. Kalau kita rajin, kita boleh mencari penerbangan yang ada transit yang lama untuk membolehkan kita 'keluar' sebentar untuk tujuan melancong. Kita juga boleh merancang dan mengatur penerbangan agar dapat berhenti beberapa hari dengan penambahan kos yang sedikit atau kadang-kadang tiada lansung.

Ada beberapa kali saya dan suami menggunakan cara ini untuk melancong semasa transit. Kali pertama ialah semasa perjalanan balik dari Morocco dan transit di Dubai, kemudian transit di Jordan sewaktu pergi dan balik dari Cyprus. Alhamdulillah kami berjaya melawat Burj Khalifa di Dubai, Petra dan al Kahfi di Jordan.

1. Petra Jordan - 24 Jun 2018

Lawatan ke sini dibuat ketika transit di Amman selama 17 jam dalam perjalanan ke pulau Cyprus. Penerbangan kami dari Bangkok tiba di QAIA pada jam 5.15 am waktu Jordan. Sebelum memulakan perjalanan ini suami telah membuat temujamji dengan bapa kepada salah seorang pelajar Phdnya yang tinggal di Amman Jordan, Dr Jamaal. Beliau telah menawarkan dirinya untuk membawa kami ke Petra.

Pagi-pagi lagi Dr Jamaal dan seorang  anak remajanya telah menjemput kami di airport dan membawa kami terus ke Petra. Boleh dikatakan lawatan ke Petra ini ditanggung semua oleh Dr Jamaal. Alhamdulillah! .... rezeki dari seorang anak murid yang membalas jasa seorang guru😊. Memang menjadi budaya orang Arab menghormati 'Tok Guru' dengan memberi hadiah sekali sekala. Kami tinggalkan airport lebih kurang pukul 7.00 am.

Tempatnya agak jauh juga, 2 jam lebih perjalanan dengan kereta. Cuaca pula sangat panas kerana sekarang musim panas. Sebelum masuk Dr Jamaal menjamu kami sarapan yang dibekalkan oleh isterinya dari rumah, di kawasan letak kereta, di tengah panas😎. Lebih kurang jam 10.00 am kami beli tiket dan terus masuk.

Cerita seterusnya di SINI
The Siq (canyon/ngarai) .. sepanjang 1.2 km
... laluan masuk utama ke kota Petra
2. Makam Nabi Yusyak bin Nun (يوشع بن نون)

Kami keluar dari Petra lebih kurang pukul 12 pm dan terus bertolak ke Amman di mana Dr Jamaal tinggal. Di sinilah kami solat, makan dan berihat sebelum bertolak ke airport. Dari Petra ke Amman hampir 3 jam perjalanan.

Makan petang yang besar😀
.... sepatutnya makan tengahari
Bersama isteri Dr Jamaal yang
menyediakan semua menu atas meja
Bergambar bersama tuan rumah sebagai kenangan ...
orang Jordan ni dalam rumah pun pakai kasut ...
terasa janggallah pulak kita dibuatnya
Sebelum dihantar ke airport Dr Jamaal membawa kami pergi menziarah makam  Nabi Yusyak (Joshua- bahasa Ibrani) bin Nun terlebih dahulu.  Makam ini terletak  di sebelah barat laut kota as-Salt, sekitar 25 km arah barat dari kota Amman. Ia berada di atas sebuah bukit yang dikenali oleh penduduk Salt sebagai Bukit Yusyak, yang tingginya 1130 meter di atas permukaan laut.

Walaupun nama Yusyak bin Nun tidak disebutkan secara langsung di dalam al-Quran, tetapi al-Quran ada menyebutnya bersama dengan kisah Nabi Musa AS di dalam surah al-Maidah dan al-Kahfi.

Dari surah al-Kahfi,

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada pemuda yang bersamanya: ‘Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun." (QS. 18:60)
Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada pemuda yang bersamanya: "Bawalah kemari makanan kita, sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini." (QS. 18:62) 

  Cerita seterusnya di SINI
Didakwa  sebagai makam Nabi Yusyak bin Nun
... ukuran makamnya sangat panjang!

