Showing posts with label quran. Show all posts
Showing posts with label quran. Show all posts

Sunday 20 January 2019

Bulan, Bintang dan Matahari ... antara tanda kekuasaan Allah


Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”. [Ali ‘Imran: 190-191].

Yang dimaksudkan dengan merenungi ayat-ayat Allah, ialah melihatnya, merenungi manfaat-manfaatnya, sehingga menghasilkan sebuah keyakinan yang mendalam bahawa hanya Allah Azza wa Jalla sahaja  satu-satunya dzat yang menciptakan semua itu. Dia-lah satu-satunya ilah yang berhak untuk disembah. Dia-lah satu-satunya ilah yang berhak ditakuti, ditaati, dan hanya Dia yang kita jadikan sebagai petunjuk, sebagai bukti keagungan dan kekuasaan-Nya. Dia tidak menciptakan semua itu dengan sia-sia.

Semasa anak-anak masih kecil dahulu, saya selalu bernyanyi bersama mereka nasyid Nurul Iman, di bawah. Ia adalah asas kepada aqidah orang Islam dalam bentuk kefahaman yang mudah.

Nurul Iman

Nurul Iman berdiri di tingkap
Memandang-mandang melihat-lihat

Ada awan di langit biru
terapung2 di atas bukit
tiada tiang tiada tali
namun jatuh tak sekali
namun jatuh tak sekali

ada burung terbang bebas
angin bersih bertiup lepas
ada pokok hijau menawan
bunga2an bermacam2

sungguh cantik
sungguh indah
sungguh besar kuasa Allah
jadikan itu jadikan ini
untuk makhlukNya yang disayangi

Nurul Iman berfikir-fikir
mesti bersyukur kepada Allah
keluar katanya dari bibir
Subhanallah Subhanallah



Berbalik kepada tajuk di atas, saya sangat suka mengalami dan melihat keindahan alam ketika matahari terbenam di waktu senja bermula dan matahari terbit selepas waktu fajar. Jika saya ke luar negara, saya sengaja mencari tempat dan waktu yang membolehkan kita menyaksikan detik berlakunya peralihan waktu siang dan malam ini. Saya juga suka melihat langit di waktu malam terutama ketika bulan penuh, terasa begitu indah sekali alam ciptaan Allah ini. Subhanallah ....

Saya selalu merakam detik-detik indah bersama alam ini jika terjumpa dan berksempatam. Namun dengan hanya menggunakan kamera dari talipon murah sahaja, gambar-gambar yang diambil tidaklah bermutu. Ianya lebih sebagai rekod penanda sebahagian daripada perjalanan kehidupan saya di alam ciptaan Allah yang luas terbentang, untuk dinikmati oleh kita sebagai manusia ciptaanNya juga.

Sunrise at Tangkak highway - 6 Feb 2019
Sunset at Tanah Lot Bali Indonesia - 29 Okt 2018
Sunrise at Bali Strait, Lovina beach, Bali Indonesia- 1 Nov 2018
Sunset at Ao Nang beach, Krabi Thailand - 20 Mac 2018
Sunset at Kuala Perlis, Perlis Malaysia - 10 Feb 2018
Sunset at Batu Gajah, Perak Malaysia - 17 Nov 2018
Langit di waktu senja di Lebuhraya Utara-Selatan - 21 Okt 2018
Bulan di siang hari di Teluk Intan Perak - 24 Ogos 2018
Bulan penuh di Kempas Johor Malaysia - 2 Mac 2018
Bulan penuh (bulat paling kecil) di
 Nicosia Cyprus Utara - 28 Jun 2018
Gerhana bulan penuh di Pt Raja, Batu Pahat 
Johor Malaysia - 31 Jan 2018
Selain daripada menghayati keindahan bulan dan matahari yang bergerak mengikut kehendak Allah, saya juga suka memerhati fenomena-fenomena alam yang terhasil dari kehadiran dan pergerakan kedua-dua makhluk Allah ini seperti awan dan pelangi.

Awan kumulus di ruang udara Krabi Thailand - 19 Mac 2018
Langit yang cerah berhias awan yang indah
 Awan kumulus yang terapung di langit yang cerah akan kelihatan seperti gula kapas yang manis yang bergumpal-gumpal cantik. Awan akan kelihatan berwarna putih ketika cuaca cerah, dan akan bertukar gelap atau hitam ketika mendung, seperti akan hujan, yang selalu kita sebut pokok hujan. 

Proses terbentuknya awan sendiri diawali dengan turunnya hujan. Kemudian cahaya matahari yang sampai  ke permukaan bumi akan diserap oleh tanah, diserap oleh tumbuhan sebagai bahan pembentuk makanannya, memanaskan sungai, tasik, laut, parit dan lain-lain, sehingga menyebabkan air mengewap. Wap air naik ke udara dan mengewap menjadi titik-titik air, seterusnya menjadi awan.

Namun jika titik-titik air tersebut bertemu udara panas, titik-titik itu akan mengewap dan lenyaplah awan itu. Inilah yang menyebabkan awan itu selalu berubah-ubah bentuknya. Air yang terkandung di dalam awan silih berganti mengewap dan mencair. Inilah juga yang menyebabkan kadang-kadang ada awan yang tidak membawa hujan.
Pelangi di Batu Pahat Johor Malaysia - 17 Feb 2019
Pelangi merupakan fenomena optik dan meteorologi yang menghasilkan spektrum cahaya (hampir) selanjar di langit apabila matahari bersinar semasa hujan turun. Ia merupakan satu lengkung yang berwarna-warni dengan warna merah di lengkung paling luar dan ungu di lengkung paling dalam. Mengikut urutan, warnanya ialah merah, jingga, kuning, hijau, biru, indigo dan ungu.

Pelangi dihasilkan apabila cahaya terbias melalui titik air di udara. Sebab itulah pelangi selalu dapat dilihat selepas hujan. Ia berbentuk melengkung (bulat) kerana titisan air di udara berbentuk bulat atau sfera. Namun biasanya bahagian bawah pelangi itu "terlindung" oleh bumi. Fenomena pelangi ini juga boleh dilihat dengan membelakangi matahari dan menyembur air pada hari yang cerah.

Banyak lagi fenomena alam yang menakjubkan di dunia ini, yang boleh kita hayati dan merasai kebesaran penciptanya, Allah Azza wa Jalla. Banyakkan  tadabbur alam serta mengingati penciptanya, agar kita menjadi manusia yang bersyukur. Jom kita hayati beberapa ayat dari surah ar-Rahman yang banyak menyebut tentang kekuasaan  dan nikmat Allah kepada manusia dan makhluknya yang lain.

رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ ﴿١٧
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya (17)

فَبِأَيِّ آلَاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ ﴿١٨
Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (18)

Tafsir Quran - Quraish Shihab (http://id.noblequran.org)


Tuhan yang memelihara dua tempat terbitnya matahari, pada musim panas dan musim dingin, dan Tuhan yang memelihara dua tempat terbenamnya matahari pada kedua musim tersebut. (1) (1) Yang dimaksud ayat ini, bisa jadi, adalah dua tempat terbit dan terbenamnya matahari dan bulan. Dengan demikian, ayat ini menunjuk kepada adanya gejala siang dan malam yang juga terdapat pada surat al-Qashash ayat 71, 72 dan 73. Tetapi, bisa jadi juga, yang dimaksudkan dalam ayat ini hanya matahari saja, karena matahari merupakan sumber kehidupan di planet bumi ini. Dengan demikian, ayat ini menunjukkan adanya dua tempat terbit dan terbenamnya matahari, yaitu pada musim dingin dan musim panas. Pendapat ini dianut oleh kebanyakan ahli tafsir. Fenomena terbit dan terbenamnya matahari di dua tempat ini disebabkan oleh kecondongan garis edar bumi selama mengedari matahari sekitar 523,5 derajat. Oleh karena itu belahan utara bumi condong ke arah matahari pada musim panas yang mengakibatkan siang menjadi lebih panjang daripada malam. Dan begitu seterusnya hingga mencapai puncaknya, yaitu ketika matahari terbit dan terbenam di ujung sebelah utara dari garis bujur timur dan barat. Setelah itu kembali sedikit demi sedikit dari hari ke hari hingga mencapai garis lurus pada musim gugur. Belahan utara bumi ini kemudian mulai berpaling meninggalkan arah matahari yang mengakibatkan malam menjadi lebih panjang daripada siang. Begitu seterusnya, matahari terus bergeser ke arah selatan sampai pada titik paling selatan pada musim dingin. Setelah itu matahari bergeser lagi ke arah utara sedikit demi sedikit, hari demi hari hingga mencapai garis bujur timur dan barat pada musim semi. Peredaran yang demikian ini berlaku pula di belahan bumi sebelah selatan. Perbedaannya terletak pada geraknya yang berlawanan. Peredaran yang sedemikian teraturnya itu tentu saja mengandung hikmah dan manfaat yang besar bagi kehidupan makhluk hidup di muka bumi. Contohnya, sebagai akibat dari perputaran itu, terdapat apa yang kita kenal dengan empat musim yang pada gilirannya memiliki kekhususan sendiri-sendiri (seperti musim tanam, musim panen, dan sebagainya) sehingga memberikan kemudahan kepada manusia, hewan dan tumbuh- tumbuhan dalam beraktifitas.

Salji di pergunungan Sierra Nevada Sepanyol - April 2006
Fenomena ini berlaku biasanya pada musim sejuk dan di tanah tinggi
Semoga saya bertemu dengan fenomena alam yang lain di masa akan datang, insya Allah. 

Tuesday 24 June 2014

Cuti-cuti Sabah - Ranau (Ladang Teh Sabah)

12 Disember 2012
Selepas puas berjalan dan berendam di  Poring Hotspring, kami keluar dari kawasan ini lebih kurang jam 12.15 tgh. Seterusnya kami melawat Ladang Teh Sabah - ladang yang terbentang luas, dikelilingi oleh hutan hujan semula jadi dan udara dingin pergunungan.  Ladang Teh Sabah megah dengan keindahan latar belakangnya iaitu Gunung Kinabalu.
Ladang teh berlatarbelakangkan Gunong Kinabalu
Satu pemandangan yang indah bagaikan lukisan di kanvas.



Benar sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Naml ayat 60 yang bermaksud:

" Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-orang yang menyimpang (dari kebenaran)."

Maha Suci Allah yang telah memberi kita rezeki dan juga alam yang permai untuk kita hayati keindahannya di samping kita mensyukuri akan nikmatnya.

Teh Sabah ialah satu-satunya ladang teh organik di Borneo dan salah satu daripada beberapa ladang seumpamanya di dunia. Kawasan persekitaran ladang ini juga dihiasi dengan lanskap yang menarik.




 Pada hari itu kami hanya berniat untuk melawat ladang dan kilang teh. Malangnya kilang tidak beroperasi pada waktu itu. Sebenarnya Teh Sabah ada menyediakan beberapa pakej aktiviti yang menarik untuk para pelancong. Salah satu pakejnya  telah dianugerahi Program Pelancongan Terbaik (Pendidikan) dalam Majlis Anugerah Pelancongan Malaysia di Kuala Lumpur.

 Selepas bergambar di ladang dan persekitaran, kami pergi pula ke kedainya yang menjual pelbagai jenis teh dengan pelbagai jenis perisa.

Sabah Tea Garden....souvenir shop, reception, restaurant


Saturday 26 April 2014

Nikmat Sakit - Kafarah Dosa

Ada tiga perkara dalam kehidupan ini yang Allah beri pada kita dan kita tidak mampu menolaknya, iaitu sakit, tua dan mati. Ada orang yang bercita-cita hidup selama-lamanya dan ada pula yang ingin sentiasa kelihatan muda. Maka dicarilah jalan dan kaedah untuk mencapai cita-cita ini. Tidak kurang pula mereka yang mengamalkan mengambil pelbagai ubat-ubatan agar sentiasa sihat. Namun semua itu tidak dapat menolak takdir Allah SWT.

قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ

 Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, ia pasti menemui kamu. 
(Al Jum’ah 62:8)

Hari ini sudah hampir seminggu saya mengalami "gangguan" urat saraf yang sangat menyakitkan. Keadaan bertambah rumit apabila ia melibatkan tangan kanan yang menjadi nadi dalam semua urusan rumahtangga dan urusan peribadi. Terasa begitu "helpless" kerana nak makan pun terpaksa guna tangan kiri. "Alahai.....masih ada lagi tangan sebelah! Cuba lihat mereka  yang tiada kedua-dua belah tangan....hemmm......".Hati kecil cuba memujuk.

 Ini bukanlah kali pertama Allah SWT menarik balik nikmat yang diberi untuk seketika. Saya pernah sakit urat saraf di pinggang yang menyebabkan saya tidak mampu berdiri dan berjalan tanpa rasa sakit selama sebulan. Saya juga pernah kehilangan nikmat pendengaran selama seminggu. Alhamduillah saya sangat bersyukur diberi peluang untuk merasai bagaimana hidup tanpa nikmat-nikmat tersebut. Saya juga bersyukur kerana Allah mencabut nikmat itu hanya untuk sementara waktu. Apabila dipulangkan terasa begitu nikmatnya anugerah Allah SWT.

Ramai di kalangan kita yang mengeluh apabila ditimpa sakit. Bagi orang yang banyak bersyukur dan bersabar dalam menghadapi kesakitan, ia akan memperoleh nikmat. Sakit juga boleh diibaratkan sebagai guru yang mengajar kita erti sabar dan tahu menghargai  waktu sihat..
Ada pepatah berkata: 
“Hanya orang yang miskin tahu nikmat kekayaan, hanya orang sakit tahu nikmat kesihatan dan hanya orang mati tahu nikmat kehidupan”
Bersungguh-sungguhlah melakukan ibadat pada waktu sihat, agar mendapat pahala yang sempurna ketika lemah dan sakit.                                                                                                                                     Dari Abu Musa Al-Asy‘ari ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: 
"Apabila seorang hamba sakit atau musafir, dituliskan (pahala kebajikan) seperti apa yang diamalkan sewaktu tidak bermusafir dalam keadaan sihat."                                                                    [Hadis riwayat Al-Bukhari: 2996]
Sebaik-baiknya apabila kita ditimpa musibah, hendaklah kita bersabar dan redha dengan ketentuan Ilahi dan menganggap ia sebagai ujian daripada Allah SWT ke atas hambanya.
Dari Suhaib ra, Rasulullah saw telah bersabda:

عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ،
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
[صحيح مسلم: 2999]

Maksudnya: "Pelik sekali keadaan orang yang beriman; semua urusannya baik, tidak berlaku sedemikian itu kecuali bagi orang mukmin, jika mendapat nikmat mereka akan bersyukur, maka syukur itu baik bagi mereka, jika ditimpa kesusahan pula, mereka bersabar, maka sabar itu baik bagi mereka."   [Hadis riwayat Muslim: 2999]
Jangan mengeluh apabila ditimpa sakit kerana sakit itu adalah kafarah                                             atau penghapus dosa.