3. Gua Ashabul Kahfi Jordan - 1 Julai 2018

Ini adalah kali kedua kami melawat Jordan dalam masa seminggu .... hebat kaann....😀? Ia bukanlah suatu yang mustahil kerana lawatan yang kedua ini adalah ketika perjalanan pulang dari Cyprus, di mana kami perlu transit di Amman airport sekali lagi selama 11 jam. Jika lawatan ke Petra ( transit ketika waktu pergi ke Cyprus ) kami dijemput oleh seseorang untuk ke sana, namun kali ini kami meminta tolong daripada salah seorang staf hotel mencarikan teksi untuk membawa kami ke sini. Kami dikenakan tambang sebanyak 60 DOJ untuk perjalanan pergi dan balik.

Ashabul bermakna ahli-ahli dan Kahfi pula bermakna gua, atau Kahf Ahlil Kahf dalam bahasa Arabnya. Kalau dalam bahasa Inggeris ia lebih dikenali sebagai 'Cave of the seven sleepers'. Ada beberapa tempat di pelbagai negara yang didakwa sebagai lokasi gua ini. Antaranya di Turki, Sepanyol, Yaman, Syria dan Jordan. Namun Gua Ashabul Kahfi  yang terletak di Abu Alanda, kira-kira 7 km dari pusat bandar Amman, Jordan, merupakan lokasi sejarah yang lebih menepati ciri-ciri yang disebut dalam Al-Quran. 

Ashabul Kahfi adalah sebuah gua yang berada di atas bukit tinggi berdekatan kawasan kilang.

Kawasan ini suatu ketika dahulu dikenali sebagai Ar-Raqim kerana terdapat kesan tapak arkeologi yang bernama Khirbet Ar-Raqim di kawasan tersebut. Perkataan Ar-Raqim juga disebut di dalam al-Quran dan ianya ditafsirkan sebagai nama anjing dan ada yang menyatakannya sebagai batu bersurat.

Cerita seterusnya di SINI
Pintu Gua Ashabul Kahfi Amman Jordan


Related post:

       



Transit Tour - Dubai

Gua Ashabul Kahfi

Gua Ashabul Kahfi Jordan - 1 Julai 2018

Ini adalah kali kedua kami melawat Jordan dalam masa seminggu .... hebat kaann....😀? Ia bukanlah suatu yang mustahil kerana lawatan yang kedua ini adalah ketika perjalanan pulang dari Cyprus, di mana kami perlu transit di Amman airport sekali lagi selama 11 jam. Jika lawatan ke Petra ( transit ketika waktu pergi ke Cyprus ) kami dijemput oleh seseorang untuk ke sana, namun kali ini kami meminta tolong daripada salah seorang staf hotel mencarikan teksi untuk membawa kami ke sini. Kami dikenakan tambang sebanyak 60 DOJ untuk perjalanan pergi dan balik.

Ashabul bermakna ahli-ahli dan Kahfi pula bermakna gua, atau Kahf Ahlil Kahf dalam bahasa Arabnya. Kalau dalam bahasa Inggeris ia lebih dikenali sebagai 'Cave of the seven sleepers'. Ada beberapa tempat di pelbagai negara yang didakwa sebagai lokasi gua ini. Antaranya di Turki, Sepanyol, Yaman, Syria dan Jordan. Namun Gua Ashabul Kahfi  yang terletak di Abu Alanda, kira-kira 7 km dari pusat bandar Amman, Jordan, merupakan lokasi sejarah yang lebih menepati ciri-ciri yang disebut dalam Al-Quran. 

Ashabul Kahfi adalah sebuah gua yang berada di atas bukit tinggi berdekatan kawasan kilang.
Kawasan ini suatu ketika dahulu dikenali sebagai Ar-Raqim kerana terdapat kesan tapak arkeologi yang bernama Khirbet Ar-Raqim di kawasan tersebut. Perkataan Ar-Raqim juga disebut di dalam al-Quran dan ianya ditafsirkan sebagai nama anjing dan ada yang menyatakannya sebagai batu bersurat.
Di atas bukit yang terdapat Gua Ashabul Kahfi
.... pada petang 1 Julai 2018
Namun begitu pengkaji sejarah masa kini telah menemui maklumat-maklumat baharu yang mengukuhkan dakwaan bahawa gua Ashabul Kahfi ini adalah gua yang disebut dalam al-Quran. Seorang ahli arkeologi yang bernama Rafiq Dajani merumuskan, setelah mengkaji secara mendalam selama beberapa tahun, bahawa gua di Jordan ini sebenarnya adalah Gua Ashabul Kahf.

Pada tahun 1961, mereka telah memulakan penggalian dan kajian di kawasan ini dan menemui beberapa bukti yang telah mengesahkan rumusan yang dibuat. Antara bukti yang dijumpai adalah seperti dalam petikan di bawah.

Petikan dari https://www.ilmgate.org

1. The opening of this cave is in the south, and the following ayah justifies this:

You would see the sun, when it rose, turning away from their Cave towards the right; and when it set, it bypassed them towards the left, and they were (lying) in the hollow thereof. (Qur’an, 18:17)

The location of this cave is such that the sunshine never enters it at any time, but passes from the left and right when the sun sets and rises. And there is a spacious hollow inside the cave where the wind and light easily reach.

2. It has also been mentioned in the Qur’an that the villagers had in mind to construct a mosque on top of this cave. Accordingly, after removing the debris and rocks, a mosque was discovered directly above the cave, which had been constructed from old Roman style stone. Archaeologists have said that the mosque was made from stone and originally a place of worship in a Byzantine form, and was later converted into a mosque during the time of Abd al-Malik ibn Marwan.

The polytheist king due to whose tyranny and oppression the Ashab al-Kahf sought shelter in the cave was, according to the theory of modern day researchers, the Roman emperor Trajan, who remained ruler from 98 AD till 117 AD. It is a well known fact that he used to subject rejectors of idolatry to severe hardships. It has been historically authenticated that in 106 AD, Trajan conquered the region of east Jordan and constructed the stadium of Amman.

According to modern day researchers, the king during whose reign the Ashab al-Kahf stirred was called Theodosius II and he lived in the beginning of the 5th century.

Upon the initial discovery of the cave, many coins were found scattered within, of which several are indeed from Trajan’s era which greatly supports the belief that this is the very cave of the Ashab al-Kahf.
What is “Raqeem”? Various opinions have been stated in its commentary, but the opinion of modern day researchers is that “Raqeem” is the name of the village in which these people originally resided. The cave is situated at a 100 meters distance from this point in a small village called Rajeeb. It is the opinion of Rafiq Dajani that this is an altered form of the name Raqeem, because the Bedouins of this area pronounce the  ق  as  ج  and the  م  as  ب .  Therefore, the ruling body of Jordan later officially titled this village as Raqeem

Firman Allah SWT


 وَتَرَى الشَّمْسَ إِذَا طَلَعَت تَّزَاوَرُ عَن كَهْفِهِمْ ذَاتَ الْيَمِينِ وَإِذَا غَرَبَت تَّقْرِضُهُمْ ذَاتَ الشِّمَالِ وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُۚ ذَٰلِكَ مِنْ آيَاتِ اللَّـهِۗ مَن يَهْدِ اللَّـهُ فَهُوَ الْمُهْتَدِۖ وَمَن يُضْلِلْ فَلَن تَجِدَ لَهُ وَلِيًّا مُّرْشِدًا ﴿١٧