Dari Abi Sa’id Al-Khudri ra dan Abu Hurairah ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya:
 "Tiada seorang Muslim pun yang mengalami penderitaan, kesiksaan, kebimbangan, dukacita, kemelaratan atau kesedihan, walaupun hanya terkena satu tusukan duri, melainkan dihapuskan olah Allah (kerana kesusahan tersebut) sebahagian daripada kesalahannya.                                         [Hadis riwayat: Al-Bukhari: 1283, Muslim: 926]
Dari Abdillah bin Mas’ud ra, Rasulullah saw telah bersabda: Maksudnya: 
"Tiada seorang muslimin yang menanggung derita kesakitan atau yang selainnya, melainkan Allah menggugurkan dosanya sebagaimana gugurnya daun daripada pokoknya."                                   [Hadis riwayat: Al-Bukhari: 5647, Muslim: 2571] 
Musibah adalah tanda kecintaan Allah SWT kepada hamba-Nya
 Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“Sesungguhnya besarnya pahala yang kita perolehi bergantung besarnya dugaan, dan Allah SWT apabila mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji mereka. Barang siapa yang redha, maka ia akan mendapatkan keredhaan-Nya dan barang siapa yang kesal terhadapnya, maka ia akan mendapatkan kemurkaan-Nya.” - (HR. Ahmad dan Tirmidzi).

Justeru itu, janganlah disesali akan musibah yang dihadapi, malah seharusnya disyukuri. Dalam keadaan sakit, kita lebih mudah mengingati Allah, merasa kelemahan dan ketidakmampuan di hadapan-Nya. Bila kita sakit kita akan bersungguh-sungguh memohon perlindungan dan bantuan daripada Allah SWT.

Abdullah bin Umar ra berkata, di antara doa Rasulullah saw ialah:
للَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيعِ سَخَطِكَ
 [مسلم: 2739]
Maksudnya: "Ya Allah, aku berlindung dengan-Mu daripada lenyapnya nikmat yang telah Engkau kurniakan, daripada terjejasnya kesihatan yang Engkau kurniakan, daripada bencana yang tidak disangka-sangka dan daripada segala bentuk kemurkaan-Mu"                                                        [Hadis riwayat Muslim: 2739]
Doa dan amalan ketika sakit:
“Letak tangan di tempat sakit kemudian baca: بِسْمِ اللهِ.“Bismillah” ( 3x ), dan baca doa di bawah ( 7x )
أَعُوْذُ بِاللهِ وَقُدْرَتِهِ، مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وأُحَاذِرُ
“Aku berlindung dengan Allah dan kekuasaanNya dari kejahatan yang aku dapati dan aku takuti”
 [HR: Muslim].



Versi video ini ditambah kalimah " bi-'izzatillahi " yang membawa maksud yang sama.

Wednesday 14 November 2012

Salahkah Menyambut Tahun Baru?


SABAN tahun kita melihat bagaimana Negara menyambut Tahun Baru dengan  rakyat berhimpun beramai-ramai untuk mengira detik 12 malam. Sambutan tahunan yang diadakan ini adalah tidak bermakna dan mengandungi aktiviti yang tidak berfaedah dan tersasar jauh dari budaya ketimuran yang mana akhirnya akan hanya mengundang kepada perlakuan sumbang dan keji para muda-mudi.
Sambutan tahun baru yang dirayakan dan dianjurkan setiap tahun  amat  tidak selaras dengan kehendak Islam serta menyimpang daripada budaya dan adat kesopanan orang timur. Adakah kita mahu dan rela muda-mudi bangsa melalai dan merosakkan diri mereka sendiri setiap kali tibanya tahun baru? Jadi, apakah cara terbaik  bagi umat Islam menyambut  Tahun Baru  mahupun Tahun Hijrah yang mampu meninggalkan kesan kepada kita?

Menyambut tahun baru dengan berpesta bunga api dan berhibur
Tidak kiralah sama ada menyambut Tahun Baru Miladiah (Tahun Baru) ataupun Tahun Hijrah (Awal Muharam), keduanya membawa satu penekanan iaitu setiap individu akan mengalami suatu proses penghijrahan dari satu tahun ke tahun yang berikutnya, sama ada  kita telah bersedia ataupun tidak, atau telah berjaya mencapai azam tahun lalu ataupun tidak.
Tahun baru sepatutnya disambut dengan azam; penghijrahan untuk memperbaiki  diri dan  kehidupan dengan merenung kepada pencapaian tahun lalu. Allah s.w.t. berfirman yang bermaksud:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan
(surah al-Hashr: 18).
Penghijrahan yang hakiki di zaman ini adalah seperti yang disebut oleh Nabi dalam hadisnya yang bermaksud, daripada Abdullah bin Habsyi, Rasulullah s.a.w bersabda:
“Orang yang berhijrah ialah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah.”
(Hadis riwayat Abu Dawud)
Perayaan Maal Hijrah yang disambut di seluruh negara sebenarnya bukan merupakan semangat yang dihayati tetapi hanyalah satu rutin sempena Muharram. Aktiviti-aktiviti yang menjurus kepada pemantapan aqidah sepatutnya menjadi agenda utama para pemimpin.
Pendekatan yang digunakan bagi menyambut  tahun baru seharusnya dikaji dengan lebih teliti bagi memastikan ia senantiasa berada di landasan agama dan budaya dan tidak hanya sekadar  sambutan yang melalaikan tanpa diterapkan di dalam sanubari rasa keinsafan dan semangat baru bagi  mengatasi  pencapaian lalu.
Rasa keinsafan dan semangat baru ini hanya dapat diisi oleh mereka yang sanggup serta dengan penuh kesungguhan untuk berubah, kerana Allah s.w.t tidak akan mengubah nasib hamba-hamba-Nya jika mereka sendiri tidak mempunyai semangat dan iltizam untuk berubah. Dengan semangat sedemikian, nescaya perubahan yang dibawa, akan memberi makna yang besar bukan sahaja kepada diri, tetapi juga keluarga, bangsa, agama dan negara tercinta.
Apakah kita langsung tidak boleh mengadakan sebarang majlis pada awal tahun hijrah? (jawapan Dr. Mohd Asri Zainul Abidin)
Jawapan: Sambutan Hijrah ini tidak boleh dibuat atas asas ianya amalan khas agama ini, kerana kepercayaan sedemikian boleh membawa kepada mengada-adakan perkara yang tidak dilakukan oleh Nabi s.a.w. dalam soal ibadah atau menokok tambah agama, sedangkan baginda bersabda:
“Sesiapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan agama ini maka dia tertolak”
( Riwayat Muslim )
Namun majlis mengingatkan rakyat tentang tahun baru ini , pada pandangan saya,  boleh diadakan atas adat negeri atau bangsa dengan tujuan mengingatkan rakyat tentang tarikh baru sesuatu tahun. Ini membolehkan mereka merancang aktiviti dan menimbulkan semangat kesepakatan serta kesungguhan. Perhimpunan menggerakkan semangat pencapaian dan kerja adalah urusan kehidupan yang dibolehkan syarak selagi tiada dalil tentang keharamannya. Ia bukan ibadah khusus. Di samping itu, seperti mana apabila kita melintasi sesuatu tempat atau negeri kita menyebut tentang sejarahnya. Demikian juga apabila kita melintasi sesuatu tarikh kita di bolehkan menyebut tentang sejarahnya, sebagai satu pengajaran dan proses pembelajaran.  Namun ibadah yang khusus sempena tarikh berkenaan tidak boleh dilakukan melainkan terdapat dalil yang sabit daripada baginda Nabi s.a.w.
Marilah sama-sama kita menyambut kedatangan bulan Muharram dengan berlumba-lumba mengerjakan amal kebajikan agar  kita memperolehi kebahgiaan yang hakiki. Kita mengisinya dengan tafakur, tasyakur, muhasabah, zikir, dan takhthit (perancangan).