“Dan kamu akan melihat matahari ketika terbit, condong ke kanan dari gua mereka; dan apabila ia terbenam, meninggalkan mereka ke arah kiri, sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu. Yang demikian ialah dari tanda-tanda (yang membuktikan kekuasaan) Allah. Sesiapa yang diberi hidayah petunjuk oleh Allah, maka dia lah yang berjaya mencapai kebahagiaan; dan sesiapa yang disesatkanNya maka engkau tidak sekali-kali akan beroleh sebarang penolong yang dapat menunjukkan (jalan yang benar) kepadanya.” 
 (al-Kahfi: 17)
Pintu Gua Ashabul Kahfi Amman Jordan
Kisah Ashabul Kahfi  merupakan suatu kisah benar mengenai 7 orang pemuda yang hidup pada zaman yang dikelilingi orang kafir. Mereka melarikan diri daripada raja yang zalim lalu ditidurkan Allah SWT di dalam sebuah gua. Di dalam Al-Quran, dari ayat 9 hingga 26 Surah al-Kahfi, diceritakan kisah beberapa orang pemuda beriman yang telah melarikan diri ke sebuah gua dan bagaimana Allah SWT tidurkan mereka selama 309 tahun.

Sepanjang mereka tidur, Allah SWT menjaga mereka dengan matahari tidak merosakkan kulit mereka, badan tidak tertimbus dengan tanah, umur tidak tua dan haiwan berbisa juga tidak mengganggu mereka, Mengikut logik akal, mustahil berlakunya peristiwa ini. Namun bagi orang yang beriman, tiada yang mustahil bagi Allah; jika Allah  mengkehendaki sesuatu berlaku, maka jadilah ia.
Ini lubang luar terowong dalam gua
Terowong dalam gua yang mungkin
 berfungsi sebagai lubang udara dan cahaya
Ini pula lubang terowong yang berada dalam gua
... seperti cerobong kedukukannya
 Mengikut tafsiran al-Quran pintu gua  mengadap ke arah selatan. Kawasan gua ini dibahagi kepada tiga. Satu bahagian daripada gua, yang bermula dari pintu masuk terus ke arah utara, sebahagian lagi berada di sebelah kanan pintu masuk ke arah timur dan bahagian yang ketiga di sebelah kiri pintu masuk ke arah barat.
Bahagian gua sebelah barat - terdapat 3 buah keranda batu
Bahagian gua sebelah timur - terdapat 4 keranda batu
Keranda batu ( sebelah kiri gambar) terdapat lubang kecil yang membolehkan kita melihat ke dalam keranda ... jelas kelihatan tulang manusia (tidak pasti tulang siapa dan dari mana). Keranda batu ini dipanggil 'sarcophagus' (sarcophagi - jamak) dalam bahasa Inggeris, iaitu kotak khas untuk menyimpan mayat. Cara ini adalah amalan biasa bagi masyarakat Rom-Byzantin zaman itu menguruskan mayat mereka.
Kabinet mempamerkan barang-barang tinggalan
 yang dijumpai dalam gua dan sekitarnya
Koleksi barang yang dijumpai dalam gua dan sekitarnya seperti duit syiling  dari pelbagai zaman (Rom, Islam, Usmaniah), barangan tembikar, rantai leher mutiara, sikat tembaga dan beberapa cincin dipamerkan dalam kabinet. Kabinet ini diletakkan di bahagian dinding sebelah utara. Ia membawa maksud bahawa tempat ini telah dijaga oleh pelbagai zaman yang berlalu. Manakala lantai bahagian utara ini pula agak rata dan dipercayai di sinilah yang disebut sebagai 'fajwah' dalam al-Quran (al-Kahfi:17)

وَهُمْ فِي فَجْوَةٍ مِّنْهُۚ .... sedang mereka berada dalam tempat yang luas dalam gua itu

Tapak runtuhan masjid di atas gua

Saki-baki runtuhan dari zaman Rom dan Byzantin di atas gua
Masjid baharu di sebelah kiri gua
Masjid ini berada dalam sebuah kompleks
مسجد كهف اهل الكهف 


Dalam kawasan kompleks masjid
Dalam masjid
Tidaklah diketahui samada gua ini adalah benar-benar gua yang disebut dalam al-Quran atau tidak, hanya Allah yang mengetahui. Namun yang pasti kisah 7 orang pemuda ini adalah satu kisah yang benar-benar berlaku dan bukan satu dongengan, walaupun mengikut logik akal ia suatu yang mustahil. Bilangan mereka juga tidak dapat ditentukan dengan tepat.

Semua fakta yang tiada kepastian itu kurang penting. Apa yang lebih penting adalah pengajaran yang dapat kita ambil dari kisah Ashabul Kahfi tersebut. Antaranya ialah kehebatan iman pemuda-pemuda tersebut yang mampu berhadapan dengan maharaja yang zalim demi mempertahankan keimanan mereka kepada Allah S.W.T. Juga kesanggupan mereka meninggalkan kemewahan, kesenangan dan sanak-saudara semata-mata kerana Allah SWT. Dalam kitab tafsir Imam Ibn Kathir ada menyebut mereka ini daripada kalangan anak-anak pembesar dan dikatakan juga bahawa mereka daripada kalangan anak-anak kepada raja-raja pada waktu itu.

Semoga kita juga diberi kesabaran dan keimanan setinggi ini insya Allah.


Related Posts:

Rose City of Petra Jordan
Matahari lewat terbenam kerana Yusyak

Rose City of Petra Jordan

 Petra Jordan - 24 Jun 2018

Lawatan ke sini dibuat ketika transit di Amman selama 17 jam dalam perjalanan ke pulau Cyprus. Penerbangan kami dari Bangkok tiba di QAIA pada jam 5.15 am waktu Jordan. Sebelum memulakan perjalanan ini suami telah membuat temujanji dengan bapa kepada salah seorang pelajar Phdnya yang tinggal di Amman Jordan, Dr Jamaal. Beliau telah menawarkan dirinya untuk membawa kami ke Petra.

Pagi-pagi lagi Dr Jamaal dan seorang  anak remajanya telah menjemput kami di airport dan membawa kami terus ke Petra. Boleh dikatakan lawatan ke Petra ini ditanggung semua oleh Dr Jamaal. Alhamdulillah! .... rezeki dari seorang anak murid yang membalas jasa seorang guru😊. Memang menjadi budaya orang Arab menghormati 'Tok Guru' dengan memberi hadiah sekali sekala. Kami tinggalkan airport lebih kurang pukul 7.00 am.

Tempatnya agak jauh juga, 2 jam lebih perjalanan dengan kereta. Cuaca pula sangat panas kerana sekarang musim panas. Sebelum masuk Dr Jamaal menjamu kami sarapan yang dibekalkan oleh isterinya dari rumah, di kawasan letak kereta, di tengah panas😎. Lebih kurang jam 10.00 am kami beli tiket dan terus masuk.
Pintu masuk .... tengahari 24 Jun 2018
.... dinasihatkan pakai topi untuk melindungi dari panas
Tempat letak keretanya jauh juga dari pintu masuk
Jom Masuk !
Menceritakan pasal bongkah batu Jin yang banyak terdapat di Petra
Salah satu bongkah atau blok Jin ... di Bab as-Siq
Gambar dari google .... tak terambil pula gambarnya
 (Sumber foto: wikimedia)
Ni pula menceritakan pasal 'The siq' - jalan masuk ke kota purba Petra
The Siq (canyon/ngarai) .. sepanjang 1.2 km
... laluan masuk utama ke kota Petra
Bersama Dr Jamaal di as-Siq
Secara teknikal laluan as-Siq (السيق‎) ini bukanlah sebuah ngarai atau canyon yang sebenarnya
(sebuah ngarai dibentuk oleh air), tetapi adalah sebuah bongkah yang terbelah dan terpisah disebabkan kuasa tektonik. Selepas itu baharulah ia menjadi licin kerana hakisan air. Dinding yang mengapit as-Siq ini berdiri setinggi antara 91-182 meter.