Thursday 12 April 2012

Kaum Adam dan Solat Jumaat

Jumaat 20 Januari 2012

Hari ini selepas mengambil anak daripada Hospital Sultanah Aminah JB kami menyinggah di sebuah masjid yang terletak tidak jauh dari sekolah Maktab Sultan Abu Bakar (MSAB). Jam sudah menunjukkan 12.50 tgh ketika itu. Kebetulan di tepi masjid ada sebuah kedai makan yang dibuka. Suami dan anak menjamu selera terlebih dahulu sebelum masuk ke masjid untuk menunaikan solat fardhu Jumaat. Saya tidak  makan bersama mereka kerana masih terasa kenyang.

Niat di hati nak join jemaah tetapi keadaan masjid tidak mengizinkan saya solat bersama. Sementara menunggu mereka selesai solat saya pun tunggu di kedai makan dan mengambil keputusan untuk makan sedikit supaya masa lapang itu terisi.

Hari itu sangat panas. Saya hendak menjamu selera di bawah kipas tetapi semua meja yang berada di bawah kipas sudah dipenuhi. Jadi saya pun tunggulah hingga selepas azan berkumandang untuk makan kerana waktu itu mesti semua pelanggan lelaki yang berada di situ akan keluar menuju ke masjid. Selepas azan hanya sebahagian saja yang keluar ...... saya agak hairan dan tertanya-tanya sendiri "Kenapa depa tak pi masjid?".

Saya pun masuk ke dalam kedai. Ada beberapa buah meja yang kosong dan saya duduk di sebuah meja yang berhadapan dengan 2 orang jejaka yang sedang menjamu selera dengan relaksnya  ..... tidak nampak lansung aksi nak dipercepatkan apa yang sedang dibuat. Saya gelar mereka berdua ini Mat Biru dan Mat Belang. Mat biru kacak berpakaian baju melayu biru langit dan berkain pelikat. Mat Belang pula berbaju T-shirt belang melintang biru tua dan putih, juga berkain pelikat. Mereka mungkin berada dalam golongan  pertengahan umur walaupun Mat Biru sudah beruban.

Lelaki-lelaki yang berada di situ samada sedang berborak-borak sambil minum atau makan ataupun sebahagian besar hanya duduk untuk menghabiskan rokok di tangan, walaupun  jelas kedengaran imam sedang berkhutbah. Di pertengahan khutbah pertama, Mat Belang sempat mengoder teh 'o' panas. Dalam hati saya beristighfar dan berkata.....Ssempat ke dia nak minum?". Selamba saja mereka berdua bersembang tanpa menghiraukan khutbah yang sedang dibaca.

Sabda Nabi SAW yang bermaksud:

Jika kamu berkata kepada temanmu pada hari Jum’at, “Diamlah kamu” sementara imam sedang berkhutbah, maka sungguh engkau telah berbuat kesia-siaan”. Muttafaqun ‘alaihi
Ucapan “diamlah kamu” teranggap memutuskan perhatian dari mendengar khutbah walaupun sebentar sehingga menghasilkan kesia-siaan. Ini adalah keadaan orang yang menasehati (baca: menegur), maka bagaimana pula dengan orang yang memulakannya (yang ditegur-pent.)

Al-Hafzh menyatakan dalam Al-Fath, “Maka jika beliau (Nabi) menghukumi ucapan “diamlah kamu” -padahal dia adalah orang yang beramar ma’ruf- sebagai kesia-siaan, maka ucapan yang lainnya lebih lagi dianggap sebagai kesia-siaan”.

Selesai khutbah pertama dibaca Mat Biru dan beberapa orang yang lain bangun meninggalkan kedai menuju masjid tetapi Mat Belang bersama beberapa orang yang lain, termasuk Pakcik 'ambil oder' dan mamat 'tukang bancuh air' masih berada dalam kedai. Apabila khutbah kedua mula dibaca Mat Belang minta ketul ais untuk tehnya yang masih panas untuk diminum. Selesai khutbah kedua dibaca barulah dia berserta beberapa yang lain bangun  menuju ke masjid.

Menurut jumhur ulamak, khutbah merupakan antara syarat sah solat Jumaat.  Sa’id bin Jubair berpendapat bahawa khutbah menyamai 2 rakaat solat zuhur, seandainya khutbah ditinggalkan dan mengerjakan Solat Jumaat sahaja bererti kita telah meninggalkan dua rakaat solat Zuhur.

Kemudian saya terpandang di sebalik almari lauk-pauk masih ada empat orang anak muda duduk bersembang-sembang di sebuah meja. "Mereka ini budak-budak China agaknya.", hati saya berkata-kata.

Semasa khutbah kedua sedang dibaca hujan turun dengan lebat sekali.....agaknya sebab itulah cuaca sebelum hujan itu sangat panas (mengikut teori orang tua-tua). Apabila solat hendak bermula saya pun berpindah duduk di bahagian luar kedai supaya saya dapat melihat bahagian dalam masjid. Mudah untuk saya tahu bila solat telah slesai sambil menunggu hujan rahmat berhenti.

Sebaik sahaja keluar terpandang di kiri saya dua orang budak sekolah sedang nyenyak tidur di sebuah sofa buruk. Saya pun kejutkan mereka dan dengan bingkas mereka bangun dan kelihatan begitu terkejut apabila terpandang saya, menyuruh mereka pergi solat. Tanpa banyak bicara mereka meninggalkan sofa buruk itu. Selepas itu saya mencari tempat duduk di sebelah kanan. Alangkah terkejutnya saya apabila melihat sekumpulan empat orang anak muda yang saya sangka berketurunan China itu sebenarnya orang Melayu yang secara otomatiknya beragama Islan di Malaysia ini. Salah seorangnya lengkap memakai baju melayu berkain pelikat. Sampai hati mereka tak ke masjid yang hanya beberapa meter saja dari meja duduk mereka!

Siapakah yang hendak mereka tipu ....... ibu-bapa mereka, kawan-kawan, diri mereka ataupun Allah? Tidak ada lansung perasaan malu dalam diri mereka!

Salah Siapa?