Ini saluran air yang dipotong ke dalam dinding
untuk membekal air ke Petra
Lihat saluran air di tepi saya
Petra (dari pekataan Arab ٱلْبَتْرَاء‎) adalah sebuah kota purba dengan teknologi tinggi, terletak di selatan Jordan. Di kalangan penduduknya ia dikenali sebagai Raqmu. Ia terkenal dengan senibina memotong batu dan sistem saluran airnya. Petra juga digelar Rose City atau Kota Mawar kerana warna batu yang dibentuk menjadi kota ini. Petra adalah sebuah kota nekropolis yang terdapat kuil-kuil dan makam-makam yang ditebuk pada dinding batuan gunung-ganang yang berwarna merah jambu dan batu pasir berwarna oren.

Sejak 1985 ia telah disenaraikan sebagai Tapak Warisan Dunia UNESCO dan menggapnya sebagai satu yang sangat berharga. Petra juga dipilih oleh British Broadcasting Corporation (BBC) sebagai satu daripada "40 tempat yang anda mesti lihat sebelum mati"😀.

Bersama Dr Jamaal
Berbagai bentuk rupa bongkah batu yang terdapat di kota ini

Al- Khazneh (The Treasury)
Al- Khazneh ini satu struktur yang sangat terkenal di Petra yang terletak di penghujung laluan as-Siq. Ia dipercayai adalah tempat makam raja Nabatean yang bernama Aretas ke-4. Pada tahun 2007 ia telah dipilih sebagai salah satu daripada '7 Wonders of the World' yang baharu. Petra ini juga menjadi lokasi pengambaran filem yang digemari oleh pengeluar-pengeluar filem. Salah satunya ialah filem kesukaan suami saya iaitu Indiana Jones and the Last Crusade, sebuah filem aksi-kembara Amerika tahun 1989 . Dalam filem ini memang nampaklah as-Siq dan al-Khazneh ini. Oleh kerana itulah suami saya sangat teruja bila berjaya sampai ke sini😄


Kawasan yang berdekatan dengan al-Khazneh
Boleh beli cenderamata di sini atau di pintu masuk
Sebenarnya kota Petra ini sangat luas. Ada banyak lagi struktur dan kawasan yang boleh dilawati tetapi kami hanya sanggup sampai depan al-Khazneh ini sahaja. Itu pun sewaktu jalan balik, saya sudah tidak sanggup berjalan .... terpaksa naik kereta kuda.
Sebelum masuk elok baca maklumat ini ... 
tetapi kami selepas keluar baru terjumpa
Ada maklumat mengenai penggunaan  kereta kuda ini. Namun begitu, maklumat yang diberi berkaitan dengan harga kereta kuda tidak berlaku seperti yang tercatat. Jadikanlah ia sebagai panduan sahaja.

Sejarah Petra

Kota ini dibangun oleh Raja Aretas IV pada abad ke-6 S.M. dan dihuni oleh suku Nabatea, iaitu suku pedalaman yang memiliki kemahiran yang luar biasa dan kekayaan yang melimpah. Mereka  menggunakan bahasa Aramaic untuk berkomunikasi.

Pada abad ke 6-4 sebelum Masehi  kaum kuno Arab Nabatea, adalah puak semi-nomad yang menduduki bahagian barat-utara semenanjung Arab. Mereka memasuki kawasan Petra di lembah Jordan ini secara beransur-ansur sebelum menguasainya dari kaum Edomite, yang berkuasa ketika itu. Kaum Edomite adalah dari keturunan Esau (Aysu‎, عيس), anak sulong Nabi Ishak AS, iaitu saudara kembar Nabi Yakub. Esau juga digelar Edom yang bermaksud merah. Jalur kaum Edomite ini juga merupakan keturunan Nabi Ayyub AS dan Nabi Zulkifli AS. Dalam Injil dikatakan kaum Edomite ini bermusuh dengan Bani Israel walaupun mereka dari keturunan yang sama. Permusuhan ini berasal dari pergaduhan keluarga, antara Nabi Yakub (juga digelar Israel) dengan abangnya Esau. Ini hanyalah cerita dari kitab Injil yang besar kemungkinan tidak benar!

 Petra menjadi pusat pemerintahan mereka kerana selain sebagai sebuah kota yang kukuh juga sebagai kawasan yang mendapat bekalan air yang baik dari Wadi Musa, yang berada tidak jauh dari sini. Kawasan yang subur dan tanah pamah yang penting untuk ternakan. Petra juga terletak berhampiran dengan laluan khafilah-khafilah dagang, seperti Laluan Sutera yang terkenal pada masa itu.

Di puncak kegemilangnnya, mereka telah membuka dan mengawal laluan perniagaan di antara China, India, Timor Jauh, Mesir, barat Syria, Greece dan Rom. Mereka juga menambah penguasaan di selatan sehingga ke kawasan yang kini dikenali sebagai Mada'in Saleh atau al-Hijr di Arab Saudi. Dianggarkan jumlah pendudukya di waktu itu seramai 20,000 - 30,000 orang.

Wilayah bangsa Nabatea mencakup Al-Hijr sebagai kota terbesar kedua setelah Petra. Al-Hijr diiktiraf sebagai Tapak Warisan Dunia UNESCO sejak 2008, dan disebut Al-Hijr merupakan peninggalan peradaban Nabatea dari abad ke-1 SM sampai abad ke-1 M.
Kaum Nabatea menetap di utara Jordan,
 gurun Naqab di Palestin dan utara Arab Saudi
Selain dari berkemahiran dalam membuat bengunan dengan cara memahat batu-batan, suku Nabatea juga dianugerahi kemahiran dalam membuat sistem pengairan yang mengagumkan, dengan teknologi hidrolik untuk mengangkat air dan menyalurkan air bersih ke penduduk kota. Mereka membina terusan, empangan dan takungan air. Mereka juga pakar dalam membina tangki air bawah tanah sebagai persediaan menghadapi kekeringan air. Dengan cara ini mereka tidak akan keputusan air demi kelangsungan kota ini dan pembangunan sektor pertaniannya.

Namun, di sebalik kemahiran dan kekayaan yang dianugerahkan kepada mereka, kaum Nabatean merasa sombong untuk mengakui kewujudan Allah SWT dan memilih untuk menyembah berhala lainnya, seperti Manat dan Hubal. Akhirnya pada tahun 106 M, Rom menguasai Petra sehingga jalur perdagangan suku Nabatean menjadi lemah. Pada tahun 700 M, sistem hidrolik dan beberapa bangunan utama yang menjadi nadi kehidupan manusia ketika itu hancur-lebur, sehingga Petra pernah hilang dari sejarah selama beratus-ratus tahun, sehingga dijumpai semula oleh dunia luar pada 1812.

 Pengajaran

Sejarah kaum Nabatean ini menunjukkan pada kita bahawa tingginya teknologi dan melimpahnya kekayaan suatu kaum tidak menjamin keberlangsungan hidup kaum itu sendiri.

Kaum Tsamud merupakan pendahulu bangsa Nabatea dalam konteks kemampuan memahat dinding batu. Dengan makna lain, Kaum Tsamud jauh lebih tua dibandingkan bangsa Nabatea.

'Mada'in Saleh'' atau  kota Nabi Saleh,  pernah dihuni oleh kaum Tsamud, iaitu kaum Nabi Saleh. Kaum ini dipercayai hidup pada tahun 715 SM. Namun patut diperhatikan, zaman Nabi Saleh lebih tua dibandingkan Nabi Ibrahim dan nabi-nabi lain seperti Nabi Ismail, Nabi Ishaq, Nabi Yakub, Nabi Musa, dan Nabi Isa. Nabi Ibrahim hidup pada peradaban Mesopotamia, ketika pemerintahan Raja Namud, sekitar tahun 2275 SM- 1943 SM. Sementara, peradaban Nabatea pada abad ke-1 M sekitar masa hidup Nabi Isa AS.