Siapakah yang sepatutnya dipersalahkan dalam hal ini? Siapakah yang akan menanggung dosa ...... tuan kedai, pelanggan atau kedua-dua?

Islam tidak melarang umatnya berjual beli pada hari Jumaat tetapi bersyarat. Firman Allah di dalam surah al-Jum’ah ayat 9  yang bermaksud:

 "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikumandangkan seruan mengerjakan Solat Jumaat, maka bersegeralah kamu pergi (ke masjid) untuk mengingati Allah S.W.T dan tinggalkanlah jual beli (pada saat itu) ; yang demikian adalah lebih baik bagi kamu , jika kamu mengetahui (hakikat yang sebenarnya). Kemudian setelah selesai sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi (untuk menjalankan urusan masing-masing) dan carilah dari limpah kurnia Allah S.W.T, serta ingatlah akan Allah S.W.T banyak-banyak (dalam segala keadaan) supaya kamu berjaya ( di dunia dan di akhirat).

Dalam kes di atas kami berasa selesa dapat menjamu selera di situ kerana dapat menjimatkan waktu supaya suami dan anak dapat masuk awal ke masjid.

Allah S.W.T  memberi ganjaran yang besar kepada mereka yang sering berusaha datang awal ke Masjid  pada hari Jumaat terutama sebelum khatib berkhutbah. Dalam sepotong hadith Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud:

“Apabila tiba hari Jumaat, maka pada setiap pintu masjid  terdapat malaikat yang mencatat orang-orang yang masuk mengikut urutan. Apabila imam / khatib telah duduk di atas mimbar, maka malaikat menutup buku catatan mereka dan datang untuk mendengar khutbah.”

Dilema di atas boleh dielakkan jika semua pihak (penjual, pembeli dan pihak berkuasa) mengambil beberapa tindakan seperti di bawah:

Pertama: Aktiviti jual beli hendaklah ditangguhkan sementara waktu ketika mana  azan kedua berkumandang.

Kedua: Perniagaan boleh diteruskan dengan syarat urus niaga tersebut dijalankan antara penjual wanita dan pembeli wanita sahaja.

Ketiga:  Para jemaah lelaki disarankan agar menangguhkan urusniaga di samping  mengambil peluang  masuk awal ke dalam masjid mendengar khutbah.

Ini hanyalah segelintir yang kita nampak dengan jelas kaum Adam yang ponteng solat Jumaat. Berapa ramai lagi yang di luar sana yang menyorok di rumah, di pejabat dan entah mana-mana lagi. Hanya Allah saja yang mengetahui!

Sunday 23 May 2010

Hidayah Melalui Misteri Fenomena Alam

Firman Allah,

سَنُرِيهِمْ ءَايَـتِنَا فِى الاٌّفَاقِ وَفِى أَنفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ الْحَقُّ أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ شَهِيدٌ

“Akan Kami perlihatkan secepatnya kepada mereka kelak, bukti-bukti kebenaran Kami di segenap penjuru dunia ini dan pada diri mereka sendiri, sampai terang kepada mereka, bahawa al-Quran ini suatu kebenaran. Belumkah cukup bahawa Tuhan engkau itu menyaksikan segala sesuatu. ” (QS Fushshilat : 53)

Kisah Pengislaman Jacques Yves Costeu, seorang oceanografer

Mr.Jacques Yves Costeau , ialah seorang ahli oceanografer dan ahli selam terkemuka dari Perancis. Beliau sangat terkenal melalui program Tv dokumentari  "Discovery". Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke perbagai dasar samudera di seantero dunia dan membuat filem dokumentari tentang keindahan alam dasar laut untuk ditonton di seluruh dunia.

Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemui beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya kerana tidak bercampur dengan air laut yang masin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang membatasi keduanya.

Fenomena ganjil itu memeningkan Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari penyebab terpisahnya air tawar dari air masin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berfikir, jangan-jangan itu hanya halusinasi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah kejadian tersebut, namun dia tidak berputus asa mendapatkan jawapan yang memuaskan tentang fenomena ganjil tersebut.

Sehinggalah pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor Muslim, kemudian dia pun menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua lautan ( surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering dikaitkan dengan Terusan Suez . Ayat itu berbunyi:

مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ- بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لاَّ يَبْغِيَانِ

“Dia biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak boleh ditembus.”

Kemudian dibacakan surat Al Furqan ayat 53 yang berbunyi:

وَهُوَ الَّذِى مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَـذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَـذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخاً وَحِجْراً مَّحْجُوراً

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan) ; yang ini tawar lagi segar dan yang lain masin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al Furqan:53)

[ Fenomena ini juga ada disebut dalam surah al-Faathir: 12]

وَمَا يَسْتَوِى الْبَحْرَانِ هَـذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ سَآئِغٌ شَرَابُهُ وَهَـذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَمِن كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْماً طَرِيّاً وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ فِيهِ مَوَاخِرَ لِتَبْتَغُواْ مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

"Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain masin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang dapat kamu memakainya, dan pada masing-masingnya kamu lihat kapal-kapal berlayar membelah laut supaya kamu dapat mencari karunia-Nya dan supaya kamu bersyukur."

Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang bertemunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diertikan sebagai lokasi muara sungai, di mana terjadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air masin dari laut. Namun tafsir itu tidak menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi:

يَخْرُجُ مِنْهُمَا الُّلؤْلُؤُ وَالمَرْجَانُ

“Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.”

Padahal di muara sungai tidak terdapat mutiara.

Terpesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman ketika belum ada peralatan selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera. Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahawa Al Qur’an memang sesungguhnya kitab suci yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan serta-merta dia pun memeluk Islam.

Kebesaran Al-Quran

Lihatlah beberapa pemandangan yang menarik dan menakjubkan yang dilihat oleh beliau dalam pengembaraannya yang unik ini.


....kelihatan seperti sebuah pulau dalam sebatang sungai .....

....yang dilihat seperti sungai itu adalah sebenarnya lapisan hidrogen salfida, sejenis gas yang beracun 
...... satu pemandangan yang biasa kita lihat di daratan ...... guguran daun kering di bawah pokok .... tapi ini semua berlaku di dasar lautan! 
...lagi pemandangan unik yang disaksikan oleh Jacques .....
Pemandangan yang dipaparkan di atas sangat ajaib bagi kita yang sudah merasai hidayah Allah SWT dan percaya itu semua terjadi dengan kuasa dan ketentuanNya. Namun bagi mereka yang belum menerima hidayah, kebenaran dan kebesaran al-Quran itu jauh lebih ajaib dan mempesonakan dari fenomena tersebut. Inilah yang telah mendorong Jacques Yves Costeu kembali ke Islam, agama fitrahnya.

Allahu Akbar…! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung.

Rasulullah s.a.w. bersabda:

“Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang dikaratkan oleh air.”

Bila seorang bertanya,

“Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih kembali?”

Rasulullah s.a.w. bersabda,

“Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”


Monday 15 March 2010

Membaca Surah At-Taubah Tanpa Basmalah

Basmalah adalah ringkasan daripada ucapan (lafaz) Bismillahir Rahmanir Rahim.

Soalan


Saya pernah dengar kalau kita baca surah At-Taubah, tidak perlu baca basmalah terlebih dahulu.  Adakah ini benar ustaz dan apa alasannya ?