Kemungkinan besar bahagian luar dinding batu telah dipahat berkali-kali dengan bersilih-gantinya peradaban, sehingga pahatan yang kelihatan terkini merupakan yang termuda usianya.
Dalam al-Quran (al-Hijr 15:80-84) diceritakan tentang kehancuran kaum Tsamud disebabkan kesombongan mereka.

"Kerana mereka bagitu bangga dengan tamadun dan harta mereka dengan rumah serta bangunan yang mereka dirikan dari tebukan gunung batu batan yang mereka nyatakan begitu kukuh dan berasa selamat daripada apa juga bencana. Mereka memalingkan muka mereka dari suruhan Nabi yang diutuskan. Kerana sikap sombong mereka, Allah SWT mengegarkan negeri mereka dengan gegaran yang amat dahsyat, tiada apa yang dapat menolong mereka, bangunan kukuh tidak ada ertinya, maka Allah SWT datangkan bencana itu dipagi hari sehingga lenyaplah kaum tersebut"

Allah SWT juga pernah mengingatkan kaum Nabi Shaleh, Tsamud melalui firman-Nya yang bermaksud:

“Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana-istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerosakan.” 
(Q.S. Al-A’raaf 7:74)

Semoga kita dapat merenungi setiap kejadian di muka bumi sebagai suatu pelajaran berharga yang dapat membantu kita menjadi manusia yang selalu bersyukur, tawaduk, dan ingat kepada  keagungan Allah SWT.

*********************************************************************************

Urutan 25 Nabi mengikut tahun

1. Nabi Adam - 5872-4942 B.C - Earth ( Wiki Data ) - Contra Dengan Penemuan penemuan tengkorak pra sejarah berumur ribuan tahun sebelum masehi.
2. Nabi Idris - 4533-4188 B.C - Babil Irak
3. Nabi Nuh - 3993-3043 B.C - Selatan Irak modern
4. Nabi Hud - 2450-2320 B.C - Timur Hadhramaut, Yaman
5. Nabi Shaleh - 2150-2080 B.C - Hijaz dan Syam
6. Nabi Ibrahim - 1997-1822 B.C - Irak
7. Nabi Ismail - 1911-1779 B.C - Qabilah Yaman, Mekkah
8. Nabi Luth - 1950-1870 B.C - Sadum, Syam, Palestina
9. Nabi Ishaq - 1761-1638 B.C - Al-Khalil Palestina
10.Nabi Yakub - 1837-1690 B.C - Bani Israil di Syam
11.Nabi Yusuf - 1745-1635 B.C - Mesir
12.Nabi Syu'aib - 1600 - 1500 B.C - Madyan
13.Nabi Ayub - 1540-1420 B.C - Haran, Syam
14.Nabi Zulkifli - 1500-1425 B.C - Damaskus
15.Nabi Musa - 1527-1408 B.C - Yordania modern
16.Nabi Harun - 1531-1408 B.C - Sina, Mesir
17.Nabi Daud - 1010 - 970 B.C - Israel
18.Nabi Sulaiman - 975-935 B.C - Baitul Maqdis-Palestina
19.Nabi Ilyas - 910-850 B.C - Israel, Syam
20.Nabi Ilyasa - 885-795 B.C - Israel, Syam, Palestina
21.Nabi Yunus - 820-750 B.C - Irak
22.Nabi Zakaria - 100-20 B.C - Palestina
23.Nabi Yahya - 31-1 B.C - Israel, Palestina
24.Nabi Isa - 1-32 B.C - Israel, Palestina
25.Nabi Muhamad SAW - 20 Apr 570/571 - 8 Juni 632 - Arab

Sumber :http://linidakwah.blogspot.com

Related Posts:

Gua Ashabul Kahfi  
Matahari lewat terbenam kerana Yusyak
Petra vs Mada'in Saleh - Nabatean vs Thamud