Jawapan

Disunatkan membaca basmalah kepada sesiapa yang ingin membaca al-quran,  samada pada permulaan surah atau pertengahan surah selain surah Al-Baraah (At-Taubah). Adapun pada surah Al-Baraah pula terdapat perselisihan pendapat di dalam Mazhab Shafie mengenai hukum membaca basmalah padanya. Menurut pendapat Ibn Hajar  haram membaca basmalah pada permulaan surah Al-Baraah dan makruh membaca basmalah pada pertengahan surah ini. Menurut pendapat Ar-Ramli pula,  makruh membaca bismillah pada permulaannya dan sunat membacanya pada pertengahan surah ini. Pendapat ar-Ramli inilah yang muktamad.

Walau bagaimanapun adalah dimaafkan jika kita terbacanya di permulaan surah.

Terdapat perbezaan tentang sebab permasalahan ini :

Ada yang mengatakan bahawa hal itu disebabkan surah At- Taubah diturunkan pada saat peperangan, pertempuran dan untuk membongkar keadaan orang-orang munafik sehingga tidaklah sesuai apabila ia diawali dengan basmalah yang di dalamnya mengandungi rahmat (kasih sayang), sebagaimana kebiasaan orang-orang Arab tatkala mereka menyerang orang lain dengan perkataan maka awal perkataannya adalah disesuaikan dengan isi perkataannya.

Juga yang diriwayatkan dari ibnu Abbas yang bertanya kepada Usman,”Mengapa tidak ditulis kalimah basmalah di antara surah At- Taubah dengan Al-Anfal?” Usman menjawab,”Kerana surah At- Taubah adalah surah yang terakhir turun dan sehingga Rasulullah saw wafat beliau tidak menjelaskan tentang permasalahan ini. Dan aku melihat  kisah awal surah ini hampir sama dengan kisah akhir-akhir surah Al- Anfal maka aku pun sertakan surah At- Taubah setelah surah Al- Anfal.
Wallahu a’lam


Rujukan:

E-Fiqh.com

Era Muslim.com

Sunday 14 March 2010

Hukum Menyentuh Al-Quran Tanpa Wudhuk

Soalan

Assalamua'laikum wbt,

Ustaz, saya ingin bertanya,

Bolehkah kita membaca atau menyentuh Al-Qur'an tanpa ada wudhuk ?

Terima kasih atas jawapannya.

Jawapan


Waalaikumussalam wbt,

Menyentuh Al Qur’an Tanpa Wudhu

Para imam telah bersepakat diharamkan membawa mushaf dan menyentuhnya bagi orang yang sedang haid, nifas maupun junub. Tidak seorang pun sahabat yang menentangnya. Namun hal tersebut dibolehkan oleh Daud dan Ibnu Hazmazh Zhahiriy.

Dalil yang digunakan oleh para imam adalah firman Allah :

إِنَّهُ لَقُرْآَنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ (79) تَنْزِيلٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (80)


Artinya : “Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia. Pada Kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh). tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. Diturunkan dari Rabbil 'alamiin.”

(QS. Al Waqi’ah : 77 – 80)

Bahawa yang dimaksud dengan al Kitab di situ adalah mushaf sedangkan makna menyentuh adalah menyentuh secara fizikal yang telah diketahui.

Dalil ini mendapat tanggapan dari sebagian ulama yang menafsirkan “kitab yang terpelihara” adalah Lauh Mahfuzh sedangkan makna “orang-orang yang suci” adalah para malaikat. Atau seandainya yang dimaksud dengan al Kitab adalah mushaf, maka orang-orang yang suci adalah orang-orang yang suci dari kesyirikan, kerana orang-orang musyrik adalah najis.  Pendapat ini dibenarkan oleh Ibnul Qoyyim didalam “At Tibyan fii Aqsaamil Qur’an, hal 141” bahawa yang dimaksud dengan al Kitab adalah yang ada ditangan para malaikat.

Para imam juga berdalil dengan hadis Ibnu Umar,

”Janganlah kamu menyentuh al Qu’an kecuali kamu dalam keadaan bersih”

Hadis disebutkan oleh Haitsami di dalam “Majma’ az Zawaid”. Dia mengatakan bahawa orang-orang yang meriwayatkannya boleh dipercayai. Sedangkan al Hafizh mengatakan bahawa sanadnya tidak masalah namun di dalamnya terdapat seorang perawi yang diperselisihkan.

Sedangkan dalil Daud dan Ibnu Hazm yang mengatakan tidak diperbolehkan membawa dan menyentuhnya adalah apa yang terdapat di dalam ash Shahihain, bahawa Nabi saw mengutus sebuah tulisan kepada Hiraklius yang didalamnya terdapat ayat :

قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ (64)


Artinya : “Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan…".

(QS. Al Imran : 64)

Termasuk tulisan-tulisan lainnya yang dikirim kepada mereka yang mana mereka tidaklah bersih dari junub.

Hal ini dijawab oleh para imam dengan mengatakan bahawa surat tidaklah boleh disamakan dengan mushaf dan tidak ada larangan dalam hal ini, seperti halnya membawa buku-buku agama yang didalamnya terdapat ayat-ayat al Qur’an. Dari sini kita dapat mengetahui bahawa membawa atau menyentuh mushaf bagi orang yang sedang haid atau junub adalah diharamkan. Tidak ada yang membantahnya. Hal itu merupakan bentuk penghormatan terhadap mushaf.

Adapun bagi orang yang berhadas kecil, maka hukumnya sebagai berikut :

1. Jumhur ulama mengharamkannya menyentuh dan membawa mushaf, ini adalah pendapat Malik, Syafi’i dan Abu Hanifah di dalam salah satu riwayatnya, dalil-dalil mereka sama dengan yang diatas.

2. Sebagian ulama membolehkannya, ini adalah pendapat Abu Hanifah di dalam salah satu riwayatnya sebagaimana juga dibolehkan oleh Daud bin Ali.

Sebahagian orang-orang yang mengharamkannya mengecualikan hal itu terhadap anak-anak kecil yang belum baligh atau bermimpi kerana keperluan mereka untuk menghafal Al Qur’an serta memudahkan penghafalannya bagi mereka. Jika pun seorang anak itu bersuci (wudhuk) maka bersucinya itu tidaklah sah disebabkankan tidak sah niatnya. Hal ini kemudian dianalogikan kepada orang-orang dewasa yang memerlukan al Qur’an untuk menghafal Al Qur’an. Adapun apabila untuk tujuan ibadah maka diharuskan ke atasnya untuk bersuci.

Demikianlah,  membaca al Qur’an tanpa menyentuh atau membawa mushaf dibolehkan bagi orang yang sedang berhadas kecil. Ini sudah menjadi kesepakatan para fuqoha, walaupun yang paling utama (afdhol) adalah dalam keadaan bersuci, khususnya apabila dimaksudkan untuk ibadah, kerana ibadah dengan bersuci lebih sempurna dan lebih boleh diharapkan untuk diterima. (Fatwa al Azhar juz VII hal 496)


Sumber : eramuslim.com

--~--~---------~--~----~-------

Thursday 22 October 2009

Gempa Bumi Padang - Bala' atau Ujian?

Setiap musibah yang Allah timpakan kepada kita selalunya adalah sebagai peringatan atau setidak-tidaknya sebagai ujian sejauh manakah iman kita terhadap Allah yang Maha Esa.

Firman Allah SWT yang bermaksud:

Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al-Ankabut: 1-3)

Kebesaran Allah itu kita boleh lihat di mana-mana saja dalam fenomena alam sejagat kerana alam ini (serta isi-isinya) adalah milik Allah yang Maha Besar. Dia berhak melakukan apa saja yang dikira wajar sebagai peringatan kepada  manusia yang semakin jauh meninggalkan hukum-hukum Allah, yang semakin angkuh dan terus menerus membuat kerosakan di atas mukabumi ini.

Al-Quran surah Ar-Rum ayat 41-42 mengatakan , yang bermaksud:

Telah nampak kerosakan di darat dan di laut disebabkan kerana perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). Katakanlah: “Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah).”

Allah menggunakan fenomena alam untuk mengajak manusia supaya kembali mengesakan Allah ...... selalu memikir-mikirkan tentang kejadian langit dan bumi, siang dan malam, bulan dan bintang dan berbagai-bagai lagi ciptaan Allah yang tidak terhitung oleh manusia. Allah juga menggunakan fenomena alam sebagai peringatan kepada kita dalam bentuk azab ....... gempa bumi, ribut taufan, tanah runtuh, banjir, gunung berapi dan berbagai-bagai lagi cara Allah yang tersendiri.

Orang-orang yang beriman akan selalu mengaitkan malapetaka yang berlaku sebagai azab atau bala' daripada Allah SWT sepertimana yang selalu disebut dalam kalam Allah. Namun bagi mereka yang angkuh dan tidak percaya, akan hanya menganggapnya sebagai fenomena alam semulajadi.

kemusnahan jiwa dan harta sebagai tanda peringatan daripada Allah SWT
kemusnahan jiwa dan harta sebagai tanda peringatan daripada Allah SWT

Gempa bumi di Padang adalah satu contoh yang sangat menarik untuk dikaitkan dengan ayat-ayat  al Quran. Para pengkaji Al Quran telah menemui kaitan rapat antara ayat, surah dan masa berlaku gempa bumi.

Gempa bumi di Padang berlaku pada 30 September dan masanya adalah  seperti di bawah:

Gempa di Tasik berlaku pada pukul 15.04 (3.04 pm)

Cuba perhatikan dari al Quran surah 15 (al Hijr) ayat 4

وَمَآ أَهْلَكْنَا مِن قَرْيَةٍ إِلاَّ وَلَهَا كِتَـبٌ مَّعْلُومٌ

"Dan Kami tiada membinasakan sesuatu negeri pun, melainkan ada baginya ketentuan masa yang telah di"tetapkan."

Gempa di Padang pula berlaku pada pukul 17.16 (5.16 pm)

Kita lihat lagi al Quran serta maknanya surah 17 (al Israa') ayat 16

وَإِذَآ أَرَدْنَآ أَن نُّهْلِكَ قَرْيَةً أَمَرْنَا مُتْرَفِيهَا فَفَسَقُواْ فِيهَا فَحَقَّ عَلَيْهَا الْقَوْلُ فَدَمَّرْنَاهَا تَدْمِيرًا

"Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya."

Diikuti dengan gempa susulan pada pukul 17.58  (5.58 pm)

Mari kita terus mentadabur surah 17 ini ayat 58 pula di mana  Allah memberi amaran bahawa setiap kaum yang ingkar pasti mendapat hukuman.

وَإِن مِّن قَرْيَةٍ إِلاَّ نَحْنُ مُهْلِكُوهَا قَبْلَ يَوْمِ الْقِيَـمَةِ أَوْ مُعَذِّبُوهَا عَذَابًا شَدِيدًا كَانَ ذلِك فِى الْكِتَـبِ

مَسْطُورًا

"Tak ada suatu negeri pun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab(Lauh Mahfuzh)."

Gempa bumi di Jambi pula berlaku  pada 1 Oktober


Seterusnya gempa di Jambi yang berlaku pada pukul 8.52 am

Sekali lagi  kita cuba memahami peringatan Allah dalam surah 8 (al Anfal) ayat 52

كَدَأْبِ ءَالِ فِرْعَوْنَ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ كَفَرُواْ بِآيَـتِ اللَّهِ فَأَخَذَهُمُ اللَّهُ بِذُنُوبِهِمْ إِنَّ اللَّهَ قَوِىٌّ شَدِيدُ

الْعِقَابِ

"(keadaan mereka) serupa dengan keadaaan Firaun dan pengikut-pengikutnya serta orang-orang yang sebelumnya. Mereka mengingkari ayat Allah, maka Allah menyiksa mereka disebabkan dosa-dosanya.  Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Amat Keras siksaanNya.

2009103gempa padang2Apakah kita mampu untuk mengelak diri dari kemusnahan yang sedemikian apabila Allah telah menetapkannya?

Apa lagi yang boleh dibanggakan .... rumah mewah yang telah dibina sekian lama, kini telah roboh, anak-anak yang menawan hati, telah mati dihimpit runtuhan, suami dan isteri yang selama ini menjadi tempat bergantung dan mengadu, kini telah pergi untuk selamanya, sanak saudara, karib kerabat, semuanya sudah tidak ada lagi, semua sudah musnah. Begitulah hakikat dunia, tidak ada yang kekal padanya.

Namun bagi mereka yang sedar dan insaf akan kebesaran Ilahi,  azab yang dilalui tidaklah seberapa jika dibandingkan dengan keadaan di Hari Kiamat nanti. Firman Allah yang bermaksud:

"Hari kiamat. Apakah hari kiamat itu? Dan tahukah kamu apa hari kiamat itu?  Pada hari itu manusia seperti kupu-kupu  yang beterbangan. Dan gunung-gunung seperti bulu yang dihambur-hamburkan. Maka adapun orang yang berat timbangan kebaikannya. Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan kebaikannya. Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka hawiyah itu? Yaitu api yang sangat panas."

(QS Al-Qari`ah[101] : 1- 11)

Dan ingatlah Allah akan sentiasa melihat kita. Dari masa ke semasa kita diberi peringatan agar tidak menyeleweng dari ajaranNya.


Monday 7 September 2009

Syukur Al-hamdulillah

Hari ini sudah 16 hari umat Islam di Malaysia dan di kebanyakan negara di dunia menjalani ibadah  Puasa. Saya sangat gembira pada Ramadhan kali ini kerana telah membuat catatan sejarah peribadi ........ inilah kali pertama saya mengkhatam al-Quran sebaik 15 hari kita berpuasa. Selalunya saya hanya sempat menghabiskannya dalam satu atau 2 hari sebelum Aidil Fitri. Saya juga berjaya mengikuti 'Tadarus' orang kampung berdekatan sehingga akhir dan berkhatam bersama mereka.


doa

Makna dari al-Quran surah al-Baqarah ayat 186:

Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepadaKu  .......

Saya amat bersyukur di atas kesempatan yang Allah berikan kali  ini. Saya berharap agar saya mampu terus beristiqamah dengan amalan-amalan di bulan Ramadhan yang mulia ini selepas  berakhirnya Ramadhan. Namun saya juga berdoa agar terus berada di dunia yang fana ini sehingga ke hari Ramadhan yang terakhir insyaAllah.

Marilah kita sama-sama menjadikan bulan Ramadhan kali ini sebagai 'Madrasah Ramadhan', iaitu bulan yang mampu mendidik kita, memperelok akhlak kita, memperbaiki aqidah dan ibadah kita.

Minggu lepas saya menghantar 2 orang anak remaja lelaki saya ke program Madrasah Ramadhan anjuran KRJ Johor Utara di masjid Yong Peng. Saya rasa ini dapat membantu mereka menghayati kelebihan dan keistimewaan bulan Ramadhan dengan lebih baik. Mereka terpaksa berkorban 3 hari daripada cuti sekolah kerana menghadiri program, namun masa itu telah diisi dengan aktiviti-aktiviti yang lebih bermenfaat, sesuai dengan tuntutan-tuntutan semasa bulan Ramadhan.

Saturday 17 May 2008

Kenapa Air Laut Masin Tetapi Air Hujan Tawar

Pada hujung minggu lepas saya menyertai satu bengkel tulisan. Salah satu aktiviti yang dijalankan ialah menghasilkan satu artikel pasal HUJAN. Kami dikehendaki menulis berpandukan tips-tips yang diberi. Berbagai-bagailah stail penulisan yang dihasilkan. Tajuk artikel juga adalah mengikut citarasa sendiri.

Inilah hasil tulisan saya yang bertajuk seperti di atas.

SALAH seorang dairipada anak saya pernah bertanya, “ Kenapa air laut ni masin ek?“. Rupanya dia tertelan air laut ketika sedang mandi . Umurnya masih kecil pada masa itu.


Mengapa pula anak saya ingin bertanya soalan seperti itu, berdetik hati kecil saya. Memang benar jikalau diperhatikan air hujan yang turun apabila dirasa tawar sahaja rasanya. Allah itu Maha Besar , air yang diturunkan dari langit walaupun rasanya tawar tetapi apabila jatuh ke bumi rasanya boleh berubah-ubah. Jika ia menjadi air laut maka masinlah rasanya. Jika terkumpul di paya rasanya menjadi payau pula tetapi jika turun di bukit , jadilah ia seperti air mineral yang dibotolkan.



Hujan adalah antara nikmat-nikmat Allah yang banyak yang di perlukan oleh tubuh manusia seperti udara untuk pernafasan, makan dan minum , tempat tinggal, pakaian, tumbuh-tumbuhan, binatang-binatang dan lain-lain nikmat yang tidak terhitung jumlahnya. Proses pembentukan air hujan dari wap air yang ringan lalu dibawa oleh awan mendung yang berarak ke sana ke mari dan akhirnya diturunkan sebagai hujan yang menyiram bumi sangatlah menakjubkan. Firman Allah yang bermaksud

Furqan [48]……dan Kami menurunkan dari langit: Air yang bersih suci,
 Furqan [49] Untuk Kami hidupkan dengan air itu bumi yang mati, serta memberi minum air itu kepada sebahagian dari makhluk-makhluk Kami, khasnya binatang ternak yang banyak dan manusia yang ramai. 

Bumi yang basah menghidupkan tumbuhan-tumbuhan yang subur untuk segala kehidupan di muka bumi. Cuba bayangkan kehidupan kita tanpa adanya air hujan. Bagaimana agaknya kita menjalani kehidupan di atas muka bumi ini ?

Maka jika kita mengkaji hakikat kejadian hujan berdasarkan sumber al-Quran dan as-sunah kita akan dapati bahawa hujan adalah sebagai ciptaan  yang mempunyai tujuan yang tersendiri.

Peranan Hujan
Berpandukan pada ayat-ayat al-Quran yang ada menyebut tentang hujan, dapatlah dirumuskan di sini beberapa peranan hujan dalam kehidupan manusia di atas mukabumi ini.

1. Hujan sebagai rahmat kepada manusia. Firman Allah SWT yang bermaksud:

Dan Dialah yang menurunkan hujan setelah mereka berputus asa dan Dia pula menyebarkan rahmat-Nya merata-rata dan (ingatlah) Dialah pengawal (yang melimpahkan ihsan-Nya), lagi Yang Maha Terpuji..
(as Syura:28)

2. Hujan juga berperanan menyirami tumbuhan dan menyingkir kekotoran. Ini dijelaskan oleh Allah s.w.t di dalam firmannya bermaksud:

 Maka bandingan orang itu ialah seperti batu licin yang ada tanah di atasnya, kemudian batu itu ditimpa. hujan lebat, lalu ditinggalkannya bersih licin (tidak bertanah lagi).
 (al-Baqarah:265).

3.Hujan sebagai ujian kepada manusia. Ini disebut oleh Allah SWT di dalam firmannya yang bermaksud:

 Dan tidaklah kamu berdosa meletakkan senjata masing-masing, jika kamu dihalangi sesuatu yang menyusahkan disebabkan hujan atau kamu sakit. Dan hendaklah kamu mengambil langkah berjaga-jaga. Sesungguhnya Allah telah menyediakan bagi orang -orang kafir itu azab seksa yang amat menghina.
 (an-Nisa':102).

4.Hujan juga berperanan untuk memenuhi keperluan manusia. Kemarau yang berpanjangan akan menyebabkan kita menjadi lemah manakala tanaman akan mati dan sungai akan kering pada ketika itu manusia amat mengharap supaya dikurniakan hujan untuk memenuhi keperluannya di samping memberi kekuatan yang baru. Firman Allah SWT yang bermaksud:

Dan wahai kaumku! Mintalah ampun kepada Tuhan kamu, kemudian kembalilah taat kepada-Nya, supaya Dia menghantarkan kepada kamu hujan lebat serta menambahkan kamu kekuatan di samping kekuatan kamu yang sedia ada dan janganlah kamu membelakangkan seruanku dengan terus melakukan dosa!
(Hud:52)

5. Hujan yang berperanan sebagai tentera Allah, memperlihatkan kekuasaan Allah SWT sebagaimana firmanNya  yang bermaksud:

 Atau (bandingannya) seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit, bersama dengan gelap-gelita dan guruh serta kilat; mereka menyumbat jarinya ke dalam telinga masing-masing daripada mendengar suara petir, kerana mereka takut mati. (Masakan mereka boleh terlepas), sedang (pengetahuan dan kekuasaan) Allah meliputi orang-orang yang kafir itu.
(al-Baqarah)
 Ayat ini menerangkan keadaan hujan yang lebat mampu memperlihatkan kekuasaan Allah SWT sehingga menyebabkan manusia memikirkan tentang kekuasaan Allah SWT.

6. Hujan turut berperanan sebagai pemberi rezeki kepada manusia. Allah SWT berfirman yang bermaksud :

Dan diturunkan-Nya air hujan dari langit, lalu dikeluarkan-Nya dengan air itu berjenis-jenis buah-buahan yang menjadi rezeki bagi kamu; maka janganlah kamu mengadakan bagi Allah, sebarang sekutu, padahal kamu semua mengetahui (bahawa Allah ialah Tuhan Yang Maha Esa'
(al-Baqarah:22)

Justeru kita sebagai umat Islam perlulah bersyukur di atas anugerah yang tidak terhingga ini. Kita menanti kedatangan musim hujan dengan doa dan harapan semoga hujan yang diturunkan ini akan mendatangkan keberkatan dan menambah rezeki dalam memperbaiki kehidupan kita.